Kedua kelopak mata itu terbuka, dengan perlahan lelaki itu bangkit dari posisi tidurnya dan duduk. Di gedarkan pandangannya ke seluruh ruangan yang ia tempati. Kedua ujung bibir itu tersenyum simpul saat menyadari ia mengenali ruangan itu.
"Sepertinya aku benar-benar kembali... Rasanya seperti lama sekali aku pergi... " ucap lelaki itu sambil menutup mata. Semilir angin sore hari itu menerbangkan anak rambut sewarna batang pohon. Ditengah suasana damai yang ia rasakan, terdengar bunyi bel yang ditekan berulang kali, lalu disusul gedoran pintu dan teriakan yang memekakkan telinga."GENTARO!! BUKA PINTUNYA! DAISU PINGSAN LAGI!! "
Helaan nafas dikeluarkan oleh pemuda berparas cantik itu. Dengan langkah pelan ia mendekati pintu rumahnya. Ia berpikir bila tak segera membuka pintu itu maka pintu rumahnya akan jebol sebentar lagi.
"Ada apa, Ramuda? " tanyanya dengan nada pelan. Ia menatap Leader grupnya yang tengah membawa sesuatu.
"Daisu pingsan lagi. Aku menemukannya didepan tokoku. Jadi karena kasihan aku bawa dia kemari"
Jari lentik dari penulis itu memijat pelan dahinya. Lalu setelah menghela nafas ia berbicara.
"Bila kau kasihan dengannya mengapa kau membawanya kesini. Lebih baik bila kau meletakkannya ditokomu kan? "
Ramuda berkedip sekali, wajahnya terlihat menyadari sesuatu.
"Benar juga, yah... "
Tepukan didahi secara refleks Gentaro lakukan. Ia tak habis pikir dengan cara berpikir leader nya ini."Ya sudahlah. Bawa masuk Daisu dan letakkan dia di ruang tamu. Kau tunggui dia. Lalu jangan berlarian keruangan lain. Kau mengerti? " ucap Gentaro sambil membukakan pintu rumahnya lebih lebar. Ramuda dengan senyuman lebar dan pose hormat mengangkat kerah belakang Daisu yang tengah kehilangan kesadaran.
"Siap! "Setelah berkata seperti itu, Ramuda memasuki rumah Gentaro dengan menarik kerah belakang Daisu. Secara kasarnya... Ia menyeret Daisu. Dengan senyuman lebar dan permen loli dimulutnya ia menyeret tubuh Daisu kearah ruang tamu rumah Gentaro.
'Jangan bilang... Ia menyeret Daisu dari tokonya ke rumahku? ' batin Gentaro yang miris melihat tubuh Daisu yang tak berdaya itu.***
"Terima kasih, Gentaro" ucap Ramuda sambil meminum teh yang dibawakan oleh Gentaro. Gentaro menggangguk pelan, ia menatap tubuh Daisu yang tertidur nyaman di futon yang ia bawakan tadi.
"Jangan pura-pura pingsan, Daisu. Aku tahu kau sudah bangun dari beberapa menit yang lalu. Cepat bangun atau akan aku habiskan camilan-"
"JANGAN- BAIKLAH AKU BANGUN! "
Dengan kecepatan cahaya, Daisu menyambar piring berisi roti kering dan memakannya dengan lahap.
"Pelan-pelan, Daisu" ucap Gentaro sambil menatap datar Daisu yang tengah memakan piring kedua berisi roti kering. Daisu hanya menganggukkan kepalanya dengan tetap memasukkan roti kering itu kemulutnya."Ahaha~ Sepertinya kau sangat lapar, Daisu~" kata Ramuda sambil memangku wajahnya dengan kedua telapak tangannya, ia menatap Daisu yang masih sibuk memasukkan roti kering itu kemulutnya.
Kembali Daisu hanya menggangguk, terlalu sibuk dengan roti-roti kering dihadapannya.
"Tak kapok-kapok kau ini. Berapa kali kau ditemukan dengan keadaan seperti mayat" ucap Gentaro dengan melihat Daisu.
Setelah menghabiskan 5 piring berisi roti kering lalu menadaskan habis teh digelasnya, Daisu menatap kedua rekannya lalu tersenyum lebar.
"Mau bagaimana lagi. Aku sudah mengabdikan seluruh hidupku untuk judi! Jadi bila aku tak berjudi maka aku tak bisa hidup!! "
"Masalahnya... Kau selalu hampir mati setelah kalah judi" ucap Ramuda dengan entengnya, tangannya mengambil roti kering yang tersisa dan melahapnya. Daisu mengembungkan sebelah pipinya setelah mendengar hujatan tak langsung dari dua rekannya."Baiklah. Aku tak akan berjudi lagi! " kata Daisu dengan penuh keyakinan. Gentaro dan Ramuda menatapnya tak percaya.
"Benarkah-"
"TAPI BOHONG! NYAHAHA!"
Daisu dengan tawa lepas berguling-guling di lantai dengan memegangi perutnya.
'Sip... Sudah putus kabel otaknya'
Batin kedua orang yang masih merasa 'normal' itu.
"KAGET KAN? KAGET KAN! NYAHAHA-"
"...."
Ah... Ya sudahlah.***
"Sudah selesai, Daisu? "
Gentaro menatap Daisu yang tengah terlentang. Nafasnya terlihat tersegal-segal dengan dada yang naik turun. Ramuda mendekati tempat berbaring Daisu dan merebahkan diri disamping kiri tubuh pemuda berambut navy itu. Pemuda berambut pink gradasi itu berguling-guling kekiri dan kekanan. Daisu hanya diam dan menikmati dinginnya lantai kayu dikediaman sang penulis berambut coklat. Setelah puas berguling-guling, Ramuda menyampingkan tubuhnya kearah tempat duduk Gentaro."Gentaro! Coba berbaring disini, rasanya nyaman sekali lo! "
Gentaro mengalihkan pandangannya kearah Ramuda yang tengah berbaring menyamping kearahnya. Dengan gelengan serta tawa kecil, ia mendekati Ramuda dan berbaring disamping leader nya itu. Gentaro menutup kedua matanya dan menarik nafas pelan, menikmati semilir angin yang menerbangkan poninya. Aroma bunga dan suara daun yang bergesekan karena angin menambah suasana tenang. Hening menyapa ruangan itu.Keheningan tak membawa hawa cagung namun hanya membawa ketenangan yang begitu jarang mereka rasakan.
"Rasanya... Nyaman juga bila kita hanya diam dan menikmati semilir angin seperti ini~"
Ramuda menoleh kearah Daisu yang tengah tersenyum dengan tetap menutup kedua matanya.
"Hum! Biasanya saat kita berkumpul hanya ada kebisingan, tapi yang seperti ini nyaman juga. Aku suka keheningan seperti ini apalagi ditemani kalian berdua! "
Terasa kedua tubuh mendekat, Ramuda menoleh kekiri dan kekanan menatap kedua rekan setimnya itu yang menggeserkan tubuhnya menjadi lebih dekat."Benar yang kau katakan, Ramuda. Aku memang suka keheningan tapi aku lebih menyukai keheningan ini, karena aku bisa bersama kalian"
Ucapan Gentaro membuat Ramuda menutup mulutnya dengan sebelah tangan sambil mengarahkan kepalanya kearah Gentaro, begitu juga dengan Daisu yang membuka kedua matanya dan menatap terkejut rekan berambut coklatnya itu."Kau tak berbohong kan, Gentaro? " tanya Daisu dengan pandangan bingung. Gentaro menolehkan kepalanya dan menatap kedua wajah teman setimnya yang tengah menatapnya bingung. Senyum terbit di bibirnya. Terlihat begitu berbeda dari senyum yang biasanya ia lemparkan di kesehariannya.
"Untuk kali ini... Aku berkata jujur, kawan."
'Fin'
Lie 'Side Yumeno Gentaro'
KAMU SEDANG MEMBACA
Lie ¦ HYPMIC X IDOLiSH7 [✔]
Fanfiction[Complete] Maukah kau berkata jujur? Ataukah kau akan terus menyembunyikan semua rasa dan kasihmu hanya pada lubuk hatimu? __________________________________________________ [ Hynosis Microphone x IDOLiSH7 ] ©Bandai namco online ©King records _____...