Happy Reading:)))
"Kau harus tetap menikah dengannya!!"
Jung Jaehyun, nama pria tampan yang kini sedang duduk dengan malas hanya terdiam ketika mendengar suara menyebalkan milik ayahnya itu. Ia hanya terdiam, tidak bereaksi sama sekali. Lebih memilih untuk menatap ponselnya.
"Sayang, ini demi kebaikanmu. Kau adalah anak kami satu-satunya, dan kami ingin yang terbaik untukmu. Jika kau mempunyai kekasih, maka perjodohan ini akan batal." Ucap Ny. Jung, menatap kepada anaknya dengan tatapan nanar. Berharap jika anak satu-satunya akan mengerti.
Jaehyun beranjak berdiri, dan kemudian berjalan pergi meninggalkan kedua orang tuanya. Ayahnya berteriak, karena Jaehyun pergi begitu saja tanpa sepatah kata pun, "YAK!! Jung Jaehyun! Kau mau kemana? Daddy belum selesai bicara!" Pekik Tn. Jung.
Jaehyun menghentikan langkahnya, menoleh kepada ayahnya, "Mau atau tidak mau pun, pasti daddy akan terus memaksaku kan? Jadi, mau bicara apa lagi? tidak ada yang perlu dibicarakan lagi."
~ Birthday Gift ~
Jaehyun mengemudikan mobilnya dengan kecepatan sedang. Dia tidak tahu kemana tujuannya sekarang, yang terpenting adalah dia menenangkan dirinya sendiri. Dari tahun kemarin dan puncaknya hari ini, orang tuanya selalu memaksanya untuk menikah dengan orang yang jelas-jelas sama sekali tidak ia ketahui.
Orang tuanya khawatir jika dia tidak akan pernah menikah karena kejadian itu. Kejadian yang membuat hidupnya sama sekali tidak berwarna lagi. Tiga tahun yang lalu, dia kehilangan orang yang sangat berharga di hidupnya.
Ten, nama orang yang dicintainya itu. Pria manis itu pergi meninggalkannya untuk menikah dengan pria pilihan orang tuanya. Meninggalkan Jaehyun dengan luka yang sangat dalam. Dan sejak saat itu, Jaehyun tidak pernah lagi bisa untuk mencintai orang lain. Hatinya sudah benar-benar sangat tertutup. Dan hal itu yang membuat kedua orang tuanya bersikeras menjodohkannya dengan orang yang sama sekali tidak ia kenal.
Ini sudah cukup jauh dari Kota Seoul, tapi Jaehyun tidak tahu kemana dia akan pergi saat ini. Yang dia butuhkan hanya menyegarkan otaknya. Jaehyun mengerutkan keningnya ketika melihat seorang anak kecil dipukuli oleh dua orang pria. Ia segera menghentikan mobilnya dan keluar dari mobil mewahnya itu. Ia paling tidak suka melihat kekerasan di depan matanya.
"Berhenti !" ucap Jaehyun.
Dua orang pria yang memukuli anak kecil itu menoleh, dan menatap tajam kepada Jaehyun.
"Hey tuan muda, lebih baik kau tidak usah ikut campur. Lebih baik kau pergi jika kau tidak ingin kulit putihmu itu terluka dan juga baju mahalmu sobek." Ucap salah satu pria itu."Aku paling tidak suka melihat kekerasan di depan mataku. Lagipula, kalian terlalu pengecut, hanya berani kepada anak kecil." Ucap Jaehyun, menatap dengan tatapan remeh kepada kedua orang pria di depannya.
"Brengsek !" Pekik pria itu. Mereka mulai menyerang kepada Jaehyun. Jaehyun berusaha dengan sekuat tenaga membalas serangan itu, walaupun sebenarnya baru kali ini dia berkelahi.
Jaehyun menendang perut pria itu hingga pria itu terjungkal ke tanah dan meringis kesakitan. Pria yang lainnya mengambil sebilah pisau dari saku bajunya dan hendak menusukannya kepada Jaehyun, namun Jaehyun menghindar, tapi tetap saja tangannya terkena pisau itu.
"Shit !" Pekik Jaehyun. Ia kemudian menendang pria itu hingga pria itu terjungkal jatuh ke jurang yang tidak terlalu dalam. Jaehyun terengah-engah, dia meringis pelan ketika merasakan perih di tangannya.