2. 'Buah' Simalakama

7 2 0
                                    

[02. 'Buah' Simalakama]

___________________

~Hal yang menyenangkan itu, ketika kita berbagi sesuatu dan tertawa lepas bersama teman tanpa beban.~

____________________

•-•-•-•-•-•-•

Kamis pagi, cuaca yang cerah dengan matahari yang sangat menyengat. Meski baru pukul setengah delapan.

Seperti biasa yang sudah diintruksikan, setiap selasa-sabtu kecuali Jumat. Semua murid wajib mengikuti apel pagi.

Kini bendera telah dikibarkan, tinggal amanat sebentar yang disampaikan guru. Isi dari amanat tersebut tak beda jauh dari kelas harus bersih, tak boleh ada yang terlambat, dan hukuman bagi yang melanggar aturan.

Dina berada dibarisan Timur, berdiri tegap dengan tangan ke belakang.

"Aku harap kali ini tak ada PBB," bisik Febi yang kebetulan berada di dekatnya.

"Semoga saja, soalnya hari ini sangat panas." Dina menjawab dengan pandangan yang fokus ke depan.

Ya, setiap kamis dianjurkan mengikuti kegiatan PBB sebelum pembelajaran dimulai.

Akhirnya sang guru menutup pidatonya, membuat yang lain mengembangkan senyum. Mereka sudah tak tahan berdiri lama-lama.

"Pemimpin apel, membubarkan pasukan dari barisan yang paling kanan," ujar pembawa acara yang kebetulan hari ini adalah bagian kelas IX-A.

Barisan paling kanan, yaitu Barisan kelas tujuh. Langsung bubar dengan tertib, karena guru mengawasinya.

"Baik, hari ini untuk PBB libur, digantikan dengan bersih-bersih."

Sorakan langsung memenuhi lapangan, akhirnya permintaan mereka terkabul.

Dina dan Febi berjalan beriringan menuju kelasnya. Namun, tiba-tiba ada seorang laki-laki yang menubruk lengannya lumayan keras sampai Dina mengaduh.

"Hei, kalau jalan mata itu dipake," ketus Dina. Berbalik menengok orang yang dimaksud.

"Santai, Din, namanya gak sengaja." Laki-laki itu berujar tanpa punya salah, meskipun seperti itu harusnya meminta maaf.

"Hah! Gak sengaja? dari mana?" Netra yang mulai berapi-api, sedangkan di samping Dina, Febi terus menarik tangannya agar tidak membuat urusan ini menjadi sangat panjang.

"Dasar Dinosaurus," gumam laki-laki itu dengan ber-huh pelan ketika Febi yang berhasil membawa pergi Dina.

Walaupun masih beberapa langkah lagi menuju kelas. Namun, suara gaduh yang tercipta sudah sangat terdengar jelas.

"Hei, Budi bawa buah!" teriak Mala dengan suara seraknya. Berlarian dari luar ke dalam.

(Mangga)

Dina dan Febi langsung mempercepat langkahnya, memasuki kelas. Memang betul, itu karena budi tengah mengangkat tinggi dua buah mangga yang belum matang.

"Wah, minta, Bud."

Semua murid perempuan berujar seperti itu, termasuk Dina. Budi berpikir sejenak, menimang pilihannya dengan mengapit satu mangga di lengan kirinya dan tangan kanan berada di dagunya.

"Tangkap!"

Dengan spontan Dina menangkap mangga itu, karena diarahkan kepada dirinya. Ya, karena kebiasaan Budi yang selalu berdiri di atas meja.

Din(o)SaurusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang