BAGIAN 1

1.4K 95 23
                                    

Aku berbanding  di atas ranjang kamarku. Jendela kamarku yang terbuka membiarkan angin masuk, membelai rambut hitam panjangku. Aku melihat arlojiku yang menunjukan pukul tujuh malam. Aku mendengus pelan. "Kenapa dia masih belum datang?"  ucapku dalam hati.

Pintu kamar terbuka. Mama datang membawakanku segelas air. Dia tersenyum kecil melihatku yang masih  saja berbaring di ranjang.

"Minum dulu. Sudah jam tujuh malam, kamu masih menunggu Oliver?" ucap mama seraya menaruh segelas air itu di atas meja.

"Iya, ma. Oliver tipikal  orang yang tidak suka melanggar janji." Aku mengubah posisiku menjadi duduk di sisi ranjang dan meminum air yang dibawakan mama.

"Baiklah kalau gitu. Mama akan berangkat sekarang, kalau nanti kalian lapar sudah mama siapkan makanan di meja makan ya sayang."

Aku mengangguk. Mama langsung meninggalkan kamarku dan pergi bersama Dady.

"Pft... Kenapa tidak lewat pintu depan Bever?" tanyaku kaget melihat Oliver sudah berdiri di ujung kamarku. Oliver tersenyum kecil dan duduk di sampingku.

"Ku fikir kau sudah tidur. Tadi aku bertemu mama di jalan."

Aku dan Oliver sudah berteman sejak kami kecil. 'Bever' panggilan untuk Oliver dariku dan 'Rayn' darinya untukku. Ya. Oliver sudah ku anggap sebagai kakak laki-lakiku.

"Aku sudah menahan lapar selama 15 menit menunggumu Bever."

"Maaf. Tadi aku terlalu asik latihan menaiki sapu terbangku yang baru By." ucap Oliver santai membolak-balik halaman buku harianku.

"Wood! Kau ini apa-apaan membuka buku harianku? Ayo cepat turun kita makan, mama sudah menyiapkan makanan sebelum dia pergi dengan dady." aku mengambil kasar buku harianku yang ada di tangan Oliver.

"Wood-Oliver-Bever." cibir Oliver dengan memutar bola matanya.

Kami berdua duduk bersebrangan di meja makan. Tampak lahap sekali Oliver menyantap makanannya. Potongan ayam goreng buatan mama habis begitu saja di tangan Oliver. Aku melihat arlojiku yang sudah menunjukkan pukul 22.08 malam.

"Bever. Bisakah kau membantuku membereskan semua ini?" tanyaku menunjuk piring-piring kotor.

"Tentu."

Oliver sedang asik mencuci piring bekasnya makan tadi, aku pamit duluan untuk tidur ke kamarku. Biasanya saat Oliver sedang menginap di rumahku. Aku dan Oliver selalu menyaksikan film bersama sampai larut, tapi kali ini badanku terasa berat sekali dan ingin tidur lebih cepat.

Aku berbaring kembali di atas ranjang menatap langit-langit kamarku yang berwarna putih itu. Entah dari mana fikiran ini datang, tiba-tiba saja aku melihat bayangan si pirang itu. Saat tahun keduaku di Hogwarts aku banyak memperhatikan dia walaupun dia melihatku hanya sekedar mentertawaiku dengan kata 'MudBlood'.

Oliver membuka pintu kamar melihatku yang sedang melamun. "Hei. Kau belum tertidur? Ada apa?" tanyanya.

Sekali lagi, Oliver bingung. Apa yang sedang Y/N fikirkan sampai tidak menyadari kedatangannya.

"Y/N" Oliver berbaring di sampingku. Entahlah saat Oliver berada di dekatku, fikiranku tentang Malfoy menghilang. Dia sangat bisa menjadi abangku.

Aku menoleh ke arahnya. "Maaf aku tidak sadar kau ada di sini."

"Tak apa. Kau masih memikirkan si pirang meresahkan itu? Kau tahu aku tidak akan membiarkan orang lain menyakitimu Y/N. Tidak akan pada adik kecilku ini." ucapnya tersenyum.

"Enyalah Bev. Dia selalu muncul dibenakku. Kau jangan khawatir, aku akan selalu baik-baik saja." jawabku memastikan. Aku mengangguk pelan kembali menatap langit kamarku.

Drake's Love | Draco Malfoy x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang