Hari ini kami berencana mencari kayu bakar dan buah rambung, setelah itu kami akan bermain kelereng sampai sore. 10 menit sudah berlalu namun mereka tak kunjung datang, aku berniat ingin mengayuh sepedaku namun kuurungkan niatku ketika kudengar suara melengking memanggil namaku.
"Sabet tungggu kami" teriak Erika, sembari mengayuh sepedanya.
"Kenapa kalian lama sekali, aku sudah menunggu 30 menit" ucapku sembari melebih-lebihkan fakta yang ada.
"Aku tau kau berdiri disini baru 10 menit, kau melebih-lebihkannya menjadi 30 menit" ucap Eriko sembari turun dari sepedanya.
"Wahh, darimana kau tau? Kau keturunan peramal?" Ucapku sembari membulatkan mata, memandang Eriko dengan takjub.
"Sudah menjadi kebiasaanmu melebih-lebihkan sesuatu" jawab Eriko sembari memutar bola matanya.
"Kau ini, jangan mengada-ada" ucapku marah pada Eriko
"Kau memang seperti itu, mengapa kau marah? Kau tidak percaya? Kau tanyakan saja pada Erika, Daniel dan Yoel" ucap Yosua dengan muka datarnya.
"Sudah-sudah, kalian ini jika sudah bertemu selalu saja bertengkar, lebih baik kita segera berangkat jika ingin bermain kelereng sampai sore nanti" ucap Yoel sembari mengayuh sepedanya.
Kamipun pergi ke sebuah hutan kecil dekat dengan rumah kami. Kami bertaruh siapa yang lebih dulu sampai hutan masing-masing kami akan memberi 5 butir kelereng kepada pemenangnya. Daniel berhasil sampai ke hutan terlebih dahulu.
"Jangan lupa, masing-masing kalian harus memberikan 5 butir kelereng kepadaku sesuai dengan perjanjian" ucap Daniel sembari menyeka keringatnya.
"Aku sengaja mengalah untukmu, aku kasian karna kau tak pernah menang balap sepeda" ucap Eriko sambil menyenderkan sepedanya.
"Bilang saja kau hanya iri" balas Daniel sambil mulai berjalan menyusuri hutan mencari kayu bakar untuk dipakai Ibunya memasak.
Kamipun larut dalam pekerjaan kami masing-masing, sesekali kami bercanda memberikan ulat bulu pada Erika, lalu dia akan berlari sambil menangis, tak lupa mengadu pada kembarannya Eriko, dan yang terjadi selanjutnya kalian tau sendiri, Eriko akan memarahi kami, dan kami hanya tertawa tak memperdulikan kemarahan Eriko.
Kala itu kami hanya sekumpulan anak berusia 12 tahun, yang setiap harinya menghabiskan waktu dengan bermain, sambil membantu Ibu mengerjakan pekerjaan rumah. Tidak ada gadget atau alat-alat canggih lainnya, kami menghabiskan masa kecil kami dengan bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Selamanya Kita
ChickLitSabet, Eriko, Daniel, Erika dan Yoel tumbuh bersama di sebuah desa kecil di Sumatra Utara. Setiap harinya mereka menghabiskan waktu bersama-sama. Mereka telah bersahabat sejak kecil hingga dewasa. Akankah diantara mereka tumbuh benih-benih cinta?