CH.1

410 49 8
                                    






“eomma…?” dua mata kecil itu mengerjap bingung memandang kalung beraksesoris perak mengkilau. Bentuknya oval dan sedikit meruncing diujungnya. Di tengah-tengah oval itu tampaknya kosong namun terlihat seperti ditambah oleh garisan-garisan yang sengaja digores acak, tampak seperti timah perak yang dilelehkan kemudian dilumuri sembarangan. Bocah berusia dua tahun itu tengah duduk di atas kursi, menengadah melirik sang ibu yang tengah berdiri mengalungkan benda itu pada lehernya.

“Dengar  Yoongi sayang. Jangan pernah lepaskan benda ini. Jika benda ini terus melekat padamu maka kau akan aman sayang” bocah manis itu sebenarnya tak mengerti apa maksud perkataan sang ibu, bocah polos itu hanya berpikir bahwa ia harus mengangguk. ia mengangguk dengan antusias lalu tersenyum lebar. Betapa manisnya dia tersenyum dengan dua gigi depan yang sudah bertumbuh. Sang ibu dari bocah itu lantas menyeka air matanya, ikut membalas dengan senyum termanisnya, sang ayah hanya mampu menahan bibirnya yang mulai bergetar sementara pelupuk matanya sudah terkumpul banyak genangan air sehingga jika tidak dibendung dengan kekuatan penuh maka air itu jelas akan memuncrat deras.  Sang ayah segera merangkuh yoongi kecil dan istrinya ke dalam pelukkan yang begitu hangat. Yoongi kecil begitu senang dan membalas pelukan itu tak kalah erat.





Tanpa ia tahu bahwa itu adalah terakhir kalinya ia bertemu dengan orang tuanya.




Yoongi bergerak gelisah di dalam tidurnya. keringat mulai mengucur dari sela-sela permukaan kulit dengan mata yang terpejam begitu erat. Tangannya mengepal di bawah sana. Dia tampak tengah mengalami mimpi yang begitu sangat buruk. Di dalam gerakan gelisahnya ia bergumam namun gumamannya begitu tidak bisa diartikan. Begitu rancau dan acak.

“Yoongi, kau kenapa? Yoongi! bangunlah!”  suara itu terus saja memecah keheningan dalam ruang yang begitu luas. terus terdengar berulang-ulang kali seakan-akan menjadi mantra untuk menarik paksa yoongi dari dalam mimpi yang begitu buruk dan tampak sangat tersiksa.

Yoongi tersentak dalam diam, matanya terbuka seketika dengan deru napas yang memburu. Dadanya naik turun dan wajahnya tampak begitu pucat. Ia lantas duduk untuk menenangkan dirinya. Menarik napas dalam dengan gerakan yang begitu pelan dan tenang berusaha untuk meminimalisirkan degup jantung dan napasnya. Dia lantas menyeka peluh diwajahnya.

“apa yang kau mimpikan? Kenapa kondisimu kacau seperti ini? Kau seperti mimpi diterkam oleh makhluk mengerikan saja.” yoongi hanya diam dengan napas yang mulai tenang. Matanya melirik pada asal suara yang sekarang tengah membuka tirai jendela. Seketika sinar matahari masuk menyapa permukaan wajah yoongi yang masih memiliki sedikit keringat di sana. Matanya menyipit karena terlampau silau lalu mengalihkan pandang kearah sisi lainnya.

“Sejak kapan kau di sini hyung?” yoongi bukannya menjawab pertannyaan Hoseok melainkan balik memberikan hoseok sebuah pertanyaan yang tak begitu penting. Hoseok hanya melanjutkan kegiatan membuka tirai jendela kemudian berlanjut untuk membuka jendela kamar yoongi. angin segar dan aroma dari berbagai jenis pepohonan dan tumbuhan lainnya masuk ke kamar Yoongi. yoongi menarik napas dan menghirup aroma segar itu dalam-dalam, matanya terpejam menikmati kesejukan dan ketenangan yang bercampur merengsek masuk dalam jiwanya.

“aku baru saja datang ke sini, berhentilah menghirup udara seperti itu adalah lem yang membuatmu kecanduan yoongi!. Lekaslah memberiskan diri. Aku akan membuatkanmu sarapan.”

.

.

.

“Apa saja jadwal kita hari ini?” mulut yoongi masih dipenuhi oleh sandwich buatan hoseok. Yoongi tak peduli dengan tatapan menjijikan yang diberikan oleh hoseok ia malah terus saja mengisi sandwich itu ke dalam mulutnya yang penuh dan terus mengunyah! Pipinya terlihat seperti ikan buntal yang dilempar  di daratan tampak begitu mengembung atau seperti seolah-olah balon yang hampir setengah ditiup dan siap meledak.

Protect My Omega [ TaeGi ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang