BAGIAN 2

650 80 17
                                    

Aku memegang tangan Oliver. "Apa maksud perkataanmu tadi?" Aku memasang wajah penasaranku.

Oliver terkekeh. "Kau menyukainya Y/N. Dan dia tidak pantas mendapatkan rasa sayang darimu, dia menyedihkan. Jika kau terluka? Dia bukan rumah yang tepat untuk kau berlindung."

Di ambang pintu sana, aku melihat kedua sahabatku Ron dan Harry sedang asyik berbincang.  Terdengar jelas suara milik Ron dengan kata legendnya itu. "Bloody hell, Ginny selalu membicarakanmu Harry."

Harry terlihat gugup dari sini. "Kenapa kau sangat yakin. Maksudku, kita hanya berteman dan aku menganggapnya seperti adikku Ron."

Aku melirik ke arah kedua sahabatku itu. "Ku rasa. Aku ingin menghampiri mereka, sampai jumpa lagi." Aku dengan cepat lari dari hadapan Oliver.

"Dasar. Selalu mengalihkan pembicaraan."
                                    ***

"Harry, Ron kalian..." Badanku terjatuh, bibirku mencium tanah basah di hadapanku.

"Biarku bantu." ucap lelaki itu menjulurkan tangannya untukku.

Aku menggapai tangannya. "Terimakasih." Tidak sengaja aku melihat manik hijaunya dia tersenyum.

Dia terkekeh. "Maaf, aku tidak sengaja menabrakmu tadi." Menggaruk pundak kepalanya yang tidak gatal.

"Iya. Tidak apa, kau dari Slytherin?" tanyaku.

Ia menjabat tangan kepadaku. "Yeah. Oh, aku Leonardo Nestson. Kamu?" ucapnya ramah.

"Y/N  Y/L/N." Aku membalas jabat tangannya.

"Nice to meet you, Y/N."

Anak Slytherin ramah padaku? Sebuah mimpi buruk atau mimpi indah untukku? Tapi, sayangnya aku tidak berharap murid Slytherin lain ramah padaku selain Draco Malfoy itu.

"Y/N" ucap Harry di belakangku.

Aku memutarkan badan searah 90°. "Hai Harry, Ron" aku memasang senyum di wajahku.

"Siapa tadi?" tanya Ron.

"Oh itu, dia Leonardo Nestson. Aku baru saja berkenalan dengannya." jawabku.

"Kurasa dia orang yang baik tidak seperti Slytherin lainnya." Suara Ron terdengar samar-samar.

Aku, Harry, dan Ron segera menuju kelas ramuan sebelum terlambat. Kami tiba di kelas bersamaan datangnya dengan Prosesor Slughorn. Pembelajaran kali ini Profesor Slughorn menginginkan para murid mengerjakannya secara berkelompok, setiap kelompok terdiri dari tiga murid. Aku berpisah dengan ketiga sahabatku itu. Aku mendapat kelompok bersama Nestson dan Malfoy. Kedua anak Slytherin itu. Kami diminta untuk membuat ramuan sebisa kami.

Setelah tiga puluh menit berlalu, kini saatnya untuk mempertunjukkan hasil ramuan tiap kelompok. Aku merapikan sisa-sisa bahan yang tidak digunakan lagi untuk di buang. Draco mengangkat sebelah alisnya melihat ke arahku. "Berhenti menatapku Malfoy." aku tetap melanjutkan aktivitasku. Draco tidak menghiraukan perkataanku dan tidak memalingkan pandangannya.

"Y/L/N. Ada yang bisa aku bantu?" tawar Nestson.

"Tidak sepertinya. Jika perlu sebaiknya kau mengajak si Malfoy ini berbincang sepertinya membutuhkan bantuabmu Nestson." kataku nenunjuk dagu ke arah Malfoy.

"Mate, sepertinya kau sedang berada di dunia lain." senggol Nestson pada bahu Malfoy.

"Tidak usah terlalu percaya diri Y/N. Aku tidak memperhatikanmu, tapi wajahmu lucu berwarna merah saperti ramuan ini." ejek Malfoy mengangkat botol kecil yang berisi ramuan tadi kami bikin.

Drake's Love | Draco Malfoy x ReaderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang