Sebuah pesan

17 4 2
                                    

Kamipun keluar menikmati keadaan tanpa memikirkan masalah yang baru saja terjadi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kamipun keluar menikmati keadaan tanpa memikirkan masalah yang baru saja terjadi. Sangat beruntung aku memiliki adik sepertinya, walau kadang kadang suka bikin kesel si.

Suasana kali ini masih sama, masih ada rasa kecewa. Bagaimana tidak? Ah aku tidak ingin membicarakannya lagi, bukankah kalian sudah membacanya pada bab kemarin?, xixi. Siang ini, sang mentari tidak seperti biasanya tidak terlalu terik, tetapi juga tidak mendung, lalu bagaimana aku mendeskripsikanya?

"Kak, cafe disini mau nggak?" Tanya Rizal disela perjalanan

"Kaak?" kini ucapanya semakin melantang. Tapi apa boleh buat? Tahu kan rasanya diajak bicara di tengah perjalanan, bukan lagi pepatah masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

"Ish" Rizal berdercak. Nyaris bingung, ia harus mencap kakaknya budeg atau ia yang harus mengatakan kalau dirinya yang salah.

[Skip. Cafe Disini]

"Lho, kok kita disini zal?" Tanyaku sembari melepas helm yang tadi aku kenakan

"Emang disini" Jawabnya dengan cuek.

"Maksudnya kenapa kita disini, kenapa nggak selain disini?" Ucapku melontarkan kata yang terbelit-belit

"Nah kan bingung" Jawabnya sedikit tertawa. "Orang tadi aku tanyain tapi nggak dijawab ya" Sambungnya, gantian ia melepas jaket maroon nya dan di letakan ke dalam joc

"Tunggu-tunggu" Ucapku memberi arah. Ku lepaskan earphone yang tengah menempel pada kedua telingaku

"Elaah pantesan" Ujarnya dengan nada yang pasrah.

"Ayoo" Ajaknya sembari menggandeng tanganku layaknya sepasang kekasih

"Coba gitu abi ngebolehin Rizal pacaran. Mesti udah gini-gini nihh" Ucapnya dengan mengangkat tinggi-tinggi tanganku. Aku bedercak huft.

Aku membalas menatapnya sengit.
"

Ya allah kenapa engkau harus karuniai adek lucknut sekaligus bucin parah ini kepada keluargaku" Sambungku mendongakkan kepala dan mengangkat tangan seperti sedang berdoa

Ia menjitak kepalaku dan berprotes tak terima "Heeh sembarangan! Gini-gini gue baik in mood lu aishaa!" ucapnya dengan mata membelalak membuatku greget ingin  mencolok matanya

"Dih nggak sopan banget sama kakak sendiri!"

Sepanjang jalan dipenuhi dengan keributan aslun wajahlun! . Tak melihat tempat, suasana, waktu sekalipun harus di tempat umum seperti ini. Seakan tak menghiraukan gelak tawa ataupun tatapan aneh dari pengunjung cafe.

"Silahkan Kak, mau pesen apa?" Ucapnya menirukan gaya seperti seorang barista.

"Moccacino aja kak" jawabku mengikuti lelucon nya. Aku memekik tawa sebab ia mengikuti gaya seorang barista dengan sangat persis dan juga detail, sampai tak sadar kalau disebelahnya pun ada barista yang asli😂

Ehemm
Barista itupun berdehem seperti memberi arahan. Seperti biasa, Rizal ahmad arbana. Seorang lelaki tanpa urat malu, ia hanya nyengir dan kembali duduk kemudian bersikap seolahh olah tidak melakukan kesalahan apa apa

"Moccacino 2" ujarnya dengan eskpresi yang datar.

"Mau tambah apa lagi?" Tanya barista itu.

"G" jawabnya mengikuti gaya-gaya cowok cool ceunah!

Aku menepuk jidat dan menanggung malu atas perlakuan memalukan nya disini.

Setelah semuanya selesai, aku kembali menuju kasir untuk membayar.
"Huh awas aja tuh orang" Ucapku dengan geram. Pasalnya ia mengajaku keluar, minum kopi, duduk duduk santai ceunah eh ternyata malah harus bayar tanggunganya. Menyebalkan!

"Totalnya dua puluh empat ribu kak"
Akupun segera membuka dompet dan mengambil beberapa uang untuk dibayarkan

"Mba Aisha kan?" Ucap salah seorang pegawai menghentikan langkahku

"Iya?" Jawabku dengan nada bertanya😂

"Tadi ada laki-laki menitipkan ini untuk Mba Aisha" Ujarnya sembari menyidorkan sebuah kertas origami berwarna biru muda. Aku mengambilnya dan berterimakasih, namun merasa ganjal saat menerima kertas origami tersebut.

Aku membuka surat itu hanya tertulis "For you" Siapa yang memberinya surat aneh seperti ini?

"Aneh banget kertas segede ini cuma tulisan for you? Maksudnya apaan coba?!" ucapku membantah

Tapi memamg sedikit kepo juga si. Akupun membolak balikan kertas itu. Kini aku melihatnya ada beberapa kalimat yang tertulis di pojok surat.

For You:

Temukan aku diantara ribuan manusia kau kau sayangi. Jika aku tidak termasuk, temukan aku dalam imajimu. Jika kau tak sudi, temukan aku disini. Hubungi aku sesegera mungkin, setelah kau menyadari pesan ini tercipta untukmu

Tertanda:
Calon Imam

"Farhan" Bibirku secara reflek mengucapkan nama itu. Nama yang sebelumnya aku puji-puji didalam sholat dan juga pintaku. Hingga menjadi sebuah nama yang tak ingin aku dengar lagi. Bukan nya aku sekarang membencinya, benci mungkin tidak, namun rasa kecewa akan tetap ada.

"Apa maksudnya?" Ucapku bertanya-tanya.
Rizal menghampiriku dan berprotes
"Lah lama banget, nggak bawa uang lu?" Ucapnya menonjok ringan lenganku.

"Hah, apa itu?" Tanya nya ketika melihat sebuah kertas origami yang tengah aku pegang.

Aku segera menyembunyikan kertas itu dan memilih untuk memasukkan nya kedalam tas.

"Bukan apa-apa zal" cetusku

"Bukan apa-apa zal" cetusku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

(♡˙︶˙♡)

Thankss yg udah baca sampe sini
Wkwk:c
Maafkan Si penulis amatiran ini yaa😷
Typo ataupun KBBI, PUEBI yg masih 0%
Hihihi
Sekali lagi thankss yaaaa



Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Because I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang