chp - 1

368 2 0
                                    

Malam itu aku melarikan diri dari segerombolan pria yang akan memperkosaku. Aku tidak ingat bagaimana kejadian setelahnya, karna saat membuka mata aku sedang mengenakan pakaian rumah sakit.

"Kau ingat dengan perjanjian yang tadi bukan? Dan kau juga sudah tau segala resikonya?" Pria berkacamata bertanya dan memandangku lekat.

"Iya, Yoongi-ssi."

Kulit putih pucat, dan wajah yang susah ditebak. Yang aku tau dia bernama Min Yoongi. Dia orang pertama yang aku lihat saat sadar, dan ternyata dia-lah yang menyelamatkan aku.

Setelah beberapa hari berada dirumah sakit, saat ini aku sudah berada di depan rumah bewarna biru tua dengan halaman yang sangat besar. Disinilah aku akan tinggal.

Karna aku tidak ingat siapa nama dan asal usulku, aku menerima tawaran Yoongi untuk bekerja sebagai pelayan. Bayaran yang ditawarkan sangat tinggi, tapi tentu saja ada berbagai persyaratan yang harus aku patuhi agar dia tidak menghabisiku.

"Istirahatlah dulu, setelah itu kepala pelayan akan mengantarmu berkeliking serta mengajarkan peraturan dirumah ini." ujar Yoongi sambil menunjuk ke arah pintu bercat putih.

"Baik."

Aku tidak menyangkah kalau kamar seorang pelayan cukup besar dan mewah. Sesaat aku sempat merasa bahwa ada yang ganjal dengan keadaan dirumah ini. Tapi segera aku tepis.

--

Pintu kamarku beberapa kali di ketuk, kebetulan aku sudah puas beristirahat. Baju pelayan yang berada dilemari juga sudah aku kenakan.

"Perkenalkan, aku Choi Sodam. Kepala pelayan disini." Pria paruh baya dengan pakaian jas serba hitam dan rambut rapi mengajakku berkeliling rumah.

"Aku mendengar kalau kau tidak mengingat apapun, bahkan nama sekalipun. Lalu, bagaimana aku memanggilmu?" tanyanya sembari terus melangka memasuki lorong di lantai dua.

"Saya akan memikirkannya nanti." Kepala pelayan Choi hanya mengannguk.

"Oh, kau bisa membersikan semua ruangan tapi jangan pernah membuka kamar dengan pintu bewarna hitam." Jarinya menunjuk kearah ujung lorong.

"Baik."

Ya—aku hanya akan bekerja dengan baik untuk bisa bertahan hidup sambil mengingat kehidupanku sebelumnya. Tak perlu bertanya kenapa pintu itu tidak boleh dibuka. Tidak mungkin pemilik rumah ini menyimpan mayat disana kan??

Rumah ini cukup besar hingga membutuhkan kurang lebih dua jam untuk berkeliling. Tak terasa langit sudah menjadi gelap tanpa ada bintang yang menyinarinya.

Bahkan penerangan dirumah ini cukup sedikit karna tidak banyak lampu yang dinyalakan. Hanya beberapa titik dengan lampu bewarna kuning. Udara di sini juga cukuo dingin hingga membuat tubuhku sedikit menggigil. Padahal belum masuk musim dingin.

Setelah kembali ke kamar aku berniat untuk memejamkan mata, namun tidak bisa. Mungkin karna tadi aku sudah tidur cukup lama jadi sekarang tidak ada rasa kantuk sama sekali.

Aku mengambil jaket yang tersampir di atas kursi dan memakainya. Berjalan-jalan ditaman mungkin bisa membuat rasa kantuk keluar. Toh sudah malam, para penghuni rumah ini mungkin saja sudah terlelap.

Kamarku berada dilantai bawah, dan tak jauh dengan pintu yang menuju taman. Keputusanku sangat tepat untuk tidak memakai alas kaki. Rumput-rumput kecil seakan menggelitik telapak kakiku.

Aku mendongak keatas, melihat langit yang tampak sedih. Seperti ada kekosongan, sepertiku. Tak mengingat satupun kenangan, kejadian bahkan nama membuatku cukup sedih.

"Aaachhhhhh!!!"

Kepalaku sontak menoleh kearah rumah, suara wanita berteriak sangat kencang. Yoongi tidak mengatakan siapa saja yang tinggal dirumah ini. Aku berlari memasuki rumah. Tapi aneh, saat aku masuk suara tadi tidak ada dan sepi~ tidak ada seorangpun yang bangun.

Aku memutuskan untuk kembali kekamar dengan hati yang berdebar. Menyakinkan diri sendiri bahwa mungkin saja aku berhalusinasi.

--

Seminggu berlalu sejak hari itu, paginya aku mencoba bertanya dengan kepala pelayan Choi. Namun dia meyakinkan bahwa mungkin aku salah dengar. Memang benar, malam-malam berikutnya aku tidak mendengarnya lagi.

Tapi entah kenapa setiap malam aku pasti susah untuk tidur, selain udara yang semakin dingin, suara burung gagak sangat jelas terdengar.

Tidak terkecuali dengan malam ini, kebetulan air yang aku bawa habis dan mengharuskan aku untuk keluar kamar padahal aku sudah janji pada diriku sendiri untuk tidak menyelinap keluar saat tengah malam begini. Hhyyhgjihh

Prang!! Gelas yang kupe⁵8gang tadi pecah berantakan dilantai. "Ma—maaf, sa—saya~" entah kenapa tubuhku merinding.

Tanpa melihat siapa yang menegur, aku buru-buru membersihkan pecahan kaca di bawah. Namun sial, pecahan gelas tertancap dijariku dan membuat darah keluar.

"Ap—"

Tubuhku seakan membeku saat bibir lembut membasahi jariku. Iya—jariku masuk kedalam mulut pria itu, aku tidak tau siapa dia. Yang aku tau tenaganya terlalu kuat saat aku hendak menarik jariku keluar dari mulutnya.

"Lezat~" seringai pria itu.

"Ada apa in—? Ah, Tuan muda~" kepala pelayan Choi datang kedapur, suara yang seakan marah tadi berubah melunak. "Tuan muda, apa yang anda lakukan di dapur pelayan? Anda membutuhkan sesuatu?"

"Tidak, aku hanya mencium bau yang lezat dan tak terasa sampai ditempat ini. Tapi, siapa dia? Pelayan baru?"

"Benar, dia baru satu minggu berada disini. Maaf saya belum tegas mendidiknya." ujarnya sangat sopan.

Mataku sempat bertemu pandang, aku sedikit merinding setiap kali dia tersenyum seringai. "Hm, tidak. Apa Yoongi hyung yang membawanya?"

"Benar, tuan muda."

"Siapa namamu?" Tanyanya sambil memasukkan tangan di saku celana.

"Siapa namamu?" Tanyanya sambil memasukkan tangan di saku celana

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Sa—saya tidak mempunyai nama." Memang benar, bahkan belum terpikirkan siapa nama yang bisa aku pakai.

"Kau hilang ingatan?" Aku mengangguk cepat. Ingin segera kembali ke kamar. "Kalau begitu aku akan memberimu nama Y/N, bagaimana??"

Y/N? Tidak buruk juga, dan entah kenapa aku menyukainya. "Terima kasih, tu—tuan muda."

"Paman, tangan Y/N sedikit 'berdarah'. Cepat balut dengan sesuatu. Kalau begitu, aku kembali kekamar." Kepala pelayan Choi menundukkan tubuhnya dan otomatis aku mengikuti gerakannya.

"Oh ya!! Y/N, terima kasih makanannya~"

Aku tidak mengerti apa yang dia ucapkan, tapi setelah pria itu menghilang dari dapur kepala pelayan Choi buru-buru membalut lukaku. Agak sedikit berlebihan.

"Apa tadi tuan muda melakukan sesuatu?" tanya kepala pelayan Choi. Dan aku mengangguk.

Padahal aku belum mengatakan apa yang tuan muda lakukan, namun kepala pelayan Choi mengangguk seakan mengerti.

"Berhati-hatilah, jangan sampai terluka!! Terlebih jangan sampai berdarah di depan tuan muda!!" Perintahnya.

Selain tidak diperbolehkan terluka, aku juga mengetaui bahwa dia adalah pemilik rumah ini. Dan namanya adalah Jeon Jungkook.

°° tbc °°

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Dec 03, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

MY DEMON! (20+)Where stories live. Discover now