Hidup penuh misteri. Menyukai lelaki dan ingin bercinta dengannya adalah hal terburuk yang tidak pernah dibayangkan seorang Juno Candra Permana.
Baru saja lulus dari SMA. Harus kuliah di Jogja. Tampan dan santun memang, dia merupakan anak dari seorang Kiyai. Yang memiliki pesantren megah di daerah Bandung. Lalu bagaimana jika semua orang tahu, bahwa ia gay?
Malapetaka. Tidak ada yang tahu kecuali sahabatnya yang sedang bekerja di sebuah restoran. Namanya Edgar, dia juga penyuka lelaki beristri dan beranak. Kadang duda juga diembat.
"Emang lu suka ngaceng kalau liat cowok pake sempak?" Edgar yang somplak langsung bertanya. Kala mereka ngopi bareng di kontrakan Edgar.
"Mulut lu ya kayak Dakjal aja, " Edgar menyeruput kembali kopi hitamnya.
"Ya ngaku aja, lu kan emang gak bisa ngaceng, liat tetek cewek yang gede aja malah bilang astagfirullah, " balas Edgar tidak mau kalah.
"Iya iya, terus gue harus gimana. Gue gak mau kayak lu, gue nggak doyan om-om, " akhirnya Juno menyerah. Yasudah toh mereka saling terbuka. Bentuk tubuh satu sama lain aja sudah saling lihat.
"Ya udah cari cowok pilihan lu Juno, jangan bego, lu kan mau kuliah, di sana pasti banyak, " Edgar geram. Ia menggaruk kepalanya yang memang gatal itu.
"Kalau ketahuan Abi sama Umi gimana?" Ini yang ditakutkan Juno. Ia tidak ingin orang tua nya marah. Ia tidak mau dicambuk. Pasti ia tidak akan kuat.
"BEGO.. Ya mana mungkin tahu, mereka kan di Bandung, lu di Jogja. Lu mau onani aja nggak akan ketahuan. Jadi pasti bisa, asal lu yakin, " tegas Edgar. Juno mengangguk sambil menyeruput teh miliknya. Ia tidak minum kopi. Tidak terbiasa saja.
Semoga saja tetangga kos Edgar tidak mendengar obrolan laknat mereka. Mungkin teman kosnya sudah terbiasa. Namun ini hal baru untuk Juno. Ia juga akan segera terbiasa. Ia akan ngekos. Hidup mandiri dan jauh dari orang tua. Untung saja ia bisa masak dan mencuci pakaian.
Hidup menjadi seorang anak rantau memang tidak akan mudah. Namun Juno harus siap. Ia sudah mulai dewasa. Bukan lagi anak remaja atau anak kecil yang minta tidur bareng mama dan papa.
Saat sekolah, pakaian Juno masih dicucikan para santri yang dimintai tolong oleh Umi. Pakaian dalamnya Umi cuci sendiri. Kini, semuanya harus Juno yang melakukan semua kegiatan, dari merendam pakaian, mencuci, menjemur hingga melipat pakaian tersebut.
"Aman nggak sih? Gue takut banget ketahuan temen kos, " Juno memang tidak seberani dengan Edgar. Lelaki ini masih polos, berbeda dengan temannya yang bar-bar. Sudah tidak perjaka sejak SMA. Tidur dengan berbagai macam suami orang.
"Aman anjimm.., udah jangan banyak bacot, rasakan aja sendiri sensasinya, " Edgar kesal dan Juno menggaruk kepala, sedikit tidak enak pada kawannya.
Baru saja Edgar pulang kerja. Diajak ngopi Juno. Lalu dipusingkan dengan urusan orientasi seksual. Ya begitulah pertemanan keduanya.
"Rasanya gimana sih? Sakit nggak?" Ini Juno yang kelewat polos, kebelet hubungan seksual atau gimana sih?
"Liat aja ntar, lu gak mau kan nyobain sama gue, " Juno bergidik. Tidak. Edgar sahabatnya. Mana mau ia bercinta dengan yang bukan tipe idamannya.
"Gaya lu jangan santri-santri banget, jangan cupu juga. Harus keren dan wangi biar banyak yang nempel. Awas aja tapi hati-hati. Para gay banyak yang kena HIV AIDS, " Edgar memperingatkan, ia saja hampir berhubungan badan dengan bapak-bapak yang kena HIV.
"Terus gue harus gimana?" Ia mulai takut dan menyeka keringatnya.
"Kalau mau ngeseks pake kondom, jangan bego, jangan nelen sperma, dan anu lu harus bersih." Dia memang pro dalam urusan bokep. Sangat handal dan sudah tidak diragukan lagi.
"Anu apaan?" Manusia polos yang berusaha untuk jadi nakal. Dasar Juno.
"Lubang tahi lu, " geplak Juno. Sedikit jijik dengan yang dikatakan Edgar.
Lalu bisakah ia merasakan seks pertamanya dengan sang lelaki impian? Atau mungkin ia harus kembali ke Bandung?
KAMU SEDANG MEMBACA
After Transit [21+]
ChickLitJANGAN DIBACA KALAU GAK SIAP TERSERAH TAPI LGBT 21+ ( No Bokep) Baru kali ini aku tidur di hotel mewah, dengan seorang pemuda yang usianya beda beberapa tahun dariku. Dia benar-benar tampan dan wangi, postur tubuhnya pas. Aku ingin dipeluk dia. Ia m...