"Kapan semua ini berakhir tuhan? Ini terlalu berat untukku, setidaknya biarkan aku bersamamu diatas sana. Aku tidak tahan, tolong ambil saja manusia tak berguna ini."Violet, Sabtu malam.
~~~~
"Violet besok sore Miss Nesly datang, Jangan lupa! Awas saja saya dengar kamu bolos les, habis kamu!" Sylvia menatap tajam anak tengahnya itu.
"Hm" Violet tak menghiraukan tatapan tajam sang Mami. Ia tetap menyantap makannya santai.
"Mami ngapain sih ngabisin uang cuma-cuma buat anak ga guna ini! Biarpun diajarin seratus kali otak dongo-nya ga bakal ngerti Mi!" Selena, Anak Bungsunya kini angkat bicara.
"Jaga bicaramu Selena! Dia Kakakmu setidaknya hargai sedikit dia!" David sang kepala keluarga berbicara tajam.
"Ga salah denger nih Pi? Masa ia Papi belain anak dongo ini?!" Ucap Selena terkejut.
David menghembuskan nafas kasar. Ia menatap tajam Selena, gadis bungsunya.
"Tidak bisakah kamu liat kita sedang apa sekarang? Mana sopan santun makanmu ha?" David berucap dingin.
"Kamu Violet! Enak liat saya marah-marah hah? Dasar anak tidak berguna, Pembawa sial saja!" David berteriak kencang, amarahnya sudah diujung tanduk. Sementara Selena melihat Violet remeh, ia senang kala Kakaknya itu dimarahi David.
"Udah Pi, maafin Selena tadi Selena cuma ga suka liat uang Mami abis cuma gara-gara anak ga berguna kayak dia" Ia tertawa dalam hati "Rasakan itu sialan!".
Violet, wajahnya tetap datar, namun hatinya tidak. Ia mati-matian menahan air mata yang keluar. Ia meremas sendoknya kala meredakan nyeri dihatinya.
"Kenapa? Kenapa masih berasa Violet? Padahal kamu sudah biasa dilakukan seperti ini? Lemah kamu Violet!"
Violet beradu mulut dengan dirinya sendiri. Padahal Cacian sudah jadi makanan sehari-hari Violet tapi kenapa kali ini Cacian itu bisa menembus pertahanan kokoh Violet?Violet menghela nafas lelah. Ia berdiri ingin beranjak dari neraka ini.
"Maaf menganggu makan malam kalian" Ucap dingin Violet lalu berlalu dari neraka itu.
"Lo tersiksa kan?" Suara dingin itu terdengar ditelinga Violet. Giero, Kakak laki-lakinya lah yang berbisik ditelinga Violet. Si mulut pedang.
Violet melewati Kakaknya, memilih tidak perduli dengan pertanyaan bodoh itu.
"Kalo ditanya jawab!" Dinginnya.
Violet berbalik dan menatap dingin Kakaknya itu. "Sekarang udah bodoh ya? Ga bisa liat hah?" Violet menjawab lantang.
"Lo bilang apa tadi? Eh sialan mending lo mati saja sana, gue muak liat wajah sialan lo itu Mami Papi juga muak liat anak ga berguna kayak lo!" Giero menatap tajam Mata biru tua milik Violet.
Violet mengehela nafas sejenak.
"Cukup liat dan tonton gue tersiksa, dengan begitu gue bakal mati perlahan, semua butuh proses"
"Matipun butuh proses. Tenang, Raga gue bentar lagi mati dan sehabis raga, kesehatan fisik gue juga bakal mati bersamaan dengan nyawa gue." Violet menatap dingin Kakaknya.
Ia berbalik lalu berjalan masuk kekamarnya yang berada tepat didepan kamar Giero.•••
Didalam kamar. Violet memegang jantungnya yang berdegup kencang. Baru kali ini ia berucap lantang didepan Giero. Selama ini ia tak pernah berbicara dengan Giero bahkan bertatap muka saja tidak pernah.
Violet bangga pada dirinya. Setidaknya ia bisa melawan perkataan yang selama ini membuat raga Violet mati perlahan. Ia berjalan menuju nakas disamping kasurnya lalu duduk dan meraih handphonenya.
5 Chat From Yasha.
Violet menatap datar notifikasi handphonenya. Yasha gadis berambut pendek itu selalu menganggu malam Violet dengan chat tak berguna. Violet mengabaikan chat itu, ia membaringkan badan-nya dikasur empuk.
Pikirannya kalut. Kapan semua ini berakhir? Apakah dengan ia mati semua bisa berakhir?
♡
hi semoga terhibur.
Maaf pendek.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Flower Of Violet
Teen FictionIni cerita tentang Gadis dengan seribu kesedihannya. Aguero Fam dikenal sebagai keluarga Violinist papan atas. Beribu-ribu penghargaan dan piala terpajang disatu ruangan khusus tempat berkumpulnya kebanggaan Keluarga Aguero. Violet, Gadis malang...