Whenever, Wherever, Whatever stay with you
No matter how far apart we get, we'll meet again
I promise you with time,
I'll be right here with a smile
Remember, Forever, Don't forget
Without you these moments are meaningless.
-------
this story is bas...
Now Playing If i could be together - Kim Yeon Jeong
The eighth Picture.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
He's back.
Hari itu menjadi hari kedua aku menginjakkan kaki di Brisbane. Masih terasa asing untuk menginjakkan kaki di kota ini, apalagi saat masuk kerumah sakit yang selalu ramai.
Setelah beristirahat dan membersihkan diri di apartement yang disewa oleh orangtua Jean yang lokasinya tak jauh dari rumah sakit, aku kembali melangkah ke rumah sakit untuk bergantian menjaga Jean.
Hawa dingin dan sepi dilorong menuju ruang ICU masih menjadi hal yang mendebarkan untukku, rasa takut itu masih menguasai diriku. Apalagi saat masuk ruangan tersebut dan bertemu Jean yang masih dalam tidur panjangnya itu. Rasa sakit dan sesak dalam hatiku masih terus berlangsung.
Setelah Selena berpamitan untuk pulang bersama dengan Mama Jean, aku mulai melangkah masuk kedalam ruangan ICU. Mendudukan diri di kursi samping ranjang, aku menatap Jean dengan sendu. Didalam hati, aku selalu berdoa untuk Jean agar segera bangun dan sehat kembali. Aku benar - benar merindukannya.
Sambil menggenggam tangannya yang dihiasi oxymeter itu, aku mengelus tangannya dengan lembut. Tangan yang dulu menggenggamku dengan hangat itu masih sangat amat terasa dingin. Kemudian aku kembali menatap wajah Jean yang di kelilingi banyak sekali alat rumah sakit yang tak aku ketahui namanya itu, hatiku merasa sesak melihat bagaimana Jean harus menggunakan semua alat itu untuk membantunya hidup.
Aku menghela nafas, kemudian menelungkupkan wajahku ke besi ranjang Jean dengan tangan Jean yang masih ku genggam. Hari itu aku berusaha sebaik mungkin untuk tidak menangis seperti sebelumnya, aku berusaha untuk kuat didepan Jean agar ia juga merasa kuat, I wanna share that energy to him. Meskipun hatiku tidak bisa berbohong bahwa rasanya itu menyesakkan, tapi aku akan berusaha untuk kuat demi Jean.
"Jean, I'm here with you, please wake up..." Kataku dengan lirih.
Beberapa saat setelah itu, aku merasakan gerakan kecil dari tangan Jean yang saat ini aku genggam. Dengan jantung yang berdebar, aku langsung menatap wajah Jean yang perlahan membuat ekspresi tak nyaman.
"J-jean...?"
Jari itu kembali memberi respon, mataku sontak berkaca - kaca, tak percaya kalau Jean mulai mendapat kesadaran setelah tidur panjangnya itu. Tanpa berpikir dua kali, aku langsung menekan tombol merah yang berada disisi kiri ranjang Jean dan memanggil suster yang berjaga di ruang ICU.
Pada akhirnya aku menangis, kali ini dengan rasa bahagia. Air mata itu berlomba-lomba keluar dari kedua mataku, aku kembali menatap Jean yang terlihat tengah membuka mata dengan perlahan. He's wake up!
That's the best moment after this past three weeks without him.
Tak lama dokter yang berusia berkepala lima itu masuk diikuti dengan suster yang menjaga di ICU itu. Salah satu suster memintaku untuk keluar guna memaksimalkan pemeriksaan terhadap Jean, aku pun langsung menuruti hal itu. Begitu keluar, aku langsung menemukan Mama dan Papa Jean serta Selena yang tengah berlari kearah ruang ICU. Sepertinya suster yang menjaga ruang ICU tadi yang memberikan informasi.