|𝓜𝓮𝓽𝓪𝓷𝓸𝓲𝓪|
___Hari Senin, konon katanya ini adalah hari hari yang dibenci hampir semua orang, tidak terkecuali Mizu dan Fana. Bagaimana tidak? Jam pertama saja sudah dihadapkan dengan pelajaran matematika yang memakan 3 waktu pelajaran.
"YaTuhan, itu gimana caranya bisa dapet lima coba? Terus itu dapet 10 darimana lagi?" Tanya Mizu beruntun pada Fana yang juga tengah pusing memikirkan rumus yang di ajarkan guru.
"Itu kayaknya dapet lima dari empat kuadrat dikurangi tiga kuadrat ga sih? Ehh tapi enam belas dikurangi sembilan jawabanya tujuh ya? Wahh gatau ah, pusing" Lihat, Fana pun bingung dengan pelajaran matematika ini.
Tidak selang lama pelajaran matematika pun berakhir. Ini adalah waktu istirahat pertama, Mizu dan Fana menghabiskan waktu istirahat pertama ini dengan memakan bekal mereka yang dibawa dari rumah.
"Fann, mau ini gak? Aku gasuka ini"
"Sini taruh aja, nanti tak makan"
"Habis ini beli permen yuk Fan, stok permen ku habis"
"Okey okey, aku juga mo beli wafer"
"Yokk ke kantin, udah selesai kan makan nya?"
"Udah, yuk ke kantin"
Mereka berjalan menuju ke kantin dengan melewati lorong yang bisa di bilang termasuk lorong yang panjang, belum lagi harus menuruni tangga. Itulah alasan kenapa mereka lebih memilih membawa bekal daripada menghabiskan waktu istirahat mereka hanya untuk berjalan dan mengantri di kantin.
"Mbak tumbas, permen nya enam berapa yaa?" tanya Mizu pada ibu yang berjualan di kantin.
"Enam harganya tiga ribu, ada lagi?" Kata ibu kantin.
"Udah itu aja Mbak, ini uang nya"
"Kamu beli apa Fana?" Tanya Mizu pada Fana yang tengah sibuk memilih wafer dengan rasa coklat atau vanilla.
"Mau beli wafer, cuman bingung mau milih yang mana" keluh Fana pada Mizu
"Beli aja dua dua nya, daripada kamu bimbang gitu kann" saran Mizu yang ingin cepat cepat kembali ke kelas lantaran sebentar lagi bel akan berbunyi.
"Yaudah deh dua dua nya aja"
"Mbak ini wafer nya dua berapa? " ucap Fana sambil menyodorkan uang sepuluh ribu rupiah.
"Satu tiga ribu, berati itu enam ribu ya. Ini kembalian nya" ucap Ibu kantin sambil menyodorkan uang kembalian Fana.
"Makasih ya Mbak"
KAMU SEDANG MEMBACA
Metanoia
RomanceMizubana, anak tunggal yang tidak berkekurangan apa pun bahkan bisa dibilang anak yang pintar, rajin bahkan cerdas. Entah bagaimana dia dapat berjumpa dengan laki laki yang mirip spertinya, laki-laki yang rajin, cerdas bahkan pentolan sekolah namun...