2.

1 1 0
                                    

HAPPY READING
AWAS TYPO BERTEBARAN
@JOOHANA
.
.
.
...

"Ibu pulang"
.
.
.
"Ya"
.
.
.
"Apa kamu sudah mengerjakan PR mu?"
.
.
.
"Ya."
.
.
.
"Bagaimana sekolahmu hari ini?"
.
.
.
"Ya."
.
.
.
"Sekarang waktunya mandi kenapa kamu tidak mandi?"
.
.
.
"Ya."
.
.
.
"Apa kamu mendengar ucapan ibu?" Menoleh sebentar ke arah sang anak yang ternyata sedari tadi sedang memainkan telpon genggamnya,
-sedari diri-nya memasuki rumah- sedang menelpon seseorang. Dan alhasil mungkin dia tidak mendengarkan semua ucapan-nya.
.
.
.
"Apa kamu mendengar ucapan ibu?"
.
.
.
"Cepat mandi." Taehyung tentu-nya terkejut dengan keberadaan ibu-nya karena, dia tidak mendengar maupun melihat kedatangan ibu-nya. Biasa-nya ibu-nya sedikit gaduh. Pikirnya. Dan juga ini juga baru pukul 12 siang yang dimana jarang sekali ibu-nya pulang ke rumah. Meski jam istirahat. Jadi dia agak sedikit bingung akan hal itu. Tapi menuruti, sekali lagi adalah hal yang harus di lakukan. Pun memang perkataan ibu memang tidak bisa di bantah. Lekas mematikan telpon dan segera membersihkan diri sebelum terkena omelan lagi.
.
.
.
.
.
Di satu sisi. Di tempat yang berbeda dan presensi yang berbeda tentunya. Di kediaman Kim Namjoon yang terletak di komplek seberang perumahan Kim Taehyung. Komplek perumaham biasa. Rumah nya juga terbilang sangat sederhana. Tapi mungkin itu sudah lebih cukup bagi mereka berdua yang tinggal di dalamnya. Tak jauh berbeda. Mereka sedang melakukan makan siang seperti biasanya. Namjoon menghabiskan waktu makan siang-nya bersama ayah-nya, memakan masakan sederhana yang di buatkan khusus oleh ayah-nya. Sederhana tapi spesial. Pikirnya. Terkadang ayah-nya mesnyisihkan sedikit banyak lauk atau ikan untuk-nya dengan alasan supaya medapat gizi yang cukup untuk diri-nya yang harus berpikir untuk belajar nanti, tapi tetap saja Namjoon juga merasa tidak enak hati untuk itu. Karena dia juga ingin ayah-nya mendapatkan hasil dari kerja-nya. Setidak-nya dia bisa makan banyak meskipun sederhana. Maka dari itu dia ingin sekali belajar lebih keras lagi.
.
.
.
Brak
.
.
.
"Namjoon...kenapa kamu melakukan ini. Berlatih bela diri?"
.
.
.
Sial. Seharusnya dia sedikit lebih berhati-hati lagi saat bertindak. Saat ingin beranjak meletakkan piring ke wastafel dan pergi ke kamar untuk belajar lagi, dia tidak sengaja menjatuhkan semua buku yang ada di dalam tas-nya. Ceroboh. Semua buku tergeletak. Buku pelajaran dan buku ilmu bela diri tentunya, yang sengaja ia sembunyikan dari sang ayah tapi nyata-nya dia tidak bisa menyembunyikan itu dengan baik. Wajahnya sedikit kalut saat melihat ekspresi ayah saat mengetahui dia sedikit menyembunyikan hal yang sudah jelas dilarang oleh sang ayah. Meneguk ludah sudah payah untuk menetralkan rasa cemas dan takut yang tiba tiba mendera.
.
.
.
"Kau ingin jadi apa nanti-nya jika berlatih bela diri?" Diam. Lidah-nya kelu. Namjoon tidak tahu harus berbicara apa. Dia tidak bisa menyangkal ucapan ayah-nya sedikit pun. Karena semua itu benar.
.
.
.
"Aku hanya ingin mengisi waktu luang-ku untuk bela diri. Karena menurutku itu penting untuk berjaga-jaga. Karena kita hidup di lingkungan yang tidak mendukung untuk anak lemah seperti-ku. Ayah. Kumohon mengertilah. Aku akan belajar dengan serius. Tapi jangan larang keinginanku untuk belajar bela diri." Namjoon mengatakan-nya sembari menundukan kepala-nya. Tidak berani melawan ayah-nya. Dia tau alasan ayah-nya melarang-nya itu untuk kebaikan-nya, tapi dia belajar bela diri juga semata-mata untuk melindungi diri-nya sendiri. Dia tidak akan menyalahgunakan untuk hal yang tidak benar. Dia ber-janji akan hal itu.
.
.
.
"Ayah hanya tidak ingin kamu seperti ayah dulu." Menghela napas. Bagaimanapun juga apa yang di katakan anak-nya ada benar-nya juga. Hanya saja dia sedikit sangsi akan masa lalu yang menjerat-nya.
.
.
.
"Kamu tahu dulu ayah sangat suka melakukan bela diri. Tapi kamu lihat, kaki ayah jadi cacat karena hal itu. Jadi ayah berharap kamu berhati-hati. Ayah tau kamu tidak akan bertingkah ceroboh atau membahayakan diri sendiri." Menepuk bahu anak-nya dan berlalu ke depan. Pergi bekerja lagi. Benar. Mungkin ini juga yang tebaik untuk anak-nya. Lagipula dia yakin Namjoon tak seceroboh diri-nya.
.
.
.
Namjoon berdiam diri. Memandang kedua sepatu-nya yang sedikit kusut serta sedikit kotor. Merenungi setiap kata yang dikatakan ayah-nya kepada-nya layak-nya petuah yang di sampaikan agar tidak tersesat afaupun melakukan kesalahan yang fatal. Benar. Dia haru hati-hati. Dia tidak boleh ceroboh. Masih banyak hal yang harus di lakukan-nya.
.
.
.
.
.
Lain hal situasi di dalam kediaman Kim. Disana suasana sedikit ricuh. Bukan. Mereka bukan bertengkar. Tapi nyonya Kim yang sedaritadi berbicara mengomeli kelakuan kedua anak-nya, yang sebenar-nya hanya tertuju pada Kim Taehyung. Yap, karena kelakuan Taehyung yang mengabaikan presensi-nya. Tidak sopan. Dan tentu-nya terlalu banyak bermain daripada belajar. Sekarang Taehyung jadi tau apa tujuan ibu-nya pulang lebih awal. Untuk mengetahui apa dia benar-benar belajar dengan benar. Sekarang mereka berdua hanya bisa duduk dengan wajah tertunduk dengan tangan terlipat di atas meja. Mendengarkan apa saja yang di katakan sembari ibu-nya menyajikan makanan ke piring mereka. Mungkin hanya Jungkook yang mendengarkan dengan benar. Sedangkan Taehyung, pikiran-nya sedikit berkelana untuk mengatur jadwal bagaimana diri-nya bisa belajar bermain gitar nanti. Meskipun dia masih bisa mendengarkan dengan baik.
.
.
.
"Paham?"
.
.
.
Mereka berdua serempak menganggukan kepala mereka meskipun ibu-nya tidak bisa melihat-nya karena berlalu ke dapur untuk mengambil air minum. Meskipun di sana ada pembantu tapi seperti-nya ibu sedang ingin melakukan-nya, sembari di bantu nenek yang kebetulan tinggal bersama mereka. Membantu dengan tubuh-nya yang tidak lagi fit seperti dulu lagi. Tapi jangan salah, meski begitu nenek masih kuat untuk mengoceh seperti ibu. Memberi nasihat seperti nenek nenek pada umum-nya. Karena mereka memiliki pengalaman yang lebih banyak. Tak jarang ibu dan nenek berbeda pendapat dan sedikit adu mulut. Bisa di bayangkan bagaimana rusuh-nya mereks saat itu terjadi. Tak jarang mereka juga mendapatkan omelan dari sang nenek.
.
.
.
Pernah waktu itu Taehyung ingin mengungkapkan apa yang selama ini dia ungkapkan. Tapi ibu langsung menyela-nya dan otomatis Taehyung tidak bisa berbicara lagi. Dia sudah tau kalau Taehyung akan membicarakan masalah hobi-nya. Menyanyi. Memilih diam, karena dia tau itu pilihan yang terbaik.
.
.
.
"Dengar. Ibu melakukan ini semua demi kebaikanmu. Memangnya kamu mau apa lagi? Kami lakukan ini supaya kau jauh dari masalah. Ingat kata-kata ibu. Paham?"
.
.
.
Waktu itu Taehyung memilih menganggukan kepala-nya saja. Karena memang dia tidak bisa membantah.
.
.
.
.
.
Malam hari. Taehyung merebahkan diri-nya di atas tempat tidur. Terlentang. Melihat langit tempat tidur-nya. Pikiran-nya sedikit menerawang tentang lerkataan ibu-nya sekaligus bagaimana dengan hobi-nya. Dia masih bimbang. Malam hari terasa lebih dingin. Dia baru saja belajar. Menyelesaikan PR. Sesuai seperti apa yang di inginkan ibu. Mungkin ya. Dia harus menuruti apa yang ibu-nya inginkan. Dia harus belajar. Dia harus lebih baik dan membuktikan bahwa dia bisa.
















INTINYA ENJOY WKWKWK
SORONG PAPAN TARIK PAPAN
AMBIL GALAH DALAM PERAHU
TAEHYUNG TAMPAN
JODOH AKU😴
SEKIAN TERIMA BLACK CARD


@JOOHANA

SeesawTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang