1

35 5 6
                                    

Waktu telah menunjukkan pukul 22.00. Sekolah tampak sepi.

Alice merasa lelah karena baru saja berpesta pora dengan teman-teman SMA di acara reuni alumni sekolah. Ia ingin bergegas pulang dan tidak sabar bermesraan dengan kasurnya.

Seseorang menepuk pundak Alice, membuatnya tersentak kaget. Rachel lah yang melakukan itu. Sahabat sejatinya tersebut langsung membawanya ke tempat yang agak sepi, memisahkan mereka berdua dari teman-teman lain.

"Jadi gimana?" tanya Rachel pelan.

Awalnya Alice tidak paham, tetapi tatapan tajam dari Rachel membuatnya sadar apa yang dimaksudkan oleh sahabatnya itu. "Gue nginep di rumah lu aja," jawab Alice.

Rachel masih saja melakukan penyelidikan terkait masalah yang sedang dialami Alice dan belum mendapatkan hasil. Alice masih belum sanggup menceritakan mengenai apa yang terjadi kepadanya ke siapa pun, bahkan ke Rachel. Alice dan Rachel sudah bersahabatan selama lebih dari sepuluh tahun. Rachel adalah sesosok wanita yang cantik nan pintar, dan hampir seluruh lelaki di sekolah menyukainya. Sangat berbanding terbalik dengan Alice, ia dulu hanya gadis bertubuh kecil, pengguna kacamata yang besarnya melebihi wajah, dan pemilik gigi gingsul. Namun, siapa sangka mereka bisa menjadi sepasang sahabat? Persahabatan mereka berawal dengan Alice yang dirundung oleh beberapa teman kelasnya saat jam istirahat karena tidak ingin membagi sontekan saat ujian. Rachel kala itu tentu penuh dengan amarah begitu melihatnya. Tidak hanya  berwajah cantik, tetapi Rachel juga baik hati. Rachel langsung membela Alice dan memarahi para perundung tersebut. Seiring waktu berjalan, mereka mulai dekat dan mulai menyadari bahwa mereka memiliki banyak sekali persamaan. Pertemanan mereka terjalin dengan akrab, dari mulai belajar, bermain, bermusik dan sebagainya mereka lewati bersama tanpa ada rasa kemunafikan satu sama lain.

Waktu berjalan cepat, sampailah di masa sekarang, di mana Alice merupakan seorang pelukis yang sudah memajangkan hasil karyanya di museum-museum terkenal, dan Rachel yang sudah sukses berbisnis di bidang fesyen. Iya, benar. Rachel adalah seorang perancang busana.

Alice dan Rachel berjalan menuju ke parkiran untuk mencari mobil Rachel.

"Ceritain dong. Ada apa, Al? Dari muka lu kelihatan kalau lu lagi ada masalah. Cerita ke gue, please," bisik Rachel.

Alice tetap saja menunduk, "Gak ada apa-apa, Chel."

Rachel berhenti melangkah, membuat Alice terdiam. "Gue gak suka ngelihat lu murung. Kalau lu gak mau cerita, lu pulang jalan kaki sendiri," ancam Rachel.

Alice melirik Rachel sekilas. Ia tersenyum jahil. "Memang lu tega ninggalin gue?"

Rachel yang mendengar hal itu langsung mendelikkan matanya. "Cepat! Cerita!" protes Rachel kesal. Ia sedang serius, Alice malah bercanda.

Sejauh yang Rachel tahu, Alice sedang memiliki masalah dengan suaminya, maka itu Rachel menawarkan Alice untuk menginap di rumahnya saja hingga masalah mulai reda. Namun, yang Rachel ingin tahu, apa yang membuat Alice dan suaminya bercekcok.

Angin berhembus kencang, malam yang menghiasi hari Sabtu sudah mulai larut. Alice menyibakkan poni yang dengan bandel menyusup di antara kacamata dan matanya. Ia menarik napas lalu mengeluarkannya pelan-pelan. Tiba-tiba, Alice memeluk sahabatnya dan menangis. Wanita berkacamata itu mulai menceritakan kejadian yang menimpanya kepada Rachel. Ternyata, suami Alice ini adalah seorang duda yang dulunya bersikap sangat kasar dan keras terhadap putrinya yang masih kecil. Hal ini membuat Alice takut begitu ia tahu masa lalu suaminya yang gelap itu.

"Astaga, kenapa gak cerai sama dia?" tanya Rachel panik.

Alice memaksakan diri untuk tertawa pelan. "Ini lagi mau, tapi jadinya gue sama dia ribut terus."

Si Gadis KecilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang