Insiden

999 88 22
                                    

Sudah seminggu ini Langit  lebih aktif latihan Taekwondo untuk mengisi waktu luang selama liburan. Liburan keluarga yang dimintanya waktu itu belum bisa terlaksana karena ayahnya masih sibuk, tapi Langit tidak sedih karena ayahnya sudah bilang kemarin bahwa liburan yang ia inginkan akan segera terwujud dalam tiga hari kedepan.

Sementara si bungsu sibuk latihan Taekwondo makan lain lagi dengan si sulung Bintang yang menghabiskan waktu luangnya dengan berkunjung ke museum dan jalan-jalan sambil memotret apa saja yang menurutnya bagus. Selain itu di awal liburan kemarin ia dan Awan berkunjung ke beberapa universitas yang ada di Jakarta dan juga Bintang beberapa kali menemani Awan latihan dance untuk sebuah Festival yang akan di adakan besok.

Hari ini Bintang menghabiskan waktunya dengan bermain game seharian di kamar dan berencana mengunjungi Awan sore ini yang latihan final untuk festival besok. Bintang begitu fokus dengan game di komputer nya sampai tak mendengar dering telpon nya tanda adanya panggilan masuk.

Sementara itu di tempat lain seseorang yang menelpon Bintang merasa kesal karena telponnya tak diangkat. Saat ini Langit sedang merasa panik dan butuh pertolongan karena ia dan seorang anak remaja SMP yang sedang bersembunyi dari kejaran orang-orang yang tak Langit kenal.

"Haish bang please angkat telponnya. Ah sialan" Langit mendial nomor lainnya untuk dihubungi.

Terhubung tapi belum ada jawaban. Selang beberapa detik panggilannya terjawab.

"Halo, ada apa lo nelpon? Tumben"terdengar suara yang begitu familiar, suara bersahaja milik Awan.

"Bang tolongin gua please, gua tadi nolongin orang dan sekarang kita dikejar-kejar ini gua lagi sembunyi. Please tolong jemput bang, gua gak jauh dari tempat lo latihan sekarang" Langit bicara dengan cepat tapi masih bisa di mengerti oleh Awan. Sangat jelas jika Langit sedang panik.

"Ada apa sih ngit coba ngomong pelan-pelan" Dari sini Awan meminta adik sepupunya itu untuk tidak panik, karena jelas sekali bahwa Langit sedang panik sampai bicara dengan terburu-buru.

"Tolongin gua bang" Ada nada ketakutan di sana.

"Lo dimana sekarang? " Awan meminta Langit memberitahukan keberadaannya sekarang.

"Gua udah shareloc posisi gua bang ada di chat whatsapp. Cepetan ke sini bang tolong" Begitu jelas terdengar jika Langit sangat panik sekarang dan juga terdengar langkah kaki yang semakin cepat yang bisa ditebak oleh Awan jika itu langkah kaki Langit yang berlari pergi dari tempat persembunyian.

"Iya gua kesana sekarang. Jangan panik ya" Dengan tergesa-gesa Awan berlari keluar gedung.

Setelah melihat chat whatsapp dari Langit yang menunjukkan lokasinya terkini tanpa pikir panjang Awan berlari menuju lokasi tersebut. Jarak Awan dan Langit hanya beberapa ratus meter jadi sebenarnya akan mudah untuk menemukan keberadaan adik sepupunya itu. Beberapa saat berlari sambil melihat sekeliling akhirnya Awan menemukan orang-orang yang berlari ke daerah yang sepi di gedung tua yang terbengkalai. Ada siluet Langit yang berlari menarik seseorang yang entah siapa.

Orang-orang yang mengejar Langit adalah segerombolan geng entah apa yang menodong anak remaja SMP yang pulang dari rumah kawannya. Kebetulan Langit lewat dan menolong remaja itu dengan memberikan bogem mentah pada beberapa orang penodong itu dan berakhir saling pukul sampai Langit terpojok dan juga kalah jumlah sehingga memutuskan untuk lari menghindari orang-orang tersebut.

"Gimana ini bang? "

"Udah lo diem, sekarang lari aja terus"

Lari dan lari sampai keduanya bertemu jalan buntu dan mereka berbalik sudah dihadang, tak ada jalan keluar. Dengan sigap Langit menarik anak remaja yang ditolongnya itu ke belakang tubuhnya untuk bersembunyi.

Keluarga Angkasa & MentariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang