Aku belum bisa menghilangkan perasaan tidak nyaman setelah mendengar nasehat Aryo beberapa hari yang lalu. Semua kenanganku bersama Pradnya kembali muncul seperti film yang diputar berulang-ulang. Membuatku berpikir apakah ini tanda untuk melangkah kembali.
Kini, kedua cincin Pradnya terasa berat di telapak tanganku. Begitu juga dengan fotonya yang selalu ada di dompet. Kubawa kemanapun aku pergi. Aku selalu merasa ketiga benda itu mewakili ketiadaannya disekitarku.
".... Nya, aku nggak ngerti harus gimana."
Mara. Aku ingat dokter gigi yang mencoba untuk menghubungiku waktu itu, tapi entah kenapa aku tidak ada atau belum ada keinginan untuk menghubunginya kembali.
Tetapi disaat yang bersamaan aku juga mengingat dia. Dia yang beberapa kali selalu muncul di ingatanku. Dia yang membuat Surabaya terlihat kecil dengan pertemuan tidak sengaja.
Pagi Rani, ini Ara.
Setelah kejadian minggu lalu saat aku melihat kecewa atau marah di wajah Rani, aku memberanikan diri mengirim pesan padanya hari ini.
5 menit ...
15 menit ...
30 menit ...
2 jam ...
Hingga malam hari, balasan dari Rani tak kunjung datang. Meski tanda centang 2 biru sudah terlihat disana.
*
*
*Seperti biasa, pagi hari setelah sholat subuh aku menelepon Tara. Hampir 30 menit kami bercerita macam-macam, sebelum pop up pesan muncul di layar.
Rani
Pagi, Mas. Maaf baru balas"Tara. Bapak tutup dulu ya, ada yang penting barusan masuk." Tanpa menunggu jawaban Tara, aku mengakhiri sambungan teleponnya.
Ganggu?
Jawabannya masuk tak lama kemudian.Rani
Nggak, ini lagi review kerjaan aja. Ada yang bisa aku bantu?Makan siang?
Sebelum nyaliku ciut, cepat-cepat aku tekan ikon sent.Rani
Masih pagi, belum waktunya makan siangsenyumku timbul seperti anak gadis membaca pesan balasan dari sang kekasih.
Kalau nanti siang?
Rani
Maaf, ada meeting hari ini. Maybe next timeOk, InsyaAllah next time
Balasku diiringi doa semoga berikutnya aku cukup punya nyali untuk mengajaknya.Rani
OkMenghembuskan nafas, meski ada sedikit kecewa karena belum bisa bertemu tetapi aku lega karena sudah memberanikan diri.
Seperti biasanya, hari Sabtu di kantor terasa lebih ramai dibanding biasanya. Banyak orang lapangan yang mampir kantor, entah untuk memasukan laporan atau sekedar berkumpul menghabiskan waktu.
"Pak, nanti ikut?" Tanya Rara.
"Pak Tyo mau ajak makan siang di warung geprek yang baru buka itu." Tyo salah satu pemasok material kayu di beberapa proyek. Dia memang akrab dengan seluruh staff-ku, mungkin karena sudah lama kita kerjasama.
Belum sampai aku menjawab pertanyaan Rara, nama Tara muncul di layar ponselku.
"Hallo sayang."
"Urgent, Bapak bisa ke Periplus. Ada buku yang Tara mau beli tapi lupa judulnya."
![](https://img.wattpad.com/cover/249521797-288-k387540.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Haven't Met You Yet (SUDAH TERBIT)
RomanceSebagian part sudah dihapus Arunika Pramesti Maharani, wanita 40 tahun yang tidak terlihat sesuai usianya ini paling benci lagu Diana Ross, When you tell me that you love me. Baginya, lagu itu menggambarkan kebodohan seorang wanita yang menggantungk...