00

15 0 0
                                    

Enjoy Reading!
ılıılıılılıılıılı

"Udah ya, cukup, kita sampe sini aja. Gua capek."

Malam ini, jadi malam minggu paling buruk yang pernah Kiara rasain. Selama 19 tahun hidupnya, ini jadi pertama kalinya Kiara nangisin cowok. "Brengsek!" pekik Kiara, sepersekian detik setelah sambungan telepon mati.

"Bajingan banget lo brengsek!" tangis Kiara pecah.

Cewek berambut sebahu itu, hampir aja melempar handphone yang digenggamnya; nggak jadi, nggak mau ngerugiin diri sendiri.

"Gila lo! Cowok gila, stress, kampungan, mesum!" pisuh Kiara lagi, masih dengan aliran air matanya yang cukup deras.

Kiara enggak pernah kebayang, adegan ala sinetron ftv yang sering ia komentari sebagai scene paling alay ternyata dia rasain sendiri. Malam ini, di rooftop gedung kosannya, Kiara nangis. Hubungannya selesai, tapi dendamnya baru mulai. Tangisan sekenceng apapun, rasanya gak bisa ngehilangin atau bahkan nutupin rasa sakit, dendam dan penyesalan didalam hatinya.

"Orang gila..." pisuh Kiara lagi. "Gue baru aja beliin lo hoodie kemarin. Lo masih baik-baikin gue, dan sekarang..." Kiara mengusap wajahnya kasar. "Fuck off... Mati lo cowok setan!!!" Pekik Kiara.

Cklek

Bersamaan dengan terbukanya jendela ruangan dibelakangnya. Kiara menoleh, mendapati seorang laki-laki jangkung yang membuka jendela tersebut. "Ngapain?" tanyanya, sambil keluar melompat melalui jendela.

Kiara mengusap wajahnya menggunakan baju kaos yang sedang dipakainya. Enggak kenal siapa cowok tinggi yang menghampirinya saat ini, dia membalikkan badan berusaha acuh.

"Ngapain?" tanya cowok itu, melongok kebawah. "Tinggi juga nih, bisa langsung mati."

Kiara terkejut, menoleh menatap cowok itu. Perbedaan tinggi badan yang cukup signifikan, membuat Kiara tidak dapat melihat wajah cowok itu dengan jelas. Hanya melihat rahangnya yang cukup terbentuk, hidung mancung dan bibirnya yang sedikit tebal.

"Gue enggak kepikiran buat bunuh diri?!" ucapnya pelan.

"Buat mantan lo."

Kiara berdecak, membalikkan badannya bersandar pada pembatas rooftop. "Kedengeran ya? Kekencengan misuhan gue."

"Sampe lantai 3 doang." Jawabnya lagi.

Kiara menghela nafas panjang. "Sorry..." lirihnya. "I don't know how many people in this kost notice me. But, i feel ashamed." ucap Kiara menatap wajahnya merasa sangat malu.

"Gue." Ucap cowok itu tiba-tiba, lagi-lagi membuat Kiara menoleh menatapnya bingung. "Mas Jian, Mbak Belva, sama Juno doang paling."

Kiara berdecak sebal. "Comfort gue kek."

"Ngapain? Gue comfort juga, lo tetep pengen bunuh mantan lo kan?" Jawab cowok itu sekenanya.

"At least... Hhh... I feel ashamed, and embarrassed so fucking bad!!!" ringis Kiara. "Lo tau? Dia lari dari masalah, bikin gue seakan akan ngemis ngemis buat dia balik selama tiga bulan ini. Karena, gue pikir kita gak ada masalah serius yang buat dia ngegantung gue sampe hampir tiga bulan. Kita sempet baikan, dan jalan kemarin tapi tiba-tiba dia minta putus, and has another followings on his spotify. And he said, she was his cousin!! Kita berantem lagi. Gue ngalah!!! Tiga hari gue ngalah, dan gue berlagak seakan gue baik-baik aja, tapi dia bilang kita gak bisa lanjut. I told him that i bought him a Jacket, dan dia ngebaik baikin gue selama seminggu... lo tau buat apa?"

"For him to get the Jacket you just bought, am i right?" Jawab cowok itu, terkekeh setelahnya.

"One hundred percent correct." jawab Kiara, menghela nafas panjang. Menatap langit malam yang tampak gelap, hanya sedikit bintang yang terlihat malam ini. "Three days after, he completely ignore me, and dated a new girl. I don't know am i his first girlfriend or selingkuhannya. Gue gak dapet final jawabannya, sampe tadi dia ngasih closure yang menurut gue bukan closure. Dia cuma jelasin dan ngasih unjuk gue how manipulative and gaslighting he is. Gobloknya, gue masih begging him to stay.. stupid.." final Kiara, membuat cowok itu mengangguk-anggukan kepalanya seakan memahami celotehan panjang Kiara.

"You are." tanggapnya. "Kenapa lo begging banget, padahal dari cerita lo. Lo keliatan tau banget sebrengsek apa dia."

"Itu..."

"Already having that kind of; you know?." tanya cowok itu.

Kiara berdecak. "Lo kira gue CEWEK APA KABAR? Lo kasih gue dua porsche pun, gue gak akan mau ya having that kind of 'you know' sama cowok yang belum jadi suami gue. Gila kali ya! Dia tuh—" Kiara berhenti, berpikir kembali karena menurut Kiara ini aibnya.

Masih tabu untuk Kiara bilang secara blak-blakan alasan yang membuat ia sangat menahan mantannya untuk pergi. Meskipun, Kiara tau tinggal di kota besar, bisa saja hal yang Kiara anggap tabu menjadi hal yang dianggap biasa disini.

"Dia tuh apa? Your first kiss?" tembak cowok itu langsung. Kiara membelalak, menelan ludahnya susah payah.

Cowok itu terkekeh, namun terdengar menyebalkan ditelinga Kiara. Tebakannya benar, mantan Kiara jadi orang pertama yang cium Kiara. Dan sekarang dia sangat menyesal atas hal itu, meskipun berlangsungnya kejadian tersebut merupakan ketidaksengajaan. Tetap saja; her first kiss was gone. Kira-kira itulah pikir Kiara.

"Tapi lo consent kan? Kenapa harus nyesel?" tanya cowok itu, menanggap diamnya Kiara sebagai jawaban benar atas tebakannya.

Kiara berdecak. "Enggak! It was an accident!"

"Then, it isn't a first kiss. You can say it's your first kiss if you enjoying–" cowok itu membungkukkan badannya, mendekatkan bibirnya ke telinga Kiara. "–the plump of his lips, and the sweetness of his lick."

Merinding.

Kiara merinding sebadan-badan.


Enigma 𝄃𝄃𝄂𝄂𝄀𝄁𝄃𝄂𝄂𝄃
scroll to continue

Enigma • HarutoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang