"Woy jangan curang dong! Lo kira gue gak tau kalian kongkalingkong di belakang gue?." Randy tampak kesal. Ia menunjuk Juna yang kini menatapnya tajam karena dituduh sembarangan. Kini Ia, Januar, Viko, Juna dan Aldi si Ketua kelas tengah bermain monopoli hasil pinjaman."Gue pegawai Bank yang adil Ran. Sembarangan aja main tuduh."
"Terus kenapa duitnya si Januar makin bertambah aja dari tadi."
"Bener juga." Aldi menimpali.
"Ko gue dibawa-bawa? Kan emang duit gue segini." Januar angkat bicara. Ia kira tadi Randy menuduh Viko taunya malah dia yang kena tuduhan tak berdasar itu. Mana Aldi ikut-ikutan.
"Ya emang elo!."
"Ko Lo ngegas?."
"Berisik banget sih! Gue lempar juga tuh monopoli!."
Keributan itu terhenti ketika Ardean angkat suara. Heran masalah duit monopoli aja ribunya ngalahin orang lagi rebutan warisan. Emang ya yang namanya duit mau asli ataupun mainan dapat menimbulkan keributan.
Sedangkan yang bersangkutan mendadak diam. Jangan sampai monopoli punya Adik dari Rangga itu beneran dilempar sama Ardean yang emosi gegera tidurnya terganggu.
"Padahal yang ribut bukan kita doang. Kenapa dia marahnya sama kita aja?." Januar misuh-misuh ditempat. Mata Januar menatap keadaan kelasnya yang tidak bisa dibilang hening lantaran guru yang seharusnya mengajar tidak masuk dan hanya memberikan tugas. Tapi yang namanya murid jam kosong diisi dengan mengerjakan apa yang disuruh adalah sebuah kemustahilan kecuali bagi siswa kelewat rajin macam Rangga.
"Tapi emang kita yang paling rusuh sih Jan." Viko nyengir. Ia baru saja sadar jika keributan yang ada dikelasnya itu delapan puluh persen berasal dari mereka berempat. Iya cuma berempat karena Rangga yang udah mengerjakan tugas hanya dengan waktu singkat dan tentu saja buku tugas itu sudah diamankan oleh Januar. Jaga-jaga kalo nanti tugas ditagih mereka hanya tinggal menyalin saja dan Rangga jelas setuju-setuju saja. Wah sungguh teman yang mulia dan langka sekali Rangga ini. Sedangkan Jino tengah ikut technical Metting untuk acara Senin depan.
"Randy ada yang nyariin Lo nih!." Itu suara Amar yang berada di pintu sedari tadi. Katanya sih lagi nungguin gebetannya yang merupakan anak kelas sebelah lewat.
"Bilang gue lagi sibuk."
"Tapi katanya...."
"Gue lagi Grand Opening hotel gue di Spanyol Amar. Udah bilang gue lagi si-."
"Dia cewek Lo Ran."
Dadu yang baru saja akan Randy lempar terhenti di udara. Apa yang barusan Ia dengar? Ceweknya? Pacarnya? Kekasihnya gitu?!. Hei Bung! Randy tidak pernah merasa pernah menembak alias meminta perempuan manapun untuk berhubungan dengannya.
"Randy Lo nembak cewek ko gak bilang ke gue?." Januar ikut terdiam. Katakanlah Ia cukup syok atas apa yang baru saja Ia dengar. Ini baru satu hari loh setelah kabar jika Ardean yang ternyata naksir anak kelas sebelah walaupun itu belum tentu benar lantaran yang bersangkutan tidak memberikan klarifikasi yang jelas kemarin. Dan sekarang malah Randy ternyata punya pacar?. Gak nyambung maksud Januar tuh. Yang kemarin kasmaran siapa yang punya pacar siapa.
"Perasaan tiap hari yang ditembak cewe gue deh. Kenapa ceweknya yang langsung publish dia cewek gue? Kan gue gak pernah terima." Randy bingung sendiri tapi bukannya bertanya langsung ke oknum yang dengan berani mengaku sebagai pacarnya si Mas Gantengnya Sanjaya itu malah menatap satu persatu sahabatnya.
Juna menghela nafas. "Lo bisa nanya langsung sama si cewek yang katanya 'Cewek Lo' itu loh Ran."
"Bener juga." Dan setelah itu Randy bangkit. Berjalan menuju pintu. Dia harus tau cewek mana yang berani mengklaim status tak berdasar itu. Emangnya Randy cowok apaan?.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Famous Seven Boys
Teen FictionKisah klasik tentang tujuh pria dengan logo most wanted yang ada pada dirinya. Mereka bukan anggota geng yang saat ini tengah banyak terbentuk diberbagai sekolah. Mereka juga bukan anggota OSIS yang selalu jadi dijadikan panutan oleh pelajar baik da...