"Aku rasa itu rumahnya"
"Kau yakin? Itu terlihat sangat minimalis"
"Hey, dia akan tinggal seorang diri, untuk apa rumah besar?"
Wanita itu menghela nafas dan mengangguk setuju. Ia memperhatikan perkomplekan disekitar situ. Semua rumah terlihat sama, hanya rumah mereka dan rumah didepannya. Ia juga heran kenapa komplek ini benar-benar sepi.
Pria itu menepikan mobilnya, lalu melepas seatbeltnya. Ia beralih kebelakang, dimana ada seorang bocah besar yang tidur memenuhi kursi belakang.
"Hey, Hyunjin"
Ia menggoyangkan pelan tubuhnya, tapi tidak ada respond.
Oh, wow putranya tidur benar-benar nyenyak sekali bahkan di keadaan dingin seperti ini.
"Hwang Hyunjin"
"Sayang, coba kau gendong dia—"
"Kau menyuruhku menggendong bayi besar ini? Dia bahkan lebih tinggi dari ku"
Lalu sang istri hanya tertawa saat menuadari bahwa ia lupa putranya itu memiliki pertumbuhan yang pesat. Ia juga beralih menatap belakang, dan mengusap pelan surainya.
"Hyunjin kita sudah sampai, ayok bangun."
Putranya perlahan-lahan membuka kelopak matanya yang berat dan merenggangkan tubuhnya.
"Lihat kau membangunkannya hanya beberapa kalimat. What kind of magic do you have, dear?" Protesnya.
Istrinya hanya tertawa lalu mereka bertiga turun dari mobil.
Hyunjin memperhatikan lingkungan barunya. Terlihat sangat sunyi dan tenang, cocok untuknya saat ia perlu fokus memikirkan proyeknya.
Ah, proyeknya.
Proyek sialan yang membuatnya harus membeli rumah di suatu komplek yang jauh dari kota, untuk mencari ide. Suasana kota terlalu ribut untuknya bisa fokus.
Ia menghampiri kedua orang tuanya yang sedang mengobrol dengan seprang wanita yang kelihatannya cukup muda.
"Memang benar. Ini komplek yang tepat bagi orang yang ingin menenangkan."
Mata wanita itu menangkap sosok Hyunjin yang berdiri tepat di belakang kedua orang tuanya.
"Apa itu putramu?"
"O—oh, iya, ini putraku. Namanya Hwang Hyunjin"
Hyunjin membungkuk perlahan, dan tersenyum. Wanita itu menepuk- nepuk bahunya pelan.
"Whoa, putramu benar-benar tampan. Apa dia memiliki saudara?"
"Tidak, kami hanya memiliki Hyunjin sebagia anak kami satu-satunya" ucap ibunya seraya merangkul tubuh jangkungnya.
"Ah, dia pasti merasa kesepian"
Ibu dan ayahnya hanya terkekeh pelan. Memang pada kenyataannya, Hyunjin selalu merasa kesepian.
Bermain sendiri, menonton televisi sendiri, menggambar sendiri dan melakukan semua halnya sendiri. Dia memang punya banyak teman, tapi tidak ada satupun yang benar-benar teman.
Sampai suatu hari ia memegang kamera tua milik ayahnya, dan langsung jatuh ke dalam dunia fotografi. Teman Hyunjin dari kecil hanyalah kamera.
Benda kecil yang dapat menyimpan beribu moment dalam bentuk foto.
"Tapi aku rasa kau tidak akan kesepian berasa disini." Ucapnya lagi.
"Benarkah? Apa ada anak lain yang sebayanya?"
YOU ARE READING
Fotografie | Hyunjeong
FanficBlind, beautiful, and daring. That's what Hyunjin think about, when he met Yang Jeongin. Ass time pass by, Jeongin became his most beautiful moments in life. All Hyunjin want is only Yang Jeongin, to life forever with him. Warn! Bxb Hyunjeong Rema...