🍁..................................🍁Keesokan harinya, Yuri bangun lebih lambat dari biasanya. Secara otomatis ini terjadi karena semalam Yuri baru akan tidur pada pukul tiga pagi. Waktu tidur Yuri terasa sangat cepat. Seperti baru tidur satu detik lalu harus bangun lagi. Belum lagi kepalanya tiba-tiba pusing. Setelah bersiap-siap secepat kilat, Yuri keluar dari kamarnya dan kembali mengejar waktu yang terus berjalan.
"Kamu sedang buru-buru, ya," ujar Maria yang ingin menanyakan sesuatu, tetapi melihat waktu yang tidak tepat dia mengurungkan niatnya.
"Perlu sesuatu?" Yuri.
"Pengen nanya, tapi nanti aja, berangkatlah dulu nanti terlambat," jelas Maria memperingati Yuri untuk mendahulukan kepentingannya,"oh, iya lupa tolong izinin Leo tidak masuk sekolah dia lagi sakit," pintanya.
Yuri melakukan sikap hormat sebagai tanda dia mengerti dan akan melaksanakan perintah Maria. Setelah itu Yuri kembali berlari menuju bagasi. Mengayuh dengan sepenuh tenaga agar cepat sampai tujuan.
Bel sekolah sudah berbunyi lima menit yang lalu. Semua murid sudah duduk di kursinya masing-masing. Termasuk di kelas IX IPA B. Namun di kelas itu masih ada tiga kursi kosong. Seorang guru masuk ke dalam kelas diikuti dengan murid baru di belakangnya. Perkenalan singkat murid baru itu berakhir dengan sukses. Guru pun menyuruhnya duduk.
Karena ada tiga kursi yang masih belum berpenghuni, murid baru bernama Langit itu memilih untuk duduk kursi paling belakang.
Bruakkk
Seseorang membuka pintu dengan keras dan menimbulkan suara nyaring yang mengganggu kesunyian di kelas tersebut. Semua mata memandang ke arahnya. Yuri bisa merasakan semua mata itu. Untuk mengantisipasi kemaluannya Yuri menundukkan kepalanya sambil mendekat ke arah guru. "Maaf, Bu saya terlambat," ucapnya.
"Siapa namamu?" Dengan tegas guru perempuan yang terkenal cuek bertanya sambil membuka buku yang tidak salah tentang catatan bagi murid yang datang terlambat.
"Agustian Yuriana," sebut Yuri nama lengkapnya.
Guru itu nampak mencari daftar nama yang disebut Yuri setelah itu mulai menggerakkan pulpennya ke buku catatan tersebut. "Kamu boleh duduk sekarang," katanya memberi sedikit kemakluman untuk Yuri karena dalam catatan baru kali ini Yuri terlambat.
Ucapan guru itu membuat napas Yuri begitu lega. Sampai dia tidak sadar dengan murid yang ada di belakangnya. Sama seperti yang lainnya, Yuri mulai mengeluarkan buku sesuai mata pelajaran saat itu. Mungkin karena efek terburu-buru Yuri lupa tidak membawa alat tulisnya.
Yuri melihat sekitarnya. Menandai orang-orang yang biasa membawa cadangan pulpen dan tentunya tidak pelit. Matanya berhenti satu perempuan yang ada di depannya sendiri.
"Din, Dina, Lo punya cadangan pulpen nggak?" Yuri sedikit mencodongkan kepalanya ke depan agar suaranya yang memang dibuat lirih bisa terdengar oleh Dina.
Dina mengecek tempat alat tulisnya. Sayang, Yuri sedang tidak beruntung. Saat itu Dina hanya membawa dua pulpen, pulpennya yang satu sudah dipinjam oleh teman yang lain. Padahal biasanya Dina membawa cadangan lebih dari ini.
Dina menoleh ke belakang,"nggak ada, sorry," ujarnya.
Dengan cepat Yuri langsung menolehkan kepalanya ke belakang. Tanpa menyadari sesuatu Yuri meminta izin untuk meminjam pulpen padanya," boleh pinjem pulpen, nggak?" Yuri begitu berharap pada orang di belakangnya.
Langit meminjamkan pulpen miliknya ke Yuri. Dengan senyum lebar yang tercetak di bibirnya karena merasa beruntung ada orang yang meminjaminya pulpen," makasih, ya nanti gue kembalikan," kata Yuri begitu berterimakasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Can't Stop Loving You
Teen Fiction"Kan lo pembantu gua, lu bisa makan karena digaji keluarga. Jadi gua berhak ngapa-ngapain lo sesuka gua," kata Leo seenaknya. "Iblis sialan," umpat Yuri lirih sayangnya itu terdengar di telinga Leo. "Gue denger goblok," timpal Leo yang mendengarnya...