"Ngapain lo pada disini?" tanya Elise pada sekumpulan laki-laki yang tengah menatap Elise dengan penuh arti.
"Apaan sih? Ngeliatin gua sampe segitunya," Elise terkekeh. "Something wrong?"
Lagi-lagi tidak ada yang menjawab maupun menyahut perkataan Elise.
Elise mendengus kesal. Ada apa sebenarnya?
"Loh, Nathan mana?" tanya Elise namun lagi-lagi mereka hanya diam.
"Ah terserah lo pada deh, gua mau call ke Arga dulu, buat ngabarin kalau gua udah selesai ujian." Elise mengeluarkan handphone nya yang kemudian dicekal oleh lelaki yang bernama Sandi.
"What?" tanya Elise saat tangannya di cekal oleh Sandi.
"Naik, ikut kita."
Elise mengernyitkan dahinya. "Kemana?"
"Ikut aja."
✨🍁✨
"Ini kenapa?" tanya Elise kepada Sandi saat melihat keadaan di sekitarnya. Tangisan dan jeritan terdengar jelas di telinga Elise. Terlebih lagi, ia juga melihat Tante Mery, ibu dari Arga, kekasihnya itu menangis didepan peti mati seseorang.
"Ndi, jelasin nggak cuma diem mulu." Elise mulai tak sabar dengan sikap Sandi dan beberapa teman-temannya yang sedari tadi diam.
"Lise, Arga---" ucapan Sandi dipotong ceoat oleh Elise.
"Nggak mungkin, nggak kan?"
Sandi terdiam.
"Ini udah takdir, Lise."
Napas Elise mulai tidak beraturan. Lalu tanpa menunggu lama ia masuk ke dalam rumah duka.
Deg!
Jantungnya berdetak kencang saat melihat siapa yang ada di dalam peti mati.
Mata coklat mudanya itu dapat melihat dengan jelas sosok Arga yang tertidur tenang di dalam peti mati. Tubuhnya di balut Jas hitam dilengkapi sepatu hitam yang terpasang di kedua kakinya. Ia juga melihat pelipis dan ujung mulut lelaki itu sedikit lebam.
Seketika tubuhnya lemas. Ia terjatuh kemudian semua pandangannya menjadi gelap.
Ya, Elise jatuh pingsan.
✨🍁✨
Hai!!!
Apa kabar? Masih disini dengan Fern. Semoga kalian suka sama cerita baru dari aku.Aku menulis ini saat aku stuck di Carlette. Bingung banget mau nulis apa. Yaudahh ya lah, dinikmati aja alurnya.
Prolog ini cuma ≤ 400 kata. Tapi kedepannya mungkin bakal 1500 kata / chapter.
Doain ya, biar niat nulis, soalnya kadang males nulis gara-gara nggak ada yang baca ataupun tabrakan sama real life aku ini.
Walaupun ditengah kesibukan, aku usahain biar tetep up sesuai jadwal. Untuk jadwalnya kalian bisa check di profil aku.
Udah ya kayaknya nggak banyak-banyak yang pengen aku omongin
Fern belum punya Instagram hehe.
Kalian boleh:
Vote + masukin ke perpustakaan, jika tulisan ini bagus,
Comment, jika kalian ingin ada yang disampaikan ke aku/ ke tokoh yang ada,
Share, jika kalian ingin teman atau orang lain juga terhibur membaca tulisanku ini.
Terimakasih~
with love,
Fern Josephine.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja di Jogja
Teen Fiction"Besok, kita pindah ke Jogja," ucap Gunawan, papa Elise. Elise hanya diam. Jujur, sejak kepergian Arga untuk selama-lamanya ia sudah hilang arah hidup. Entahlah, baginya semua menjadi semu. Namun, semua berubah ketika ia pindah ke Jogja. Kota yang k...