2. Kebangkitan

72.6K 6.7K 114
                                    

Happy Reading..

.


Seorang perempuan terlihat terbaring di atas lantai tanpa adanya tanda-tanda kehidupan, darah mengalir dari belakang kepalanya. Perempuan berkulit putih, wajah pucat damainya yang terlihat cantik, tidak! Wajah perempuan ini jika di gambarkan dengan sebuah kata, hanya ada satu, yaitu keindahan. Tidak ada kecacatan dalam wajahnya, hanya saja rambut hitam panjang menjuntai terlihat menutupi sebagian wajahnya.

Tiba-tiba sekujur badan yang terlihat dingin-kaku tanpa ada kehidupan di dalamnya, mulai memberikan rangsangan pada tubuh perempuan itu, dimulai dari napas yang terlihat lemah yang semakin mulai stabil kembali, jari tangan yang memberikan gerakan kecil, bibir tipis penuh dengan suara rintihan dan perlahan namun pasti mata yang tadinya tertutup indah itu kembali terbuka menyesuaikan cahaya lampu tepat di atasnya.

Dengan dukungan tubuh lemahnya, dia berusaha untuk duduk dengan bersandarkan sofa dibelakang punggungnya.

Kebingungan terlihat jelas di mata coklatnya. Bagaimana bisa dirinya yang diyakini sudah merenggang nyawa, kini kembali hidup. Bahkan saat ini dia merasakan dengan sangat jelas nafas stabilnya. Yang semakin membuatnya bingung seperti orang bodoh dirinya yakin seyakin-yakinnya terakhir kali matanya melihat keadaan sekitar sebelum menghembuskan nafas terakhirnya ada di dalam tengah hutan, tapi ini? kenapa dia bisa melihat atap dengan lampu gantung kristal yang sangat indah yang bisa dia perkirakan harganya tidaklah murah, lalu bagaimana dia bisa duduk di lantai marmer putih? Orang bodohpun tau jika dia ada didalam rumah, bukan di dalam hutan.

Matanya kembali menyapu sekitarnya dengan linglung, ia mulai berpikir kalau saat ini dirinya sudah di surga, tapi bagaimana mungkin dirinya disurga jika selama hidupnya ia penuh dengan dosa.

"Sssssst..."

Kembali ia merasakan rasa sakit di kepalanya seolah-olah mendapatkan hantaman bertubi-tubi. Tangannya reflek mencengkram kuat sisi kepala hingga sebuah ingatan asing masuk dan terus berputar dibenaknya seperti sebuah video.

Hingga bebarapa saat kemudian, rasa sakit di kepalanya perlahan-lahan mulai memudar. Matanya berkedip-kedip dengan wajah terkejut, potongan gambar demi gambar yang masuk di benaknya bukanlah miliknya.

Belum sempat ia mencerna apa yang sedang terjadi seorang wanita diikuti dua pria tergopoh-gopoh berlari kearahnya.

"Quinnsha..," teriak sang wanita itu menangis histeris. Wanita itu memeluknya dengan tubuh gemetar. Berada dipelukan hangatnya dengan tiba-tiba, membuatnya merasakan rasa sesak yang sulit dijelaskan.

Satu pria yang baru saja datang berdiri disebelahnya dengan nafas memburu, sambil menenangkan gemuruh jantungnya, "Little, syukurlah kau baik-baik saja," dengan penuh rasa syukur ia melihat orang disebelahnya masih bernafas dengan teratur. Belum cukup jantungnya beristirahat, keduanya dikejutkan dengan tubuh Quinnsha sepenuhnya menopang badan sang wanita, dengan keadaan mata tertutup sepenuhnya.

---------


Rumah Sakit—

Di sebuah ruangan penuh dengan berbagai macam peralatan medis serta bau obat-obatan yang menyengat di setiap tarikan nafas. Tampak seorang perempuan terbaring pucat dengan perban putih melilit disekitar kepalanya.

Sudah Dua hari Quinnsha terbaring disana tanpa pergerakan. Membuat Paman dan Bibinya cemas. Sang Dokter mengatakan jika hal ini terjadi karena pukulan keras yang didapatkan sang keponakkan di kepalanya.

"Nghhh..," erangan kecil terdengar. Mata coklat indahnya kembali menatap langit-langit ruangan yang berwarna putih. Keningnya merengut beberapa saat, hingga ingatanya kembali pada kejadian sebelumnya.

"Nona, nona sudah sadar? Oh, terimakasih Tuhan. Saya akan menghubungi rumah, Tuan dan Nyonya pasti senang mendengarnya."

Mata Quinnsha menyipit saat seorang wanita berusia tiga puluhan di sebelahnya bersemangat membuka pintu dengan tidak sabar.

Beberapa saat kemudian seorang dokter serta beberapa perawat datang memeriksa keadaannya, senyum tipis nampak di wajahnya saat semuanya terlihat baik-baik saja, keadaan pasien-nya stabil setelah koma selama dua hari penuh.

"Akhirnya anda bangun. Bagaimana perasaan anda? Apakah anda merasakan sakit di kepala? Atau di bagian tubuh yang lain?"

Dengan kesadaran penuh, dia mencoba menepis semua pikiran-pikiran yang tidak masuk akal yang bersarang di kepalanya, "Ya, aku baik, hanya sedikit pusing."

"Hal itu wajar, karena luka di kepala anda. Benturan di kepala anda tidaklah ringan, yang menyebabkan anda koma selama dua hari. Saya akan memberikan obat pereda nyeri nanti." terang dokter tersebut.

"Koma? Dua hari?" gumamnya.

Dokter yang melihat sang pasien bingung menjelaskan. "Ya, anda baru saja melewati masa kritis. Tidak perlu khawatir. Saat ini tubuhmu sudah stabil. Kami akan memantau keadaan anda dua puluh empat jam kedepan." terang sang Dokter.

Tanpa memperdulikan ucapan dokter, ia memberikan sebuah pertanyaan, "Maaf, di negara mana aku saat ini?"

"Ya? Ini.. negara A, kota Catalonia," walaupun bingung dengan pertanyaan pasiennya, Dokter tetap menjawab.

"Catalonia?" seperti tersambar petir, dunianya seakan tenggelam. Bagaimana bisa? Dirinya tinggal di kota Castalla negara A. Tapi kini dirinya terdampar di kota Catalonia, yang tak pernah dia pijakki semasa hidupnya. Walaupun dia kaya dan bertittle Boss Organisasi gelap, dia tidak pernah menginjakkan kakinya di kota ini. jarak kota Catolania dengan kota Castalla tidaklah dekat, begitupun jika organisasinya mendapatkan misi di kota ini, dia akan mengirim orang kepercayaannya untuk menyelesaikannya.

Setelah kepergian dokter serta perawat, Ellina kembali merenungkan berbagai kesimpulan yang ada di otaknya, ia tak pernah mempercayai sesuatu tentang transmigrasi, rainkarnasi atau apapun itu,  mempercayai hal seperti layaknya orang bodoh.

Dengan tenang dia pergi ke toilet. Begitu dia melihat sosok di depan cermin, wajahnya jelas membangkitkan semacam kejutan baginya. Sosok di cermin bukanlah tubuhnya, "bagaimana mungkin?" gumamnya. Perempuan di cermin ini sangat cantik, kecantikannya ini sungguh berbeda dengan tubuhnya yang dulu. Sungguh wajah perempuan ini penuh dengan pesona.

Kembali dia mengingat gambar asing yang selalu muncul di pikirannya, lalu dengan kehadiran orang-orang di sekitarnya yang bahkan tidak dia kenali sama sekali. Jadi hanya ada satu kesimpulan. Dia dilahirkan kembali di tubuh gadis bernama Quinnsha ini. Dari ingatan terakhir yang dia dapat, Quinnsha meninggal di tangan perampok pada malam itu. Dan disaat bersamaan dirinya juga meregang nyawa di malam yang sama.

"Oh Tuhan. Aku tidak tau harus tertawa atau menangis."

Lalu sebuah ingatan kembali hadir yang memperlihatkan masa kecil Quinnsha dengan keluarganya. Quinnsha di asingkan dirumah Paman dan Bibinya karena kesalahpahaman, dia di tuding orang tua kandungnya mendorong sang kakak hingga menyebabkan koma beberapa bulan. Orang tua yang Quinnsha sayangi mengusirnya begitu saja tanpa mau mendengarkan penjelasannya.

Diperlakukan sebagai pembunuh oleh orang di sekitarnya, di hina, di benci, di ejek oleh teman-temannya, dan hanya Paman dan Bibinya yang peduli dengan-nya. Sungguh miris kehidupan pemilik tubuh ini. walaupun begitu dia patut mengapresiasikan pertahanan mental dan hatinya. Kalau itu Ellina, mungkin orang-orang ini sudah tidak bernyawa.

Dengan senyum dingin yang sanggup membekukan hati siapa saja dia bersumpah. "Karena tuhan begitu mencintaiku. Aku dilahirkan kembali dengan identitas baru ini, aku bersumpah, akan membelaskan dendam semua orang yang menyakitimu, Quinnsha." perasaan marah, sedih, niat membunuh tercampur menjadi satu.


Bersambung..



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 05 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My QuinnStarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang