One

559 84 56
                                    

Awan biru cerah mengawali hari ini,

Gadis itu dengan rasa tidak sabarannya segera bergegas ke kamar apartemen lelaki itu. Memencet tombol kecil disamping pintu berwarna putih dengan tergesa-gesa.

Bagaimana tidak tergesa-gesa? Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi, kelas kuliah paginya akan segera dimulai. Mengenakan coat warna cream, kacamata bundar, serta rambut sebahu yang sengaja ia kucir untuk hari ini.

Karena tak ada jawaban dari sang empu rumah dan ketidak sabarannya, ia segera membuka pintu tersebut dengan password yang memang diingatnya selama ini.

1010

Tilulit,

Pintu terbuka,

Tapi lihat sekarang, keadaan ruang apartemen ini benar- benar seperti arena pertarungan saja. Mengedarkan pandangannya, beberapa botol wine kosong bermerk merlot berserakan dilantai begitu saja, bungkus makanan, puntung rokok merk marlboro, beberapa pakaian kotor dan tak lupa "dalaman" yang diletakkan begitu saja.

Gadis itu memijat kepalanya pening, karena sehabis mata kuliahnya nanti, ia harus membersihkan itu semua.

Tak sampai disana, suara decit pintu terbuka dari kamar utama. Tapi bukan dari sang empu pemilik apartemen.

Mengenakan kaos kebesaran berwarna abu, rambut yang sekiranya tak beraturan, menjinjing sepatu hak tinggi dan tas yang dibawanya, tak lupa makeup yang sepertinya sudah luntur dari muka kusut khas bangun tidur. Tunggu dulu, sepertinya ia pernah melihat gadis yang baru saja keluar dari kamar tersebut dan mencoba mengingat-ngingat siapa gadis itu.

Ia memincingkan matanya, dan benar saja, ia terperangah terkejut sejenak, dia kan gadis yang baru saja debut jadi aktris itu? iya, karena ia secara tak sengaja menonton webdrama yang dibintangi gadis tadi.

"Oppa, aku pulang..." gadis tadi berteriak, menunduk ke arah gadis yang melongo melihatnya mencoba menutupi wajahnya lalu berlanjut keluar.

Gadis yang melongo tadi tersenyum simpul, karena baru kali ini mendengar kata oppa yang dibuat-buat seakan ber aegyo. Ia merogoh saku coatnya, kenapa ia tak membawa ponsel? Seharusnya ia menjual berita hari ini ke dispatch? bukan?

"Pagi-pagi begini, kenapa tumben kemari?" Suara bariton beratnya mengagetkan gadis itu dari arah belakang,

Pria itu mengenakan handuk yang melilit di bagian pinggangnya, tak lupa ia shirtless hari ini. Jadi untuk pagi ini gadis itu sudah sarapan roti sobek pagi-pagi, tapi hal itu sudah seperti hal biasa bagi gadis tersebut. Iya, karena sudah menjadi rutinitas.

"Jadi ini alasanmu melarangku untuk ke apartemen dihari Sabtu sebelum jam 11? Agar tak mengganggu aktifitas.." gadis itu memberi jeda sejenak kemudian melanjutkan.

"Apa hayo?" goda pria yang berangsur mendekat kearahnya.

Rambut hitam legam beraturan, abs yang terpampang jelas, dan senyum smirk mengejek khas pria itu. Jika gadis itu adalah fans pria didepannya, sudah dipastikan ia akan berteriak, mematung atau pingsan ditempat. Tapi gadis itu malah seakan mengacuhkan, menatap dengan tatapan datar khasnya. Yang mengartikan, jika gadis itu sama sekali tak tertarik dengan pemandangan indah didepannya.

 Yang mengartikan, jika gadis itu sama sekali tak tertarik dengan pemandangan indah didepannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
love phobia.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang