Happy reading 😊
Alena sendari tadi tidak bisa memejamkan matanya, ia melihat jam di dinding kamarnya baru pukul 1 pagi dan ia sudah merasa lapar. Alena yang ingin membangunkan Bagas tapi tidak tega melihat Bagas yang tidurnya nyenyak sekali, tapi jika keinginannya ini tidak segera dituruti pasti ia tidak akan bisa tidur.
Alena melihat Bagas yang tidur memeluknya dari samping ia bisa melihat wajah lelah suaminya, bagaimana tidak lelah setelah tadi membelikannya ayam geprek hingga jauh- jauh ke rumah mamahnya, dan sesampainya di rumah ia dengan teganya malah menyuruh Bagas lagi untuk membelikan kue beras yang adanya di dekat rumah mamahnya karena di sekitaran sini tidak ada, dan Bagas dengan sabarnya menuruti keinginannya. Alena merasa bersalah sekarang ia mengusap lembut wajah lelah Bagas entah kenapa tiba-tiba ia terisak pelan hormon kehamilan membuatnya mudah menangis entah karena apa ia pasti akan menangis.
"Hiks hiks hiks."
Alena terisak sejadi jadinya, iya merasa bersalah pada suaminya dan juga merasakan lapar tetapi ia tidak tega membangunkan suaminya jadi ia hanya bisa menangis.
Bagas tidurnya terusik saat mendengar suara isakan, Bagas langsung membuka matanya ia melihat istrinya menangis hingga terisak-isak.
"Sayang kenapa nangis hemm?"tanya Bagas sambil mengusap air mata Alena.
"Hiks maafin aku ya mas aku buat mas capek nurutin keinginan aku hiks...."
"Mas nggak capek kok ini juga keinginan anak mas, masa mas nggak mau turuti selagi mas bisa menuruti keinginan kamu pasti akan mas kabulkan."
"Hiks makasih ya mas,"ujar Alena sambil tersenyum haru.
"Jangan bilang terimakasih sayang, karena ini adalah kewajiban aku sebagai suami dan kepala rumah tangga."
Bagas lalu mencium bibir Alena lembut tidak lama lalu melepaskanya.
"Ya udah sekarang tidur lagi ya."
Bagas memeluk erat Alena lagi."Mas."panggil Alena pelan.
Bagas yang akan memejamkan matanya tidak jadi."Iya sayang mau apa hem?"
"Laper mas."cicit Alena pelan.
"Ya udah mas bikinin mau makan apa?"Bagas lalu bangun dari tidurnya.
"Apa aja deh mas, liat di dapur masih ada apa ya mas?"
"Mas nggak tahu sayang, ya udah yuk lihat atau kamu disini aja biar mas yang lihat?"
"Aku ikut mas."
"Ya udah yuk mas gendong."
Alena cemberut. "Mas aku ini hamil mas bukan lagi sakit masa kemana mana harus digendong aku kan bisa jalan mas."
Bagas terkekeh." Mas hanya khawatir takut kamu kenapa kenapa sama dedek bayi." Bagas membuka baju Alena sebatas dada supaya ia bisa bersentuhan langsung dengan perut Alena.
"Anak ayah lapar yah padahal tadi udah makan ayam geprek dua bungkus loh sama kue, masih lapar juga ya dek, sekarang mau makan apa yuk kita cari didapur."
Bagas berbicara dengan perut Alena seolah olah berbicara dengan bayi diperut Alena. Alena tersenyum lalu mengelus rambut Bagas. Bagas mendongkak melihat wajah Alena lalu melumat bibir Alena lembut langsung dibalas oleh Alena.
Mereka melepaskan ciumannya setelah merasa pasokan udara mulai menipis.Bagas bisa melihat wajah memerah Alena dan juga bibir bengkaknya.
"Ayo ke dapur nanti kelamaan disini mas yang makan kamu,"ucap Bagas seraya tersenyum jahil.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bunda untuk Ayah
Romance[Repost] " Ayah aku ingin punya adik." Anin berkata pada ayahnya. "Ayah tidak punya istri, bagaimana caranya?"tanya sang ayah. "Menikahlah lagi yah." "Dengan siapa?" "Sahabatku Alena." ________________ Bagaimana cerita selanjutnya? Apakah sang ayah...