00.

3 2 2
                                    

“Semua manusia berjalan seiring berlarinya waktu. Akankah suatu saat akan berhenti? Iya, jika kau mati.”

“Mereka lelah. Lelah menjalani hidup, lelah menunggu harapan yang entah mengapa selalu redup.”

“Sebenarnya ... hidup ini apa?”

:::

Jung Sungchan, pria yang tidak pernah bersyukur. Ia menatap datar lautan lepas dengan mata yang berat. Angin berembus yang selalu siap sedia menyapa justru membuatnya mulai mengantuk. Pria berkulit putih itu mengembuskan napas berat. Entah sampai kapan dia harus duduk di sana, menatap burung hitam terbang, ombak yang bergulung kecil maju, kemudian mundur dan maju lagi.

Untungnya, keadaan di sana sepi.

Senja yang minta dipuji, tidak sama sekali menarik pandangan mata. Sebut saja, dia sama sekali tidak berminat. Hidupnya memang membosankan. Datar, monoton, warna hidupnya tidak pernah berganti. Hati kecilnya menyuruhnya untuk segera pergi.

“Selamat ulang tahun, Sung. Satu tahun lagi.” Ia berbisik sembari mengusap matanya yang mulai berair. Ia kembali memakai earphone dan membesarkan volume ponselnya. Lagu dengan instrumen yang berisik membuat telinganya memang sedikit sakit. Tidak apa, itu lebih baik.

Sungchan akhirnya menunggu di halte dan menaiki bus bewarna hijau. Ia berusaha menulikan telinga dan fokus terhadap musiknya. Ia turun dan berjalan lagi dengan langkah yang berat. Lihatlah, hidupnya memang begitu membosankan.

Tiba-tiba saja seorang pria dengan masker dan jaket hitam tebal lewat dengan kecepatan yang memang sudah melewati batas. Ia menaiki sepeda, mengayuhnya dengan semangat yang membara.

'Kerja bagus, Jeno. Tabunganmu bertambah lagi.' Suara hati yang memuakkan itu mendengung masuk ke telinga Sung. Pria dengan earphone itu mengumpat. Volume sebesar apa lagi yang harus didengarkannya agar suara hati manusia-manusia lain tidak terdengar?

Dari ekor matanya, tertangkap seorang wanita muda yang terlihat memegangi perutnya. Jelas, dia tampak sedang hamil. Batinnya terus menjerit meminta uangnya untuk dikembalikan, tetapi apa daya? Rasa keram pada perutnya membuatnya tidak mampu.

Sungchan menatap sosok Jeno yang tampak masih belum terlalu jauh. Ia berusaha berlari dengan sekuat tenaga, hingga earphone-nya terlepas dan suara hati manusia-manusia lain yang entah berada di dalam toko, rumah makan, atau jalan yang berada di sekitarnya berdengung secara bersamaan. Sebagian besar suara hati itu ... mempunyai makna tersirat yang jahat.

Ia mendorong sosok Jeno hingga pria itu terjatuh, tentu bersama sepedanya yang berukuran cukup besar. Sialnya, saat dia terjatuh seorang gadis dengan rambut berponi tipis dan dikuncir tinggi juga ikut tertabrak.

Gadis itu jatuh bersama Jeno. Kantung plastik besar yang isinya adalah buah-buahan, komik, beberapa biskuit, dan susu yang dibawa oleh gadis itu tentu terjatuh. Isinya berceceran ke mana-mana.

Gadis itu meringis dan segera bangkit. Ia mengembuskan napas kasar dan menatap Jeno dengan mata yang membulat besar. “Maaf,  memangnya tidak bisa mengendarai sepeda dengan perlahan, santai. Tidak bisa?” Nada suaranya sedikit meninggi. Gadis itu mengernyitkan dahi ketika melihat sepasang netra pengendara sepeda itu. Ia merasa tidak asing.

Jeno tidak memedulikan gadis dengan suara yang nyaring itu. Ia berdiri dan menarik jaket putih yang dikenakan Sungchan. “Kamu yang dorong saya, 'kan? Kenapa? Manusia yang berbuat juga harus bertanggung jawab,” ucapnya dengan nada yang terdengar sangat rendah.

Sungchan mengalihkan pandangan. Ia berjalan dan mengambil dompet bewarna cokelat tua yang terjatuh di dekat sepeda. Jeno merasa tidak terima dan menarik jaket Sungchan lagi. “Berikan. Itu uang saya.” Ia menodongkan sebuah pisau lipat.

“Jeno, jangan.”

Suara dari gadis yang kini berada di belakangnya. Jeno menurunkan pisau lipatnya, perlahan. Perintah itu seakan membius, jauh lebih ampuh daripada omelan, ancaman, atau resiko lain yang mungkin akan datang. Sungchan dapat mendengar batin Jeno yang mengumpat dan menjerit tidak terima.

Jung Sungchan, seorang pria yang dapat mendengar suara hati seseorang. Suara hati setiap manusia.

Suara hati yang terkadang membuatnya ingin mati.

:::

SS21.


Apa kalian udah dapat visualisasi buat perempuan dengan rambut yang dikuncir tinggi dengan poni tipis itu?

Jangan lupa streaming Resonance MV. 💚
















SS21Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang