Judul sebelumnya → Muñeca ⋮ Kim Seungmin
Kim Seungmin adalah siswa teladan yang memiliki pikiran logis dan menjadi kebanggaan para guru. Namun, ia tak pernah menyangka hidupnya akan berubah total. Semua bermula saat ia membeli boneka porselen Jepang...
"Ketika boneka itu tersenyum, aku bertanya-tanya... apakah itu sapaan atau peringatan?"
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sebuah sepeda berhenti di depan toko tua yang berdiri di antara gelapnya malam. Jendela berdebunya memantulkan kilau lampu jalan, seolah menyimpan rahasia tersembunyi. Pintu kayu besar berdiri kokoh, seperti penjaga setia rahasia yang terkubur di dalam bangunan itu.
"Sejak kapan ada toko di sini?" Seungmin memiringkan kepalanya, menyipitkan mata kebingungan. Ia sering melintasi jalanan ini, tetapi kehadiran toko tersebut sangatlah asing.
Seungmin melirik sekeliling, mencari seseorang agar bisa ia ajak bicara. Namun, yang ada hanyalah kehampaan. Ia merapikan seragam sekolahnya yang kusut setelah seharian dipakai, mendadak rasa lelahnya sirna oleh rasa penasaran yang tiba-tiba muncul.
Lelaki itu mendorong sepedanya ke tepi jalan dan mendekati pintu kayu tua itu. Sebuah lonceng kecil berdenting ketika pintu terbuka, suara nyaringnya menggema di udara dingin malam. Aroma kayu tua dan debu menyatu, menciptakan suasana yang penuh misteri.
Di dalam, Seungmin bisa menemukan rak kayu penuh barang-barang antik. Diantaranya ada jam pasir dengan pasir ungu yang bergerak sendiri, cermin berbingkai emas dengan pantulan bayangan aneh, dan kotak musik yang mengalunkan melodi lembut meski tanpa menyentuhnya.
Langkah Seungmin terhenti di depan sebuah meja, di mana sebuah piringan hitam dengan gambar orkestra klasik tergeletak. Ia mengangkatnya perlahan, jemarinya menyentuh permukaan kasar debu yang menempel.
"Jarang ada anak muda yang tertarik dengan barang seperti itu." Suara serak terdengar dari belakangnya, sontak Seungmin berputar dengan terkejut.
Di depannya berdiri seorang pria tua, mengenakan mantel panjang bergaya klasik dengan corak bunga pudar, seperti berasal dari masa yang telah dilupakan. Kakek itu tersenyum ramah, tetapi di matanya ada kilatan misterius, seakan menyimpan rahasia yang tak terungkapkan.
"Selamat malam, Kakek. Saya ingin melihat-lihat barang di sini," sapa Seungmin dengan sopan, sedikit membungkuk. Kakek itu membalas senyumannya, menghargai sikap hormatnya.
"Kamu suka barang antik?" tanya kakek itu sambil mendekat, tongkat di genggamannya mengetuk lantai kayu dengan langkah tenang.
Seungmin mengangguk pelan, merasakan ketegangan dari aura kakek yang kuat, ia berusaha untuk tetap tenang.
"Coba lihat ini. Pasirnya nggak berhenti bergerak kalau jam ini terbalik. Ajaib, bukan?" Kakek itu menunjuk jam pasir di rak sebelah.
Seungmin mengangguk, matanya menyiratkan keheranan sekaligus kagum. Kakek itu kemudian menatap sebuah cermin kecil berbingkai emas yang ada di rak. Ketika Seungmin menatapnya, bayangannya tampak tersenyum, meskipun wajahnya tetap datar.