Bagaimana Jika Kamu Mati?

16 2 0
                                    

Seperti biasa pukul sembilan aku dan temanku bersiap-siap untuk tidur. Malam ini rencananya ingin tidur cepat. Tempat tidur dirapikan, lampu kamar dimatikan.

Namun, seperti biasanya juga sebelum tidur tangan masih sibuk scrolling gadget sampai seorang adek mengirimi pesan untuk diajarkan tugasnya. Alhasil tidur cepat gagal. Teman yang satu sudah tidur terlebih dahulu setelah mendengar ceramah melalui kanal youtube. Aku masih sibuk. Kali ini urusan dengan adik selesai. Bersiap buat tidur. Melihat jam pada layar ponsel, waktu sudah menunjukkan pukul 22.31. Sesekali gonggongan anjing terdengar dari luar. Suara jangkrik pun begitu. Sisa-sisa hujan tadi pagi masih membekas. Dinginnya menusuk-nusuk kulit.

Aku menatap langit-langit kamar. Pikiranku mulai berkelana. Hingga ia bertanya.

Pikiran: Bagaimana kalau kamu mati?

Aku ternhenyak dengan pertanyaan itu. Ada rasa takut.

Pikiran: apa kamu takut mati?

Aku: Tentu saja! Aku takut mati.

Pikiran: Kenapa? Bukankah kematian itu adalah hal yang pasti terjadi? Kenapa kamu takut?

Aku: Memang betul, mati itu adalah hal yang pasti. Aku takut bukan karena matinya tapi tentang setelah kematian itu. Dimana aku dimintai segala pertanggungjawaban atas apa yang sudah aku kerjakan di dunia. Sekecil apapun itu tidak akan terlewat. Aku belum siap karena itu. Salahku, khilafku masih sangat banyak. Aku tidak bisa membayangkan ketika berhadapan dengan Allah, kesaksian seperti apa yang akan kuberikan pada-Nya.

Pikiran: Untuk itu perbaikilah dirimu! Mohon ampun pada Allah. Jangan buang-buang waktu. Waktu tidak menunggumu untuk bertaubat. Dia terus berputar dan sampai pada titiknya jarum jam itu akan berhenti. Kamu pun akan mati. Kesempatan pun tidak akan kembali lagi. Ingatlah miliaran manusia yang telah tiada memohon untuk sekiranya bisa kembali ke dunia agar mereka bisa bertaubat sebab apabila nyawa telah sampai ke kerongkongan maka terputuslah semuanya. Taubat tidak lagi ada gunanya.

Aku menghela napas setelah mendengar ucapan dari pikiranku. Rasanya aku ingin menangis. Betul, memang betul. Banyak-banyak memohon ampun.

When My Mind Talk To MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang