Past

525 59 2
                                    

Oh Tuhan....

Chimon menatap kekosongan di depannya dan menarik napas panjang, rasa nyeri itu menyeruak makin dalam, menghimpit dadanya, membuatnya sesak nafas,

Oh tuhan... Betapa aku mencintainya...

dia akhirnya berhasil mengakuinya, tapi pengakuan itu tidak membuatnya lega sama sekali, malahan semakin menghimpit perasaannya,

Kenapa cinta yang Kau berikan kepadaku ini terasa begitu pedih? saat Mencintainya, cinta yang bagai dua sisi mata uang yang bertolak belakang , cinta itu sendiri berada di sisi depan, namun ada airmata di sisi belakang yang tersembunyi.

Di satu sisi Mencintai cinta, namun disisi lain, mencintai air mata pula.

Tetapi bukankah keputusan ini sudah dia ambil matang-matang?

Bukankah semua konsekuensi sudah dia pertimbangkan sebelumnya?

Mencintai Nanon sama saja menyerahkan hatinya untuk dipatahkan, dihancurkan berkeping-keping dengan sukarela.

Dan bahkan dia melakukannya dengan kesadaran penuh, menyerahkan hatinya untuk dihancurkan berkeping-keping.

Nanon, yang sudah tidak sendiri lagi.

Nanon yang sudah menjadi milik orang lain.

Dan Chimon dengan rela membiarkan hatinya dimiliki Nanon sepenuhnya, tanpa menuntut Nanon untuk memberikan seluruh hatinya kepadanya.

Dia sudah mengambil keputusan bukan?

Menjadi orang nomor dua Nanon, kekasih yang tidak bisa diakui, dan dia juga tidak bisa mengakui Nanon. Merelakan posisinya tersembunyi sedemikian rupa.

Tidak apa-apa, katanya pada dirinya sendiri waktu itu.

Aku rela, asalkan aku boleh mencintai Nanon dan bisa mereguk cinta dari Nanon.

Tapi ternyata tidak semudah itu. Hatinya selalu terasa nyeri, bahkan saat dia bersama Nanon, dalam pelukannya. Dia merasa sebagai Manusia rendahan yang merenggut lelaki yang seharusnya menjadi hak milik Istrinya.

Dosakah dia melakukan ini? Bahkan dengan mengatas namakan cintapun, tidak akan pernah ada manusia yang bisa mengerti. Mereka akan memandang hina dirinya, merendahkannya.

Dibelahan manapun di dunia ini, Orang seperti Chimon, seorang selingkuhan, Pria simpanan bahkan, perebut kasih sayang laki-laki yang seharusnya menjadi milik pasangannya yang sah, selalu dipandang sebagai pihak yang salah, pihak yang hina, pihak perusak yang tidak seharusnya ada.

Mereka semua kadang tidak paham, bahwa orang seperti itu terkadang melakukannya karena cinta yang begitu mendalam yang tak tertahankan.

"Aku mencintaimu Chimon, tubuhku boleh menjadi miliknya, tapi hatiku milikmu", kata Nanon di suatu malam, dalam pertemuan-pertemuan rahasia mereka yang penuh cinta.

Dan Chimon tidak bisa menjawab. Memiliki tubuh atau hati seseorang. Kenapa Tuhan begitu kejam membuatnya memilih? Tidak bisakah dia memiliki kedua-duanya? Seringkali pertanyaan itu terjerit dalam hatinya, ingin diteriakkan entah kepada siapa.

Tetapi kemudian selalu tertahan di bibir, menjadi gumpalan-gumpalan berat yang menyesakkan dadanya, semakin menahan napasnya, menyakitinya.

Dan Chimon selalu menanggung semuanya seorang diri, tidak pernah membiarkan Nanon tahu apa yang berkecamuk di dadanya, Oh Nanon, Nanonnya, satu-satunya lelaki yang dicintainya, satu-satunya lelaki yang mampu membuat Chimon menyerahkan hatinya dengan sepenuhnya, tenggelam sedalam-dalamnya ke kubangan cinta tanpa peduli akan sakit yang menusuknya tiap dia menyerahkan diri.

After Ten YearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang