Sepanjang sarapan pagi hari itu, pandangan semua orang tak henti – hentinya menatap Rama penuh selidik. Mungkin, terkecuali Dirga yang menyendokan telur mata sapi di piring ke mulutnya cuek.
"Gue padahal sering ke rektorat, tapi gak pernah liat lo. Gak pernah denger informasi juga lo anak Pak Rektor," ujar Joy terang – terangan.
"Emangnya anak rektor berarti harus ke rektorat tiap hari?" tanya Lino tak paham maksud Joy.
"Emang enggak?" tanya Dania polos, Lino menoleh dan mendengus menahan tawa. Melihat piring Dania yang sudah hilang telur baladonya, refleks Lino memberikan jatah miliknya yang masih utuh diam - diam pada Dania yang tengah mengunyah makanannya bulat – bulat.
"Anak pilot emang harus sering naik pesawat?" tanya Lino balik. Dania menelan makanannya, "Otomatis dia bakal sering naik pesawat buat ketemu Bapaknya."
"Terus anak Sipir Penjara harus sering di Penjara? Logika lo di mana sih," cibir Hoshi.
"Ya seenggaknya, pasti sekali dua kali pernah lah," balas Joy.
Rama yang jadi topik pembicaraan tak bicara sama sekali, dia fokus dengan makanannya sendiri tanpa mau repot mengurusi hal itu. Masih bisa berada di sana saja ia sudah mengucap syukur. Jadi mau diapakan di tempat itu, Rama tak berhak untuk protes.
Melihat itu Yerin gatal mengomentari, "Kita udah 26 hari di sini, tapi bisa dihitung jari gue denger Rama ngomong."
"Suara dia aja kadang gue lupa," sahut Joy.
"Hm? Kak Rama sering kok ngomong, dia lumayan bawel," jelas Arin tak mengerti.
Joy menatap tak percaya, "Bawel? Gue bahkan lebih hafal suara Ayam yang jelas – jelas gak bisa ngomong, dibanding dia."
"Bisa aja sih dia bawel," sahut Wendy.
"Bawelnya ke Arin doang tapi," lanjut Wendy langsung berdiri hendak membereskan piring bekas makannya.
"Sini Kang, biar sama aku," tawar Wendy mengambil piring kotor Hanan. Gerak Wendy ke arah dapur pun diikuti Hanan. "Biar Akang aja yang cuci piring."
...
Hari semakin siang, di depan Adipati Tim Pengelolaan Sampah yang terdiri dari Joy, Lino, Kalla dan Hoshi di teras bersantai. Sementara tim lain tengah repot mempersiapkan ini dan itu untuk program mereka.
"Enaknya proker kalian udah mau beres," sedih Yerin melihat Joy duduk cantik mengurus kuku tangannya.
"Makanya, kerja yang rajin!" rangkul Hoshi, Yerin mendelik. "Gue kurang rajin apa coba? Sampe gosong gini bolak balik sawah mulu."
"Si Rama mau bawa itu ke Hulu?" tatap Rendy pada Rama yang ada di lapangan depan Adipati, tengah merapihkan beberapa balok yang ia susun sedemikian rupa ke dalam gerobak. Dibantu oleh Reno di sana.
"Anaknya maksa mau bawa itu. Padahal bisa minta ke tukang," jawab Yerin ikutan melirik ke belakang.
"Tapi gue masih heran, ngapain sih dia nyusup ke sini? Nyusahin diri sendiri aja," lontar Rendy.
"Yang menurut lo nyusahin itu, bisa jadi kebahagiaan dan hal yang ditunggu – tunggu orang lain. Lo gak suka brokoli, gak berarti semua orang harus ikutan benci, kan?" komentar Juan yang baru selesai mengikat tali sepatunya.
Beberapa orang di sana mengangguk mengerti.
"Kalo buat lo ini nyusahin, ngapain coba daftar?" tanya Hoshi pada Rendy.
KAMU SEDANG MEMBACA
BERTIGABELAS | 47 Days With Them✔ [OPEN PO check IG allyoori]
General Fiction[B E R T I G A B E L A S] ▪︎selesai▪︎ • College but not about collegelife in campus • Semi-baku • Lokal AU 13 orang terpilih dari dua perguruan tinggi berbeda, untuk hidup bersama selama 47 hari kedepan dalam sebuah rumah yang terletak di dusun terp...