Sahara memutuskan ke perpustakaan di jam istirahat. Awalnya, cewek itu ingin pergi sendiri, tapi ternyata Einstein menyusul langkah kakinya. Sahara juga tidak menghentikan cowok itu sebab memasuki Perpustakaan Cheese School adalah hak seluruh warga sekolah itu.
Mereka duduk bersisian pada meja pojok paling belakang dekat dengan rak buku Kimia yang tebalnya kebanyakan lebih dari lima ratus halaman.
"Gue kira lo suka Matematika," kata Einstein tiba-tiba memecah keheningan di antara mereka.
Sahara menoleh dengan tatapan penuh tanya. "Iya, emang. Terus?"
Tawa kecil terdengar dari bibir tipis Einstein, lirikannya terarah pada buku yang sedang dibaca Sahara. "Kenapa enggak baca buku Matematika?"
"Lagi pengin baca materi Kimia. Emang enggak boleh? Lagian, apa sih yang bisa dibaca dari buku Matematika? Gue suka Matematika bukan berarti gue bisa baca angka-angka kayak lagi baca huruf biasa."
"Iya, sih." Einstein mengangguk-anggukkan kepala. "Eh, bentar. Coba balik ke halaman sebelumnya."
Sahara menoleh dengan kedua alisnya yang terangkat, tapi cewek itu mengikuti apa yang Einstein minta. Sahara kembali pada halaman yang berisi Tabel Periodik Unsur.
"Ini?"
"Iya. Coba lo perhatiin, sadar enggak kalau di tabel periodik enggak ada huruf J?"
Sahara memeriksa satu per satu unsur di depannya, mulai dari unsur pertama hingga unsur terakhir. "Eh, iya, bener juga lo, Eins."
Sahara menutup bukunya, lalu cewek itu memutar badan sembilan puluh derajat menghadap Einstein yang sedang memperhatikan gerak-geriknya.
"Males baca, lo aja deh yang jelasin ke gue apa yang lo tau tentang Kimia."
"Ini sarkasm atau beneran minta?"
"Beneran minta. Anak Cheese School pasti lebih detail materinya."
Bukannya menjelaskan yang diminta oleh Sahara, Einstein malah berdiri dari kursinya. Kemudian, ia membalik posisi kursi itu sehingga bagian kepalanya bersandar pada meja. Einstein kembali duduk dengan posisi yang sudah berbalik 180 derajat.
"Mau jelasin aja ribet banget," ujar Sahara dengan tawa kecilnya.
Einstein menggaruk kepala belakang yang sama sekali tidak gatal. "Jujur, gue udah banyak lupa. Dan itu hal yang wajar buat orang yang lagi jatuh cinta."
"Maksud lo?"
"Saat orang jatuh cinta, otaknya melepaskan oxytosin dan itu mengganggu daya ingat seseorang. Jadi, jangan heran kalau orang yang lagi jatuh cinta tiba-tiba jadi pelupa."
"Idih, ngomong apa, sih?" Sahara berdiri dari duduknya dan mendekat pada rak sambil membawa buku paket yang tadi dibaca.
"Mau balik ke kelas?"
"Iya."
"Enggak mau lagi dengerin penjelasan gue tentang Kimia?"
"Ngomong aja, gue denger."
Einstein ikut berdiri dan berjalan di belakang Sahara. "Lo tau kenapa Helium yang dipake sebagai pengisi balon?"
Sahara yang menyelipkan kembali buku di tangannya ke rak pun terdiam dengan kerutan tajam di kening. "Kalau itu, sih, gue tau. Itu karena massa Helium lebih ringan dari massa rata-rata udara total."
"Ya udah, ganti materi."
"Apa?" Tepat saat Sahara bertanya, terdengar suara goresan. Sahara mengaduh kesakitan dengan bagian siku tangan kanannya yang sudah mengelurkan darah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keilmuan vs Kesenian 2
Teen FictionBagaimana jika kamu memiliki kekuatan super? Bagaimana jika kamu berbeda dengan manusia pada umumnya? Jika disuruh menjawab, Sahara mungkin harus berpikir selama hidupnya. Tentang Cheese School, masih banyak hal yang mengganjal di pikiran Sahara be...