PROLOG 🦋⚡

154 41 29
                                    

Hari ini, semua begitu bersahabat dengan Casta termasuk cuaca dan mata pelajaran. Cuaca pagi hari yang teramat teduh tidak begitu panas dan angin berhembusan. Menerbangkan anak-anak rambut yang legam, membuat semua tangan harus ikut menepisnya.

Kakinya melangkah kecil di lorong sekolah. Menginjak lantai demi lantai. Berjalan sendirian. Pikiran tak karuan. Memasang wajah kusut yang sudah tak bisa didekskripsikan lagi.

Seminggu silam Nady sudah pindah sekolah. Biasanya Casta ke kantin sama Nady. Tapi, tiga jam kemudian dia harus pergi ke kantin sendirian.

Casta berpikir setiap anggota kelasnya yang pindah sekolah pasti akan tergantikan oleh anak baru. Entah mengapa ... sekolah ini bisa mengijinkan setiap siswa kelas 12 IPA untuk pindah sekolah dan menerima anak baru untuk kelas 12.

Tiba-tiba langkah kaki Casta terhenti, nyaris setelah melihat siswi yang rambut kecoklatan nya berterbangan karena tertiup angin. Lengannya menyekal kencang tas yang tersampir di bahu mungilnya, membuat semua orang harus menatapnya.

Semua orang menatap gadis yang terlihat sangat mempesona itu. Raut wajahnya menenangkan. Wajahnya cantik teramat sangat. Membuat semua cogan di sekolah ini ngebet pengin macarin.

Halis Casta mengerut setelah melihat wajahnya yang begitu termat cantik. Tiba-tiba sebuah rasa takut menghantam dirinya, entah sampai kapan. Rasa takut itu mengikis benaknya. Rasa takut ini tidak pernah ada sebelumnya. Seumur hidup Casta. Ketakutan apa ini.

Gadis itu cantik, teramat cantik. Sepertinya dia anak baru. Casta takut semua orang di sini akan berpaling darinya. Casta takut, Rai kekasihnya akan berpaling darinya dan berpijak pada dia. Casta takut.

Casta memalingkan wajah sejenak. Raut wajahnya sudah tidak menenangkan. Casta menyelipkan rambut ke belakang telinganya dan berdoa agar semuanya baik-baik saja.

Dua detik kemudian, rasa takut yang teramat besar itu menghantam dirinya lagi.

Casta berpikir, kemarin Casta dijuliki sebagai wanita tercantik di SMA PELITA BANGSA ini. Tapi, setelah gadis cantik itu datang kesekolah ini, apakah Casta masih bisa dibilang sebagai gadis paling cantik di sekolah ini?

"Casta?" suara lirih laki-laki yang sudah menjadi kekasihnya itu selama nyaris satu tahun mulai melupakan rasa takut Casta. Jari-jari lentik dan panjang meraba bahunya yang mungil.

Casta membalikan badan. Kini wajahnya dengan wajah kekasihnya saling berhadapan juga saling bersitatap. Casta memasang raut wajah yang bukan Rai suka. Raut wajahnya yang membuat Rai, kekasihnya, itu bertanya-tanya seribu kata.

"Lo ... kenapa?" tanyanya. Tanganya mencekal kedua pundak Casta yang tegap.

Casta memalingkan wajah. Lantas menyelipkan rambut ke belakang telinga kanannya. Rai masih menerka-nerka dan menunggu Casta menjawab semuanya.

Casta menatap matanya. Sedikit menengak. Rai mengangkat halis kirinya seraya menagih jawaban. Rai masih mencekal pundak nya.

"Gu-gue enggak kenapa-napa, kok, Rai," katanya. Lalu seulas senyuman hangat terbit di bibirnya, membuat Rai yakin kalau Casta beneran enggak apa-apa dan enggak kenapa-napa.

Tapi, Rai tahu semuanya. Rai sudah tau kalau ada ketakutan besar menghantam Casta. Semuanya ada hubungannya dengan anak baru itu, gadis yang Casta tatap sedari tadi.

Rai tahu. Pertama, Casta takut terkalahkan oleh gadis yang lebih cantik darinya, anak baru itu. Kedua, Casta takut semua penggemarnya berpaling darinya. Ketiga, Casta takut Rai cinta sama gadis itu.

Itu adalah ketakutan yang paling besar yang sedang menghantam Casta sekarang, tapi Rai berusaha untuk menenangkannya. Rai lebih baik tidak berbicara tentang itu sekarang.

"Ya, udah. Masuk kelas yu?" ajak Rai. Lalu menggenggam pergelangan tangan Casta. Genggamannya sedikit menarik Casta untuk berjalan. Kaki Rai melangkah panjang, membuat Casta harus membuntutinya.

Casta enggak banyak protes selama diseret kesana-sini sama Rai. Casta diseret ke kelas Rai, Rai naruh tasnya seenak jidat ke kursi Rai. Casta diseret ke kelas Casta sendiri buat naruh tas ransel Casta ke kursi nya.

Setelah itu, Rai ngajak Casta buat ke kantin. Rai membalikan badan dan menghadap ke Casta. Rai masih menyekal tangan Casta. "Ke kantin, yuk? Gue pengin sarapan," ujarnya, disambut anggukan Casta yang mantap.

Rai menyeretnya lagi.

Setelah sampai di kantin, "lo mau pesen apa?" tanya Rai. Kali ini dia melepaskan cengkeraman tangannya dan membiarkan Casta bergerak.

"Gue enggak mau pesen apa-apa. Gue udah sarapan, Rai," kata Casta.

Rai menatap Casta. "Ya, udah. Lo duduk disana aja, ya!" perintah Rai. Jari-jari Rai yang panjang nan lentik menunjuk bangku kantin yang kosong. Casta menoleh kearah yang Rai tunjuk. Lalu mengangguk mantap dan menerbitkan seulas senyum tipis.

Kakinya melangkah dan mendekati bangku plus meja kosong yang Rai tunjuk tadi. Dua menit kemudian Rai keluar dari panjang nya antre-an kantin yang ramai oleh anak-anak yang belum sarapan.

Rai membawa semangkuk yang berisikan sambel dan piring plastik yang di atasnya berisikan lontong. Rai duduk di dekat Casta.


"Emang lo belum sarapan Rai?" tanyanya. Matanya menatap Rai yang sibuk mengupas daun pisang yang menjadi pembungkus lontong.

"Udah, sih. Ya, cuma pengin makan lontong aja," sahut Rai sebelum memasukan lontong kedalam mulut ya.

"Eumh," Casta berdeham. Casta masih sibuk dengan apa yang menjadi alasan ketakukannya.

Raut wajahnya berubah menjadi rait wajah yang tidak menenangkan dan membuat Rai bertanya-tanya seribu kata. "Lo kenapa? Cerita aja, keles. Ya ... meskipun lo gak yakin bakal dapet jawaban nya, tapi setidak nya perasaan lo bakal lebih tenang kalau udah cerita," kata Rai sebelum memasukan lontong ke dalam mulutnya.

Casta menghela nafas panjang. "Gue, sebenernya ... ta-takut a-anak baru itu ... m-m-masuk ke kelas gue," katanya. Casta mulai mengatur nafasnya.

"Gu-gu-gue juga takut. Kalau dia ... bakal rebut semuanya dari gue. Termasuk ... Lo," katanya lagi. Casta berusaha sekuat mungkin mengecilkan suaranya.

"Cast ... meskipun dia bakal rebut semuanya dari lo, tapi, ada satu hal yang gak bisa dia rebut dari lo. Yaitu, gue. Lo jangan takut Cast, semua bakal baik-baik aja. Meskipun nanti dia rebut semuanya dari lo ... kecuali gue, lo jangan sampai benci sama Dia. Itu gak baik," ucap Rai. Nada bicaranya terdenger teramat serius meskipun kegiatannya sedang mencocol lontong ke mangkuk sambel.

Casta tersenyum hangat sambil mengangguk. Air wajah Casta berubah menjadi tenang sekarang. Casta merasa lebih lega. Casta jadi pengin meluk Rai, deh. Tapi, Rai kan, lagi makan lontong. Jadi gak bisa dipeluk, deh. Wkwkw.
🌿

[✔] FRENEMY [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang