O1. Make Eye Contact

354 82 17
                                    


⋆  ⋆  ⋆

Aku bingung.

Kalau saja tadi aku berpura-pura tidak mengenali mereka, apa aku akan dilepaskan? Atau mungkin mereka akan mengizinkanku mengucapkan pesan-pesan terakhir pada keluargaku? Atau juga aku akan dibebaskan setelah mereka mengambil satu ginjalku?

Disaat aku sibuk berkutat dengan pikiran konyolku. Kedua orang tampan ini, maksudnya penculik— eh pencuri? Ah, mereka sebenarnya apa sih? Seperti bisa jadi apa saja alias profesinya tidak jelas.

Aku duduk di depan, di sebelahku ada seorang lelaki yang tengah menyetir. Dan satu lagi lelaki lain yang duduk di belakang

Aku telah diculik. Tapi tanganku tidak terikat dan mulutku tidak tersumpal kain. Rasanya malah aku jadi putri kerajaan yang dijemput oleh pangeran tampan dengan mobil mewah. Oh tidak, aku sudah ketularan Jenna. Terbuai oleh orang tampan dan orang kaya.

Apa-apaan, mobil mewah ada. Bayar minuman tadi nggak bisa!

"Mana hp lo?" tanya lelaki itu tanpa menoleh sedikit pun ke arahku.

Bagus, jangan menoleh. Aku bisa pingsan saking tidak siapnya melihat sesosok pangeran tampan. Ya, setidaknya aku tidak munafik–dalam hati. Jika kalian berada di posisiku, walaupun nyawa sudah sebatas leher, aku yakin kalian tidak akan bisa menolak keindahan ciptaan Tuhan yang satu ini.

"Mau ngapain?"

Omong-omong, apakah saat ini aku sedang menantang buronan? Semoga aku tetap hidup ya.

Baiklah, aku menyerah. Meski lelaki itu tidak mengatakan apapun, aku dapat dengan jelas merasakan aura kekesalannya. Daripada mati sia-sia dalam mobil dan tidak dapat menikmati ciptaan Tuhan yang—   maksudnya aku lebih memilih mengorbankan ponselku saja.

"Lah kok nggak ngelawan?" seru lelaki yang duduk di belakangku.

Sungguh, aku tidak berniat menoleh. Pertama kali aku bertatapan dengannya, aku berakhir menjadi sandera. Untuk yang kedua bisa-bisa aku menjadi tumbal.

"Percuma, kalian cowok berdua dan aku cuma sendiri. Nurut aja dulu sekarang mumpung kalian nggak ngapa-ngapain," jawabku asal.

Tapi aku benar kan?

"Untuk sekarang masih belum bisa ngapa-ngapain sih. Tapi gak tau nanti kalo udah ada arahan," balas lelaki yang di belakang.

Aku menoleh kepada lelaki di sebelahku. Dia tampak tak banyak mengoceh seperti sosok di belakang. Setelah mendapatkan ponselku ia langsung menyimpannya di saku celana.

"Jangan diliatin gitu, gue risih."

Aku terkesiap, sial ternyata aku tertangkap basah. Sekarang aku harus malu atau takut?

"Cie naksir ya?"

Kenapa sih yang di belakangku ini berisik sekali? Mungkin kalau situasinya berbeda aku akan menjodohkannya dengan Jenna. Dua pemotong rumput akan bersatu. Pasangan serasi dan fenomenal abad ini.

"Nama gue Sunwoo, kalau yang di samping lo itu Younghoon."

Hallo? Siapa yang bertanya ya? Lagipula aku tidak butuh nama dari orang yang bisa kapan saja menggorok leherku.

Ekhem, jadi namanya Younghoon ya...

"Lu nyari masalah? Barusan ngumbar muka, sekarang ngasih tau nama?" kesal lelaki bernama Younghoon itu.

"Aelah, sampe markas paling juga sat set langsung dieksekusi."

Younghoon seketika terkekeh pelan mendengar jawaban Sunwoo. Rasanya jantungku mencelos, sepertinya mereka bukan pencuri. Mereka aslinya psikopat!

"Becanda hahaha ... kaku amat lo kek kanebo," lontar Sunwoo.

Sayangnya aku tidak bisa tertawa sekarang. Serius, bercanda versi mereka agak menyeramkan dan memacu adrenalin.

───────── ·  ·  · ˚✧

"Kita dimana?" Saking gugupnya aku tidak menyadari kalau mobil telah berhenti.

Kedua lelaki itu, Younghoon dan Sunwoo segera turun dari mobil. Mereka menutup kepala dengan topi dan memakai masker di wajah.

Coba aku tanya, apa yang dilakukan buronan di wahana bermain?

Astaga, apa mereka mau menculik anak kecil?!

"Keluar," perintah Younghoon. Kalau dilihat-lihat wajahnya tidak ada tipe-tipe pencuri ataupun penculik, yang ada dia tipe idamanku.

Oke, hentikan.

"Younghoon mau pergi bentar, lo sama gue dulu."

Benar saja, setelah Sunwoo mengatakan itu, Younghoon segera beranjak pergi.

Seumur hidup aku tidak pernah berduaan dengan seorang lelaki. Bahkan berdua dengan ayahku saja aku tidak tahan. Dan sekarang, aku malah berduaan dengan orang asing. Pencuri pula. Kurang bagus apalagi nasibku?

"Laper gak?" tanya Sunwoo tiba-tiba.

"Gak," sahutku singkat.

Jujur, aku masih dendam dengannya. Candaannya tadi hampir membuatku jantungan. Ditambah tawa menyebalkannya yang terdengar seperti mengejek ketakutanku itu. Jangan harap ya aku akan baik padanya.

"Tapi gue laper," balasnya lalu menarik tanganku untuk mengikutinya.

"Mau main juga, mumpung udah di sini yakali nggak main," sambungnya.

Lalu apa urusannya denganku wahai tuan yang masih muda sudah jadi penculik?

Bodohnya aku malah tidak bisa berkata apapun. Dan kali ini ia memegang tanganku. Aduh, jantungku kemana ya?

"Ayo?"

Lalu ia dengan tanpa belas kasihan menyerangku dengan tatapannya.

Sial sial sial! Aku malah semakin tidak bisa melawan. Apa aku terkena syndrom stockholm?

Hei, siapa juga yang tidak panik ketika ditatap orang tampan–maksudku penculik?!

"Emangnya kamu ada duit?" tanyaku dengan nada seketus mungkin. Padahal aslinya salting bukan main.

Beli minuman saja tidak mampu, apalagi beli makanan. Jangan bilang aku yang disuruh—

"Kan ada lo," kekehnya sambil terus menarikku berjalan.

"Enak aja, nyulik orang modal dikit kek!" protesku. Sepertinya aku memang sudah tidak sayang nyawa. Ayah, Ibu, Joan aku sayang kalian.

"Yaudah si minta bayarin Bang Hyunjae aja," jawabnya santai.

"Hah, siapa?" tanyaku lagi.

Sunwoo menghentikan langkahnya. Ia berbalik dan menatapku lagi. Kalau sudah begini rasanya aku menjadi gagu. Kemana perginya secuil keberanian yang kutunjukan tadi?

"Kok lo jadi banyak ngomong sekarang? Di mobil tadi perasaan diem deh."

Aku tidak menjawabnya dan lebih memilih mengalihkan pandanganku. Sungguh, aku bisa beneran mati karena gugup kalau terus-terusan begini.

"Nah, kok diem lagi?" tanyanya sembari tertawa kecil.

Tidak lucu, ayo cepat pergi main dan makan saja.

Melihatku yang tak kunjung merespon ia kembali melanjutkan langkahnya. Dan mau tak mau aku pun mengikutinya karena ia tak melepaskan tanganku.

Pergi ke wahana bermain dan berjalan sambil bergandengan memang ada dalam daftar keinginanku. Namun aku tidak pernah menyangka akan diwujudkan dengan cara seperti ini.

Dengan pencuri!

— Phantom Thieves —

Phantom Thieves | TBZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang