The General's Wife Part 8 : Timbal Balik

161K 8K 391
                                    

Part 1-10 Free Publish untuk umum. Part 11 ke atas Privat Publish hanya untuk follower    

***

The General's Wife Part 8 : Timbal Balik

"Kenapa kau tidak menikah, Paris?"

Pertanyaan itu langsung meluncur jatuh ketika Paris baru saja memasuki ruang kerja sang Jenderal, membuat lelaki berambut pirang itu tertegun, menatap sang Jenderal sambil mengangkat kedua alisnya,

"Maaf?"

Akira mendengus, "Kenapa kau tidak menikah Paris? Aku dengar kau lama menjalin hubungan dengan seorang perempuan."

Sebuah pertanyaan yang diajukan secara tiba-tiba dari seseorang yang sama sekali tidak disangka-sangka, membuat Paris membutuhkan waktu beberapa lama menjawabnya, bukan untuk berpikir melainkan untuk mengatasi rasa terkejutnya. Yah, sang Jenderal hampir tidak pernah menanyakan masalah pribadi kepadanya sebelumnya.

"Entahlah Jenderal, mungkin saya hanya tidak percaya bahwa ada seseorang yang diciptakan untuk saya seorang, atau mungkin saya memang belum menemukan orang yang tepat." Paris menjawab sambil mengangkat bahunya,

Akira mengangkat alisnya, "Atau mungkin kau memang tidak ingin terikat, Paris." Simpulnya tenang, kemudian ekspresi sang Jenderal berubah muram, "Setidaknya kau bebas memilih pasanganmu, bukan ditentukan oleh kelainan genetikmu."

Paris meringis, "Apakah hubungan anda dan nona Asia kembali memburuk? Dia.... dia masih belum ingat apa-apa bukan?"

"Dia masih tidak ingat apapun." Bayangan kemuraman itu menjalar dari mata Akira hingga melingkupi ekspresi wajahnya, "Dan kurasa aku gagal bersandiwara sebagai suami yang baik."

Paris membuka mulutnya hendak berbicara ketika pintu ruang kerja sang Jenderal diketuk. Sesuai protokol, Parislah yang membuka pintu. Lelaki itu berbicara sejenak di sana, dan kemudian kembali dengan ekspresi wajah pucat.

"Ada apa?" Akira menyipitkan matanya, menyadari ada sesuatu yang tidak beres.

"Nona Asia, seorang pelayan menemukannya pingsan di ruang baca. Dokter Frederick sedang menanganinya, katanya... nona Asia tidak henti-hentinya mengigaukan nama Cesar."

***

"Aku percaya bahwa kita semua ditakdirkan untuk berdamai."

Asia berguman dan tersenyum sambil membiarkan helaian angin meniup rambut panjangnya. Mereka berdua tengah duduk di bawah pohon, di hadapan mereka terhampar rerumputan hijau nan lembut diselingi bunga ilalang yang berwarna putih pucat, menciptakan suasana damai yang melingkupi hati.

Cesar, yang duduk di sebelah Asia sambil memejamkan mata dan kaki berselonjor santai, hanya mendengus untuk menunjukkan ketidak setujuannya ketika mendengarkan kata-kata perempuan di sampingnya,

"Kalau begitu kenapa bisa terjadi perang yang begitu dasyat di bumi ini? Membuat semuanya hancur dan manusia harus mengulang semua dari awal?" Gumam Cesar miris, "Tidak Asia, manusia tidak diciptakan untuk berdamai. Aku yakin secara alami manusia menginginkan perang. Terlebih ketika hak-haknya dirampas, secara alami manusia akan berperang untuk memperjuangkan hak-haknya itu."

"Tapi sekarang di After Earth dipenuhi kedamaian bukan? Dan kedamaian itu membuat kita semua baik-baik saja."

"Itu adalah kedamaian yang dipaksakan." Cesar menggeram, tampak gusar. "Sang Jenderal besar memaksa kita semua seragam karena perbedaan apapun dianggapnya bisa memicu perang. Kita diharuskan memakai pakaian yang sama, memakan makanan yang sama, mendengarkan musik yang sama, bahkan untuk mengecat rumah kita saja diharuskan seragam! Hak kita sebagai manusia yang membutuhkan ruang untuk berkreasi dan berekspresi di rampas begitu saja!"

The General's WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang