Bukan orang super

393 37 2
                                    

'Ketika orang berotak pas-pasan diuji oleh orang yang berotak super'

Sriningsih Tyas Ganendra, yang biasa dipanggil NingNing  oleh teman-temannya, mengelus dada sambil beristighfar. Mata bulatnya mulai menunjukkan kelelahan, dengan kecepatan yang tak terhitung kepalanya sudah terjatuh di atas meja kayu coklat.

"MAS KARA!"

Dengan suara lantangnya yang sangat cempreng, suara yang bisa membuat telinga budeg sejenak, NingNing memanggil sang kakak tercinta yang mungkin kini tengah melafalkan niat untuk memakinya.

Aksara Hendery Ganendra menampakkan hidung mancungnya yang bagaikan seluncuran, dengan kedua tangan yang berada di samping pinggangnya.

Sebelum mengeluarkan kata-kata kasarnya, Aksara atau yang lebih sering dipanggil Aheng oleh Terbit, membenarkan rambut poninya yang sudah panjang melebihi alisnya.

"Dek Sri, nama gue Sara, bukan Kara, Kara itu secuil namanya Terbit."

NingNing tak peduli dengan ocehan kakaknya itu, ia malah menjedotkan kepalanya berkali-kali di atas meja belajarnya.

Aksara menatap adiknya dengan tatapan penasaran, bukan penasaran apa yang sedang dihadapi oleh NingNing, tapi penasaran bagaimana sakitnya kepala yang dijedotkan dengan meja.

"KENAPA SIH?!"

Aksara menghidupkan mode ngegasnya, suaranya juga tak kalah keras dengan Sri, alias NingNing.

NingNing mengangkat kepalanya, menegakkan tubuhnya, menampilkan senyuman tipisnya, kemudian bibirnya berubah mengerucut seperti bebek.

"Kenapa guru ngasih soal yang susah banget ke gue, gue kan nggak bisa ngerjain mas, lo tau 'kan kalau otak gue itu kosong kalau soal matematika, gue gak sepintar Asep yang pinternya melebihi guru matematika."

Dengan tangis yang dibuat-buat, NingNing bercerita kepada Aksara, mencurahkan unek-uneknya tentang susahnya matematika.

"Kenapa otak gue selalu diuji oleh orang-orang yang berotak super?"

Aksara geleng-geleng kepala melihat adiknya yang tengah mengcosplay adegan dimana adiknya itu menjadi orang yang paling tersakiti disertai dengan backsound KUMENANGIS.


Aksara melihat soal yang tertulis di lembaran putih tebal yang ada di atas meja, sepersekian detik Aksara langsung menggeblak punggung NingNing.

"Soal kek gini lo nggak bisa? Tak patut, tak patut."

"Kalau tau matematika bakal sesusah kek gini, sejak awal gue lebih baik pindah jurusan, gue jurusan IPA, tapi pelajaran yang gue bisa malah ekonomi sama sejarah."

Pada akhirnya soal matematika yang susahnya seperti mencari jejak di dalam air itu diselesaikan oleh Aksara tanpa suatu halangan apapun, sedangkan sang empunya malah duduk manis sambil mentunyuk ponselnya yang berlogo kelapa digigit.

Aksara meneliti lagi soal yang sudah ia kerjakan, soal itu bagaikan pasir untuknya, tapi bagaikan batu bagi adiknya.

Aksara menutup buku, ia meletakkan bolpoin yang tadi ia gunakan, tapi ia ambil lagi, ada sesuatu yang ganjal pada bolpoin itu.

Aksara meneliti bolpoin berwarna merah darah itu, ada rasa keingintahuan dalam hatinya.

"Sri, lo dapet dari mana bolpoin merah darah ini?"

B [The Secret Definition of B]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang