p r o l o g

53 9 6
                                    

Malam belum begitu larut, hanya ada awan mendung yang menutupi gemerlapnya bintang dan sinar rembulan, membuat langit kali ini begitu pekat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam belum begitu larut, hanya ada awan mendung yang menutupi gemerlapnya bintang dan sinar rembulan, membuat langit kali ini begitu pekat. Akan tetapi semua itu tidak membuatku mengurungkan langkah untuk menemuinya. Pertemuan yang tak pernah sekalipun aku bayangkan akan terjadi.

Ku parkir motor didepan pintu gerbang yang terbuka lebar. Mengamati wajah satu persatu orang yang keluar melalui pintu itu. Sampai mataku tertuju pada pria berkemeja hitam. Pria itu tersenyum manis, lengkung dibibirnya membentuk bulan sabit yang akhir-akhir ini berhasil mengganggu tidur malamku.

"Fabiayyi ala- irobbikuma tukadziban" Kalimat pertama yang keluar dari bibir ranumnya, ketika jarak kami tinggal beberapa langkah saja.

"Assalamualaikum" Ucapku menundukan kepala

"Waalaikumsalam warahmatullah wabarakatuh" Jawabnya

Kami terdiam tanpa sepatah kata, akupun langsung memberikan kunci motor itu. Ia tampak bingung, alis kirinya naik dengan rileks, sepertinya ia kurang mengerti dari apa yang ku maksud

"Ini kuncinya mas, kata abi makasih" ucapku sembari menyodorkan kembali kunci motor dengan tambahan aksesoris berupa gantungan bunga melati.

"Hah gimana gimana?" jawabnya sedikit menggeleng. Tak lama tawa itu muncul, membuat suasana canggung itu menjadi sedikit hangat.

"Motornya mas aja yang bawa, nanti aku pulang naik angkot saja" Sambungku sedikit geram, karena butuh kesabaran ekstra berbicara padanya

"Lho, masa suaminya disuruh pulang sendirian?"

Eitt sebentar, apaa? Suami? Apa yang ia maksud! Ah kini aku dibingungkan oleh pernyataanya

"Sejak kapan aku bersuami padamu mas?" Tanyaku padanya, memori otak tampak bersikeras mengingat apa yang sebenarnya terjadi, timbulah beribu pertanyaan memenuhi isi kepalaku

Kali ini ia malah tertawa terbahak-bahak. Ia lepas pasang kan kopyahnya sambil sesekali berusaha meredakan tawanya. Namun na'as tawa itu justru menggelegar menembus langit

"Kali ini mungkin belum Sa, mungkin esok ataupun lusa"
"Mau cepet dihalalin sama mas yaa?" Ujarnya dengan kepedean tingkat dewa

Aku menelan ludah dengan susah payah, keringat dingin mulai membasahi kening dan juga hidungku. Tubuhku bergetar hebat Ya allah apakah ini?, batinku. Melihatku gugup seperti ini ia dengan sigap mengeluarkan tisu dan mengusapkanya dengan sangat amat lembut:). Aku hanya diam mematung dan anehnya aku nampak seperti orang salah tingkah, menyebalkan bukan?!

"Udah ini di lap sendiri ya, takutnya dikira orang pengantin baru yang sedang mesra-mesra nya" Ucapnya membuatku bergidik geli. Ah manusia apakah ini?!
Senyumkupun terbit tak kalah manis

Bress

Hujan turun mengguyur Kota Batu saat ini, berpas-pasan dengan adzan isya yang tengah dikumandangkan oleh muadzin dengan sangat merdu. Aku melihatnya terdiam khusu', setelah adzan selesai ia menangkat tanganya dan berdoa

"Ayo ke masjid seberang?" Ajaknya sembari membuka payung dengan amat mudah. Aku hanya mengikuti perkataanya dan berjalan bersebelahan dengan sedikit memilih jarak.

"Romantis bukan, berdua dibawah guyuran hujan?" Celetuknya tiba-tiba

"Aku sangat menyukai hujan Sa, karena setelah melihatnya, entah kenapa hati ini jauh lebih tenang. Apalagi saat itu aku sedang memikirkanmu" Sambungnya dengan cengengesan

Aku hanya diam menyembunyikan tawaku, bagaimana bisa sosok lelaki sepertinya bisa secerewet ini? Jauh berbeda dari pertama aku kenal.

"Aisha?" Panggilnya dengan nada suara yang begitu lembut

"Iya?"

"Semoga allah memudahkan jalan untuk kita" Ucapnya sembari melepas sendalnya pada teras masjid

"Jangan lupa berdo'a ya" Sambungnya dengan berjalan di akhiri oleh senyum manisnya itu

"As always" jawabku dalam hati

☕☕☕

Malam itu mungkin tidak bisa diulang kembali. Tapi ingin selalu aku kenang, kisah yang belum benar-benar usai. Karena sejatinya masih ada rasa yang begitu dalam tertinggal

Sebuah notif chat tertera pada layar ponsel, terpampang jelas namanya "Mas Farhan" segera aku memantapkan hati untuk membacanya, beberapa kali aku memeluk ponselku. Berharap ia datang membawa pesan yang menggembirakan

"Besok bersiaplah, mas mau bawa keluarga kerumahmu Sa💖"

Begitulah kira-kira isi pesanya, aku hanya menjawab dengan emot tersenyum. Walau sebenarnya nyaris melompat saking senangnya

 Walau sebenarnya nyaris melompat saking senangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(♡˙︶˙♡)
Thankss
[12.12 20]

Because I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang