Cuaca panas menerangi kota Seoul
Gadis itu merasa tubuhnya mulai sehat kembali sekarang, sakit kepalanya pun mulai mereda. Ia merasa bahwa harus masuk kelas untuk mengikuti pelajaran dan tentunya tidak bolong daftar absen. Ia berjalan pelan dari ruangan UKS, tapi belum sempat menutup pintu UKS ada seseorang yang menabrak tubuhnya dengan tenaga lumayan keras. Tatapan mata yang pekat adalah salah satu hal pertama yang ia lihat. Sadar dan kaget, gadis itu langsung mendorong orang yang telah menabraknya agar sedikit menjauh dari tubuhnya.
"maaf" ia hanya bisa mengucapkan satu kata setelah melihat jelas rupa seseorang yang telah menabraknya entah sengaja ataupun tidak
Aneh, setiap melihat orang dihadapannya emosinya selalu datang. Rasanya ia ingin sesekali menonjok muka bodoh orang itu. Kenapa harus dia? Bahkan bangkai tikus lebih menarik dipandang daripada dirinya. Tanpa basa-basi ia melewati begitu saja orang yang ada dihadapannya.
anak pembunuh dengan muka sok bermalaikatnya itu, menjijikan.
"hey tunggu" laki-laki itu memanggil gadis yang telah melewatinya dengan tatapan melirik tajam
Oh ya tuhan, ini apalagi? aku sudah sangat muak melihat muka dengan paras bodoh itu. kenapa ia harus mengatakan 'tunggu?' seharusnya dia biarkan saja aku pergi ke kelas sekarang. batinnya berkata malas
setelah mendengar dipanggil, aku berhenti berjalan dan menengok ke arah belakang. aku melihatnya dengan tatapan menunjuk diriku dan berkata apakah aku yang dipanggil? ia paham maksud tatapanku. aku mengangguk pelan dan berjalan ke arahnya dengan kaki malas yang sedikit ku seret ke lantai. menyebalkan.
"apa?" Kataku singkat sesampai dihadapannya
"jaketmu tertinggal" laki-laki itu berkata jujur setelah melihat jaket hitan yang tergantung di kursi dalam ruangan UKS
astaga bisa-bisanya aku lupa dengan jaket kesayanganku. hm, satu point bagus buat anak ini karena sudah mengingatkanku. tapi bisa aja ada maunya? itu sudah pasti rata-rata jaman sekarang orang berbaik hati karena ada maunya doang. tapi yasudahlah intinya jaketku tidak jadi tertinggal. Pikirku keras
"oh thanks" ucapku berterimakasih kepadanya
"dasar pikun" laki-laki itu mengejek pelan dan pergi begitu saja tanpa mengucapkan kata lain kepadanya.
dia kira bagus dengan sikap seperti itu? hey kelakuanmu bahkan terlihat sangat bodoh. memang julukan 'si bodoh' sangat cocok untuk dirinya. rambutku bahkan belum ada yang memutih dan umurku juga masih sangat muda bisa-bisanya dia bilang aku pikunan? sangat tidak mengerti perasaan wanita.
Aku segera mengambil jaket hitamkubyang berada pada ruangan UKS. Setelah selesai menggapaun tujuanku aku langsung berjalan cepat ke ruangan kelas, ini pasti telat. Sesampainya di depan ruangan kelas, aku membuka sedikit pintu dan langsung dibalas dengan tatapan menyebalkan dari siswa siswi yang ada di dalamnya. Guru ku ikut melihatku dari luar dengan tatapan diizinkan masuk dan seolah berkata 'hey nak cepatlah masuk kelas sudah dimulai'. Lalu aku berjalan pelan memasuki ruangan dan menutup pintu kelas.
"maaf pak saya sedikit telat karena habis dari UKS tadi pak" jawabku jujur.
"baiklah, tidak masalah. silahkan mengikuti pelajaran dengan baik." ucapnya ramah sambil sedikit tersenyum kepadaku.
Aku mengangguk dengan dalam hat berterimakasih kepada pak guru yang sudah mengerti. Lalu aku berjalan ke arah mejaku dan menyiapkan buku pelajaran sekarang. Selagi aku sedang menyiapkan buku, aku merasa diperhatikan oleh teman disebelahku yang tentu saja membuatku risih. Aku menatapnya kembali dengan tatapan tajam. Dia terlihat sedikit kaget karena tatapanku.
"kenapa? ada yang aneh?" ucapku sedikit tegas kepadanya
"e - ehh tidak, maaf" ia langsung melanjutkan kegiatan belajarnya tersendiri
Dan aku ikut memperhatikan materi tanpa memperdulikan respon dari dirinya. Kini waktu mulai berjalan dengan sangat lama. Kapan jam istirahat dan bel berbunyi ya? Tak lama memang bel istirahat terbunyi kencang dan jam pelajaran berakhir. Akhirnya, selesai.
Aku merentangkan tangan dan berjalan ke luar kelas. Niatku ingin ke kantin tapi tiba-tiba saja mood makanku hilang. Lalu aku berpikir taman belakang sekolah bisa jadi tempat yang aku idamkan sekarang. Sebuah ketenangan itu memang perlu. Dan aku langsung berjalan ke arah tujuanku.
Sesampainya disana, ada kursi panjang kosong tanpa satu orang pun. Ah ini indah, hanya aku disini. Aku duduk di kursi itu dengan memeluk jaket. Aku masih memikirkan keluargaku sebenarnya. Belum lagi masalah lain.
Aku terdiam beberapa saat sampai ada bola basket yang memantul di depanku. Ini sangat merusak pemandanganku. Aku sontak menangkap bola itu dan melihat seseorang yang menghampiriku. Tepatnya menghampiri bola ini yang sedang dipegang olehku. Ya tuhan, anak ini lagi.
Aku melempar bola basket itu kearahnya dengan tatapan sedikit sinis. Dengan batinku yang terus menyuruhnya pergi dari hadapanku secepat mungkin sebelum aku merobek wajahnya saat ini juga. Dia menangkap bola itu dan masih terdiam di tempatnya. Kenapa ia tidak pergi? Kenapa ia malah memperhatikanku dengan mata menjijikannya?
"udahkan? silahkan pergi dan lanjuti permainan bola basketmu sana" kataku tegas dengan niat halus mengusirnya
"cewek bawel, makasih" dan seperti biasa ia pergi begitu saja tanpa mengucapkan terimakasih
Apa sopan seperti itu? Dia bahkan tidak berterimakasih kepadaku. Ya, bukannya aku mengemis terimakasih kepadanya. Tapi, anak itu memang tidak punya sopan santun. Dia bahkan menatapku seperti itu. Dia pikir dia siapa?
Karena kesal, aku kembali ke ruangan kelas dengan jalan sedikit di hentak. Aku memandangi buku pelajaran. Setelah inikan hanya jam pelajaran? Bolos mungkin tidak masalah. Lagian aku sangat jarang bolos. Aku ingin merasakannya.
Belajar berjam-jam membuatku muak. Berjalan ke kota mungkin bisa membuat otak ku refresh walau sebentar. Aku membereskan semua peralatan tulis dengan bukunya dan pergi keluar sekolah dengan tas kulit ku. Untunglah satpam sekolah sedang tidak ada, jadi aku lebih mudah melewati pagar sekolah. Udara saat ini memang panas, sepertinya aku akan berteduh di cafe dekat sini. Tapi habis itu aku kemana ya?
Dengan memikirkan tempat yang akan aku kunjungi, aku terus berjalan dengan tangan di ayun. Aku kepikiran untuk ke toko buku. Ya lumayan buat ngadem sambil baca baca buku sekilas disana. Disana juga pasti ada alunan musik. Baiklah setelah minum kopi susu di cafe aku akan ke toko buku.
Setelah sedikit lama berjalan, aku sampai ke cafe tujuanku. Aku masuk kedalam dan memesan kopi susu yang aku sukai. Menunggu pesanan, aku mengambil tempat duduk yang berada di depan cafe. Posisinya aku bisa melihat jalanan sambil meminum sebuah kopi susu. Angin disini juga mulai sejuk.
Tak lama pelayan cafe tersebut mengantarkan kopi pesananku dan meletakannya di atas meja. Aku tersenyum ramah dan tentu berterimakaih. Aku meminumnya sedikit demi sedikit. Ini sangat lezat, dan ketenanganku kembali normal. Seandainya aku punya seorang teman.
KAMU SEDANG MEMBACA
One Day
Kurzgeschichtenberawal dari masa SMA dengan konflik yang tak pernah habis , aku bisa melewati semua ini . aku tidak pernah ingin terjadi seperti ini tapi aku bersyukur dengan keadaan seperti ini . rumit tapi ini sangat berarti . aku yakin kelak hidupku akan lebih...