°°°

1 1 0
                                    

Chapter 2



     Sampai depan rumah Gladis yang begitu besar dan mewah seperti istana. Fano turun dari mobil dan disusul oleh Gladis. Mereka berdua masuk ke dalam rumah.

      "Gak kangen-kangenan dulu nih?" kata papa Fano yang sedang di rumah Gladis. 

     "Enggak lah pa, Gladis gak kangen tuh sama Fano!" tolak Gladis. 
"Sepupu kok gitu!" bentak Fano. 
"Gue selama ini bantu lo buat deket sama Ribella, sekarang lo bilang gitu?!" omel Gladis. 

     "Canda doang ihh, baperan huuu...." ledek Fano sembari meninggalkan Gladis pergi ke kamar. 

     "Eh, tapi gimana, sekarang Ribella pasti salah paham," ucap Gladis mengikuti langkah Fano ke kamar. 

     "Nanti kita bicarain di Cafe."

     "Hah? Malem ini kita pergi ke Cafe?"

     "Ayo lah, sekali-kali."

     "Iya-Iya."

    

      Malam pun tiba, Ribella menelfon Intan untuk segera menjemputnya. Pulang sekolah Ribella meminta Intan untuk pergi ke Cafe malam ini, Ribella mau mencurahkan isi hati Ribella kepada Intan atas kejadian tadi di sekolah. 

     Sampai di Cafe Ribella dan Intan memesan secangkir kopi panas, tak sengaja Ribella melihat Gladis bersama Fano sedang katawa-ketawa, seperti orang pacaran. Mood Ribella semakin kacau, tadinya ingin menenangkan diri malah membuatnya semakin gelisah. 

"Eh Fano, itu Ribella sama Intan! Aduh gawat, bisa salah paham lagi ini!" kata Gladis, sembari menunjuk ke arah Ribella yang berjalan ke pintu keluar.

     "Ahh gimana nih, kayaknya dia udah lihat kita deh, makannya keluar... Gimana ini Gladis?" lirih Fano. 

     "Udah lah, sekarang kita batalin aja rencana kita! Soal Ribel, biar urusan aku aja," lanjutnya. 

     "Ya udah lah, kita tunggu besok aja di sekolah," ucap Gladis. 

     
     *Kring-Kring...*

     Bel masuk telah berbunyi, seluruh siswa masuk ke dalam kelasnya. Pagi-pagi Ribella sudah murung, tak ada semangat. Gladis memanggil Intan, sepertinya ada yang mau dibicarakan mereka berdua.

     "Mumpung Bu Rani belum masuk, aku mau cerita dulu. Sebenarnya aku sama Fano itu gak ada apa-apa, kita ini sepupuan, niatnya aku mau deketin Ribella sama Fano. Tapi sepertinya Ribella salah paham, dia kira kita ini pacaran. Kamu tolong sampaikan ke Ribella ya..." jelas Gladis, panjang lebar. 

     "Hmmm..." jawab Intan, sedang mencerna apa yang di sampaikan oleh Gladis. 

     "Pliss Intan..."

     "Ohh gituu. Iya, nanti aku sampaikan ke Ribella, tenang aja."

     "Dari tadi kek, BTW makasih Intan, umwah-umwah..."
"Sama-sama... Aku kesana lagi ya..."
"Iya..."

     
     *Kring-kring*

     "Udah bunyi nih, yuk ke kantin!" ajak Intan kepada Ribella, tetapi Ribella tidak menyaut sedikit pun. "Kok diem aja?"

     "Tadi apa yang diomongin kamu sama Gladis?!" sungut Ribella.

     "Se-sebenarnya gini a—" 

     "Udah lah, ternyata kamu sama aja kayak Gladis!" bentak Ribella yang kemudian pergi ke kantin.

     Di kantin ternyata ada Fano yanh sedang menatap ke arah Ribella, tapi kali ini Ribella acuh, tak peduli. 

     Berhari-hari Ribella marah dan diam seribu bahasa kepada dua sahabatnya itu. Gladis dan Intan tidak tinggal diam. Mereka berencana, pulang sekolah akan mempertemukan Ribella dan Fano di dekat taman sekolah, dan menjelaskan apa yang terjadi sebenarnya. 

     "Ada surat? Kamu harus pergi ke taman, saat pulang sekolah! Hah? Aku disuruh ke taman? Siapa sih yang ngirim surat ini di mejaku!" Ribella membaca surat yang direncanakan oleh Intan dan Gladis. 

Saat pulang sekolah, Ribella bergegas pergi ke taman belakang sekolah. Dan sudah ada Gladis disana. 

     "Gladis?" Ribella terkejut dan ingin pergi dari taman itu.

     "Silahkan kalau ingin pergi, tapi kamu akan menyesal kalau sudah tahu yang sebenarnya!" jelas Gladis menghentikan langkah Ribella. 

     Ribella balik badan dan duduk di samping Gladis, mendengarkan Gladis bercerita. Setelah selesai, Ribella tampak malu dengan dirinya sendiri, mengapa kemarin ia tidak mau mendengarkan penjelasan Intan. Gladis meninggalkan Ribella sendiri yang terus saja mengoceh.

     "Woy, JANGAN DORONG GUE!!!" teriak Fano yang muncul di semak-semak taman. 

     "Fano? Ngapain kamu disitu hahahha, kamu jangan-jangan ngumpet disitu dari tadi?" ledek Ribella. 

     "Iya Belle..." rayu Fano. 

     "Ihh kamu ternyata masih inget karakter kesukaan aku..." sahut Ribella memukul pundak Fano. 
   
     "Ya iyalah, Belle yang princess itu kan?" jawab Fano. 

     "Sekarang udah enggak marah lagi kan?" lanjutnya. 

     "Hmmm gak tahu deh..." rengek Ribella. 

     "CIYE-CIYE....." ledek Gladis dan Intan yang mengintip di pohon samping Ribella. 
"Gladis, Intan!!!" jerit Ribella. 
"Hahahaha... Eh kalian, kalian jadi saksi jadian aku sama Ribella. Belle, kamu mau balikan lagi sama aku?" ucap Fano sambil memegang tangan Ribella. 

     "Terima-terima...." sahut Gladis dan Ribella. 

     "Aku mau..." jawab Ribella dengan senyuman yang lebar. 

     Akhirnya mereka berdua kembali seperti dulu. Hari yang sangat bahagia bagi Ribella dan Fano. Mantan tidak selalu jadi mantan, mantan pun bisa berjodoh kembali. 

     
By : Laila
     

Tentang Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang