Juminem [Name]

928 185 100
                                    

"Mbak Kiyoko bentar lagi ulang tahun ya?"

"Anjir, pantesan fansbase-nya lagi pada ribut."

"Tahun kemarin mereka bikin apa tuh?"

"Bikin anak."

"Hus ngawur!"

"Mereka bikin lukisan mbak Kiyoko di area parkir."

"Anjir gilasih, mbak Kiyoko bikin iri aja."

"Wajar ya cowok pada klepek-klepek. Cantiknya nggak ngotak."

"Iya anjir. Sikap dinginnya juga bikin aura gimana-gimana gitu. Gue yang cewek aja suka."

"Lesbi hih!"

"Ga gitu blegug!"

"Btw yang gerakin si Noya lagi kan?"

"Eh masa, gue ragu sih. Banyak rumor bilang Noya udah pensi jadi fans mbak Kiyoko."

"Jinjja?"

"Jinjja pedas nya."

"Yang bener ih dudul!"

"Baru rumor sih."

"Nem, Nem, Nem, emang bener Noya berhenti jadi fansnya mbak Kiyoko?"

Juminem [name] yang sedari tadi asik streaming sinetron preman pensiun harus rela kegiatannya diusik. Jelita melepas earpod, menatap kesal ke temannya. "Mana gue tahu."

Kaori Suzubaedah berdecak. "Lo kan akrab sama Noya. Kalian juga sering ngobrol bareng juga."

"Itu dulu Jubaedah. Enggak tahu kenapa, Sekarang Noya kaya agak ngejauh gitu dari gue."

"Lo pernah salah ngomong ke dia kali?" terka Maimunah Nametsu.

Nem terdiam beberapa detik. Kilas balik interaksinya dengan Noya berputar secara cepat dalam benaknya. "Nggak ada tuh."

"Ah masa sih."

"Gue rasa nggak. Kalau saling berkata kasar, emang kita berdua udah biasa gitu."

"Terus kenapa ya?" Kaori mengelus dagu, meraba awang demi menemukan jawaban.

"Kaori, udah nggak usah dipikirin." Nem kembali menyumpal telinga dengan earpod. "Gue aja nggak terlalu memusingkan kok."

"Hilih bohong!" Tangan Mai dengan santainya menyubit pipi Nem. Si pemilik pipi tentu meringis. "Dari kemarin-kemarin, lo kan ngelamun mulu. Itu pasti karena mikirin masalah ini."

Kalau ada lomba mencubit, Maimunah Nametsu pasti juaranya. Pipi Nem senut-senut. "Sakit Mai!"

"Nem, kalau lo ada masalah cerita sama kita aja," ucap Kaori dengan nada meyakinkan.

"Iya cerita, besoknya kesebar keseluruh sekolah."

"Itu kalau lo cerita ke Suna. Kalau ke kita sih aman. Ya nggak?" Kaori menyenggol pelan bahu Mai. Yang disenggol hanya tersenyum kecil.

Juminem punya trauma saat berbagi cerita dengan orang lain. Dulu, dia pernah bercerita kalau dia pernah kapicirit pas kelas satu. Keesokan harinya, cerita itu malah jadi konsumsi publik. Dan selama hampir setahun, Nem dikenal seagai borit, bocah kapicirit.

Tersangka penyebar cerita tersebut merupakan orng yang Nem percaya untuk berbagi cerita. Sakit memang. Rasanya seperti —ah Nem tidak bisa mendeskripsikannya dengan kata-kata.

Dan orang itu adalah, Sunarto Rintarojak. Teman sekelas sekaligus teman seper-gosipannya.

Sejak saat itu, Nem mulai menjaga jarak dengan manusia sipit itu. Saat berada dekat dengan Suna, amarahnya langsung meledak, tangannya gatal memukul-mukul perut rata Sunarto. Untuk amannya, memang harus menjauh.

𝐍𝐢𝐬𝐡𝐢𝐧𝐨𝐲𝐚 𝐘ū ❝ Rythm Project ❞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang