1. testament

753 66 10
                                    

[ heart of nana ]
.
Cek story info dulu yah... 💚
.

Tw // mention of death and suicide
.
.
.
.
.

Minggu pagi, Mark kembali ke asrama disambut oleh kerumunan siswa yang tidak bisa diam.

Mark, sebagai wakil kesiswaan, tentu insting yang pertama menggerakkan tubuhnya adalah untuk mencoba menghalau entah apapun itu penyebab dari keributan di depannya. Bertanyalah dia, "Ada apa?" pada siapapun dari sekian puluh orang di pintu masuk asrama yang berniat menjawab.

"Mark! Kamu tidak akan percaya ini!" Jawab salah satu mereka dengan mukanya yang pucat, "Nana mati! Jatuh dari jembatan pejalan kaki yang pembatasnya sudah tua! Dia jatuh dari atas sana langsung ke rel di bawah lalu tertabrak kereta yang sedang lewat!"

"Nana...?"

"Ya! Si manis Nana dari kelas 1!" Jawab salah satu yang lain, "Kejadiannya dua hari lalu, sehari setelah kamu izin pulang ke rumah. Guru bilang paginya Nana memang sempat izin pergi ke pemukiman warga untuk membeli keperluan, lalu siangnya baru datang laporan dia tewas!"

Ah. Sudah jatuh, lalu tertabrak kereta yang melaju cepat. Itu bukan berita kecelakaan yang bisa didengar tiap hari, terlebih kecelakaan itu melibatkan orang yang nama dan wajahnya memang pernah dikenalnya langsung.

Semua mengira, Mark yang baru pagi ini mendengar, harusnya menunjukkan sesedikitnya ekspresi tak percaya pada wajahnya. Atau malah, jika Mark pada wajahnya itu menunjukkan tanda-tanda kecemasan, ketakutan, kesedihan... mereka semua akan sangat mewajarkan karena mereka semua tau, Nana yang mereka tengah ributkan walau sudah dua hari lewat sejak kejadian, bagi Mark memang bukan hanya sekadar adik kelas.

Tapi alih-alih berwajah tegang, Mark hanya bertanya pelan sembari mengeratkan genggamannya pada tas besar yang dia bawa dari rumah, "Begitu. Tapi kalian semua baik-baik, kan? Tidak ada yang ikut pergi dengan dia ke jembatan reyot itu?"

Dia menanyakan keadaan siswa lainnya. Apa itu juga instingnya sebagai wakil kesiswaan? Entah, tapi mereka tetap menjawab patuh bahwa tak satupun dari mereka ikut tertimpa sial seperti layaknya si malang Nana.

Si manis Nana. Si malang Nana. Nana yang mendapat julukan dari teman-temannya itu sampai sekarang pun masih bisa membuat beberapa temannya menangis. Salah satunya adalah Haechan yang Mark lihat sedang dihibur teman-teman lainnya di lorong.

Soal Haechan, Mark hanya tau dia adalah teman dekat Nana di kelas yang sama. Ya, Haechan adalah adik kelas buatnya juga. Hanya adik kelas, jadi Mark tidak terlalu merasa harus ikut menghibur atau apapun itu dalam posisi dia sendiri juga masih lelah dari perjalanan jauh.

"...Nana benar-benar mencintaimu, kak."

Mark yang tadinya berjalan lurus dan tidak banyak menoleh kanan kiri, langsung terhenti di tempat begitu ia tau suara yang barusan itu pastilah ditujukan padanya. Suara Haechan, yang setelahnya Mark bisa lihat bahwa teman-teman di sebelahnya itu juga sama kagetnya.

"Apa maksudmu?"

"Nana mencintaimu."

"Makanya, apa maksudmu tiba-tiba melanjutkan kebohongannya di saat dia bahkan sudah mati?!"

Haechan menarik napas dalam, "Bohong? Tapi... Tapi Nana tidak pernah bohong... Nana benar-benar—...."

Mark mendecih sebelum akhirnya melanjutkan berjalan menuju kamarnya di lantai 3. Dia sempat dengar Haechan yang kembali menangis kencang memanggil-manggili temannya yang sudah tidak di sana, yang juga sudah Mark cap dalam hatinya sebagai pembohong, penipu... dan sebutan-sebutan lainnya untuk orang yang omongannya tidak bisa dipegang, tidak bisa dipercaya.

heart of nana // lumarkminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang