Happy reading
📚
📚
📚Hari ini hari Kamis, dimana hujan deras mengguyur kota Jakarta, pada sore hari ini. aku Elvira Devi Dianoto, anak kedua dari pasangan Hadiyan Irsad Dianoto dan Harini Putri Dianoto, aku mempunyai kakak perempuan yang bernama Clarissa Devi Dianoto. Saat ini aku sedang berdiri di balkon kamarku sambil menikmati hujan yang turun. Aku menyukai hujan, karena hujan bisa membuat diriku tenang.
Tok...tok...tok, saat aku sedang menikmati hujan yang turun tiba-tiba pintu kamarku diketuk dari luar.
"Iya bentar," ucapku sambil berjalan membukakan pintu dan ternyata yang mengetuk pintu adalah Clarissa kakakku."Kerjain tugas gua, jangan ada yang salah." Huh selalu seperti ini, dia memerintah ku mengerjakan tugasnya lagi, tetapi untuk sekarang aku akan menolaknya.
"Gak, itu kan tugas lo. Jadi itu yang ngerjain harusnya Lo," tolak ku dengan tidak sadar bahwa telah berani melawan clarissa untuk pertama kalinya.
"Wah berani ngelawan Lo, gua ini kakak Lo, jadi Lo harus mau menjalankan semua perintah dari gua. Lagian itu gampang kok cuman catat materi dari bab satu sampai lima."
"Gak, gua gak mau. Gua juga banyak tugas."
"Alah, gak usah bohong, gua tau itu cuman alasan Lo kan. Cepetan kerjain! Kalo Lo gak mau ngerjain tugas gua, gua akan bilang ke mama. Biar Lo dapat hukuman." Benar apa yang di ucapkan Clarissa, tugas ku sudah selesai dari Minggu kemarin. Karena malas berdebat akhirnya aku mengerjakan tugas clarissa, karena memang aku gila Belajar.
🌾🌾🌾
Tok...tok...
"Masuk," karena sudah mendapatkan izin dari pemilik kamar, Elvira langsung membuka pintu kamar clarissa."Nih tugasnya, udah semua." Ucapku sambil menyerahkan tugas clarissa.
"Ehh bentar, Lo buang sampah itu kebelakang." Perintah Clarissa, sambil menunjuk tempat sampah yang berada di pojok ruangan ini. Karena memang kebetulan aku akan membuang sampah juga, jadi sekalian saja aku menerima perintah Clarissa, Tanpa protes.
🌾🌾🌾
"Loh neng, kok malam-malam gini kebelakang mau ngapain?" Tanya mang Asep, beliau kerja disini sebagai tukang kebun.
"Ehh iya mang, mau buang sampah dulu, udah numpuk soalnya." Ya walaupun mang Asep bekerja disini hanya sebagai tukang kebun, tetapi aku tetap sopan santun kepada beliau.
"Hati-hati neng, udah malam Soalnya."
"Hahah, mang Asep ini bisa aja, orang cuman buang sampah doang gak papa kali mang, gak bakal ada kejadian yang aneh-aneh.""Musibah gak ada yang tau neng."
"Iya mang aku bakal hati-hati kok, udah malam, mang Asep mending masuk."
"Hahaha neng tau aja kalo saya suka masuk angin kalo kelamaan di luar, kalo gitu saya pamit kedalam dulu." Pamit mang Asep dan langsung berlalu dari hadapan elvira.Saat aku sedang membuka tutup tong sampah, dari arah belakang aku mendengar suara benda terjatuh.
Deg..." Siapa itu?" Teriak ku tetapi tidak ada jawaban, "huh gak usah takut paling cuman tikus atau kucing." Ucap Elvira meyakinkan diri dan saat Elvira berbalik badan ia dikagetkan oleh kedatangan ibu-ibu yang berpakaian lusuh dan rambut yang berantakan.
"Astaghfirullah, ehh maaf sebelumnya ada apa ya Bu?" Kaget elvira.
"Saya mau minta lilin sama korek neng, dirumah saya Lampunya padam, karena saya tidak bisa membayar listrik lagi." Ucapan ibu itu sangat menohok hati ku, karena memang sesusah apapun kehidupan kita, masih ada yang lebih susah dari kita, harusnya aku bersyukur masih bisa hidup dengan layak.
"Bentar Bu saya ambilkan dulu, ibu bisa duduk di dalam sambil menunggu." Ucapku menawarkan ibu-ibu itu untuk masuk kedalam rumah, tetapi beliau menggeleng, karena tidak mau membuat ibu-ibu menunggu terlalu lama aku langsung berlari kedalam rumah untuk mengambil lilin dan korek yang ada di dapur.
"Aduh lilin nya di mana ya." Ucap ku didalam hati sambil mencari-cari di laci meja yang ada di dapur tetapi tidak menemukan nya.
"Neng? Lagi apa." Ucap mbok Marni sambil menghampiri ku yang sedang mencari lilin dan korek di dapur.
"Ini mbok aku lagi cari lilin sama korek, mbok liat gak?""Ouh lilin sama korek, bentar mbok ambilkan dulu kaya nya masih ada stok, di kamar mbok." Ucap mbok marni sambil berlalu dari hadapan elvira. "Ini neng tapi cuman dua."
"Ahh gak papa, makasih mbok."
"Buat siapa emang neng?"
"Buat tetangga mbok, beliau lagi butuh banget.""Ahh, orang nya dimana?" Tanya mbok Marni.
"Ada di belakang rumah, udah ya mbok takut ibu-ibu nya nunggu terlalu lama."
"Iya neng."🌾🌾🌾
"Ini Bu lilin sama koreknya, maaf ya Bu aku cuman punya lilin dua aja." Ucapku sambil memberikan lilin dan koreknya.
"Ahh gak masalah, saya malah bersyukur neng sudah membantu saya. Terimakasih neng kalo gitu saya pamit dulu."Sama-sama Bu."
"Ehh iya neng, ibu lupa."
"Kenapa Bu?""Ibu cuman mau pesan ke kamu, kalau mulai sekarang kamu harus lebih mandiri, karena akan ada suatu kejadian dimana semua itu akan merubah nasib dan kehidupan kamu."
"Hah? Maksud ibu?"
"Nanti kamu akan tahu sendiri, saya pamit dulu, Assalamualaikum wrwb.""Waalaikumssalam wrwb, maksud ibu tadi apa yah? Nasib yang berubah? Ahh sudahlah mungkin ibu itu hanya bercanda."
Aku pun bergegas masuk kedalam rumah, entah kenapa ucapan ibu-ibu tadi masih terngiang-ngiang di kepalaku, seperti kaset rusak.
~To be continue~
°°
°
°Hai terimakasih banyak yang sudah membaca cerita "sebuah mimpi" jangan lupa share dan ajak teman-teman nya untuk baca ceritaku ya.
Sabtu 28, November.
Tegal, Jawa tengah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah mimpi (Hiatus)
Teen FictionElvira Devi Dianoto, sesosok perempuan mungil yang memiliki jiwa semangat yang berkobar-kobar, ia mempunyai mimpi yang sempurna dan mudah untuk digapai. tetapi semua itu berubah saat ayahnya meninggal dan sebuah rahasia satu persatu mulai terbongkar...