Semoga menghibur dan semoga kalian senang dengan hiburannya. Simak baik-baik ceritanya, berpikirlah dengan positif, semoga malam ini kalian tidak bertemu dengan SANG PENGHIBUR.
*****
Hosh! Hosh!
Aku berlari dengan kencang agar terhindar dari kecaman warga.
Lelah sekali. Aku sangat lelah, bahkan untuk berjalan saja rasanya sangat susah.
Seminggu yang lalu ada pedagang yang diam-diam mencuri hasil panen warga, dan menjual hasil curiannya ke kota besar.
Batavia. Kota besar yang menjadi tujuan sang pencuri itu.
Namun, sang pencuri itu malah menuduhku dengan cara yang sangat kejam. Ia berkata bahwa akulah yang mencuri hasil panen warga.
Aku difitnah. Banyak warga yang mempercayainya, bahkan orang tuaku sudah seperti membuang ku karena tertanggung malu.
Aku hanya pribumi biasa. Dan dia yang jelas-jelas seperti bangsawan tiba-tiba menuduhku? Apa salahku ya tuhan...
Hosh! Hosh!
Malam ini, aku dikejar oleh para warga karena tiba-tiba hasil panen mereka menghilang.
Para warga kembali menuduhku sebagai tersangka. Padahal tersangka sebenarnya adalah sang pedagang bangsawan yang tidak tahu malu menuduh anak kecil dengan wajah tanpa dosanya.
Sang Tangan Panjang. Itulah sebutan warga kampung terhadapku.
Hosh! Hosh!
Aku berlari sampai ke tengah hutan yang lumayan lebat.
Kukira ini berhasil karena sudah sampai hutan. Namun, para warga akhirnya menemukan ku yang sedang menetralkan nafas di bawah pohon besar.
Sungguh miris. Anak kecil berumur sekitar 5 tahun menjadi seorang penanggung dosa orang lain.
"Kembalikan hasil panen ku bocah gila!"
"Hei tangan panjang! Suka sekali kau mencuri hah?! Apa kau tidak diajarkan sopan santun oleh orangtuamu?!"
Orangtua? Orangtuaku saja membuang ku karena malu.
"Memang untuk apa kau mencuri?! Kudengar orang tuamu itu bercukupan!"
"Si*l*n! Mau makan apa kita?! Dasar bocah tidak tahu malu!"
Mereka semua mengoceh tentang ku dengan suara yang sangat keras sambil menarik-narik tanganku.
Aku yang lemah tidak berdaya ini hanya bisa pasrah dengan keadaan.
Mereka menarik-narik seakan-akan tanganku itu adalah tali tambang.
Karena ada warga yang sangat kesal, ia langsung mengambil kapak yang sedikit berkarat dan mengayunkan nya tepat kearah tanganku.
Krak! Krak! Krak!
Suara tulang belulang tangan ku yang seakan tulang ayam yang sedang dipotong-potong terdengar samar-samar di telingaku.
Crat!
Darahku muncrat kemana-mana. Bahkan ada warga yang wajahnya banjir dengan darahku.
Mengalir deras layaknya air keran.
Aku mendengar seakan mereka tertawa terhadapku yang sedang diambang kematian ini.
Dan benar. Dugaan ku benar. Mereka tersenyum lega seakan Sang Tangan Panjang sudah mati, dan tak ada lagi yang akan mencuri hasil panen mereka.
Aku bingung, sekuat apa aku? Sehingga kedua tanganku dipotong seperti itupun aku belum mati. Apakah tuhan sedang menguji ku dengan cara menahan rasa sakit ini?
Tak tahan dengan aku yang sedari tadi belum mati. Seorang warga malah menaburkan garam di setiap lukaku.
Rasanya perih, pedih, dan miris dalam artian bahwa aku sudah tidak sanggup menahannya.
Awan mulai menghitam, malam ini lebih dingin dari malam biasanya.
Para warga langsung kembali ke rumah mereka, meninggalkan aku yang terkapar mengenaskan tanpa kedua tangan.
Tes... Tes...
Hujan turun seakan mendengar curahan hatiku. Langit menangis, menumpahkan airnya ke bumi.
Disaat aku sendirian, dengan luka fisik dan mental. Ada hujan yang menemani ku untuk pergi menghadap sang ilahi.
Aku sedikit tidak percaya bahwa waktu hidupku di dunia hanya sepanjang 5 tahun.
Kukira aku akan hidup lebih panjang dan menjadi seorang pilot, membahagiakan kedua orangtuaku, dan menjadi orang yang berada untuk membagikan sebagian hartaku kepada anak-anak yang memiliki nasib sama sepertiku.
Aku mati rasa. Tanah hutan yang berwarna coklat kini berubah menjadi merah.
Tanganku sudah tidak tahu ada dimana. Yang pasti, para warga memutilasi jariku bagai daging sapi yang sedang disembelih.
Dan tanganku? Bukannya dikubur, mereka malah membiarkannya.
Dimana jariku? Kembalikan jariku.
Tuhan... Maafkan aku yang telah menyia-nyiakan hidupku seperti ini, aku belum sempat mendekatkan diriku padamu.
Jangan hukum aku tuhan... Karena di dunia ini, aku sudah lelah akan hukuman dari manusia-manusia keji.
Semoga aku berada dalam sisimu. Semoga di kematian ini, aku selalu ingat akan dirimu, dan jalan yang benar. Amin.
Duarrrr!
Sarah terbangun karena petir yang lumayan besar. Air matanya mengalir deras seperti air terjun.
Ia tidak mengerti apa yang ia impikan, namun yang pasti, ia merasa sudah bertemu dengan anak kecil yang ada di mimpinya.
Sungguh miris. Ia berdoa semoga anak kecil tak berdosa itu tenang di alam sana.
SEKIAN.
*****
Anak Kecil Penghibur
Kematian ku berada diatas tanah mu.
Setiap hari ku lihat kesendirian mu.
Ku pandang tanpa jemu.
Hingga akhirnya kita bertemu.A story by: KimDa.
3 Desember 2020[Sekian. Tapi boong:) hayyukk! Jangan lupa untuk vote dan comment yah, bila kalian senang dengan ceritanya, boleh dong di share ke keluarga kalian:)]
[Bila para pembaca sekalian mempunyai pengalaman horror yang sangat menegangkan, bolehlah di share di komentar mwhehehe]
[Miris banget melihat chapter ini, bagaimana anak kecil dihakimi warga dengan cara yang tsaedestt, semoga kedepannya lebih baik lagi moral di cerita ini:((]
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG PENGHIBUR [TAMAT]
TerrorAkankah kalian percaya jika 'mereka' yang dinilai pembawa hal-hal negatif kini beralih menjadi sang pembawa hiburan? Inilah kisah Sarah Azhari Widyowati, sang pemilik kelebihan yang biasanya tidak dimiliki oleh anak-anak lain. A story by: KimDa ****...