Nama : Sarah Ayu
Judul : KesalahpahamanPagi itu sangat cerah. Pancaran mentari menghangatkan pagi ikut menyertai kicauan burung yang merdu di ranting-ranting pohon yang ada di depan jendela kamarku. Aku menyambut hari yang cerah itu dengan semangat pula mulanya. Ku beranjak dari kamar yang telah ku rasa seperti dunia bagiku. Ku memandang suasana alam yang entah mengapa pada pagi itu sangat cerah, bahkan sangat berbeda dari hari-hari sebelumnya.
Aku tersandar di beranda teras rumah dengan ditemani secangkir teh yang disiapkan bibi tadi. Tanpa ku sadari seseorang menghampiri ku, seraya berkata, “Apa yang tengah kau fikirkan anakku?” akupun terbangun dari lamunan yang tak menentu itu.
“Ah tidak, Bu. Aku tidak tengah memikirkan apapun.” Untung responnya hanya tersenyum dan membelai rambutku kemudian berlalu begitu saja.
*Flashback*
Di pagi itu aku mencoba menghubungi teman dan sahabatku dengan harapan bersenda gurau dengan mereka, dengan semangat aku menulis kata demi kata untuk ku kirimkan kepada mereka, tak banyak yang membalasnya, tapi seorang teman membalas itu dengan kata yang tidak menyenangkan bagiku “Jangan menghubungi aku lagi. Aku gak butuh kamu menjadi teman aku lagi, memangnya kamu gak ada kerjaan lain apa?”
*Flashback off*
Aku terdiam memikirkan itu. Apa salahku padanya sehingga ia tak mau berteman dengan ku lagi, perlahan air mataku mengalir dan menetes sedikit demi sedikit.
Hari yang tadinya sangat cerah dan suasana hatiku yang tadinya gembira sekejap berubah menjadi kelam dan pilu “Mengapa ini terjadi? Apa yang menyebabkan semua ini?” Pertanyaanku yang tiada jawaban.
Hari itu ku lalui dengan kesedihan karna teman-teman ku marah tanpa alasan padaku. Kacaunya pikiranku saat itu membuat hari juga menjadi kacau, keadaan rumah yang tak karuan menghantarkan ibu untuk berkata, “Apa yang tengah kau alami, sehingga kau tak melaksanakan tugasmu sebagai seorang anak, ceritakan pada ibu.”
Aku terdiam, ibu kembali berkata, “ Apakah kau diputuskan oleh pacarmu?”
“Tidak, Bu. Aku tak punya masalah dengan pacarku, tapi aku sedang sedih,” ucap secara perlahan.
“Apa yang membuatmu sedih?” tanya ibu kembali.
“Aku tak tau mengapa teman-teman ku marah padaku, mereka marah tanpa alasan padaku," aku menceritakan kepada ibu. Ibu terdiam sejenak, lalu berkata lagi.
“Mungkin mereka sedang ada masalah, sehingga mereka tak sadar telah menyakiti hatimu," kata ibu menenangkan diriku.
Di dalam gelapnya malam aku masih merenungi semua itu “Apa yang harus ku lakukan ?” aku bertanya entah kepada siapa. Setelah beberapa lama aku merenungi itu semua, aku terlelap dalam tidurku.
Pagi pun menjelma, aku yang tak biasanya dibangunkan oleh ibu untuk ke sekolah, pagi itu aku dibangunkan olehnya. Secepatnya aku bersiap untuk menuju sekolah, dengan harapan teman-teman tak seperti hari yang kemarin lagi. Ku tatap sudut-sudut sekolah dengan senyuman lalu masuk ke kelas.
Hari itu tak seperti yang ku harapkan. Aku hanya bisa terdiam dan menjalani apa yang ada disekitarku saja. Saat itu aku tak tau apa yang harus ku lakukan. Terasa aneh, aku bagaikan anak ayam yang kehilangan induknya, dan tak tau harus mencari kemana.
Hari demi hari ku lalui seperti itu. Aku tak tau kapan akan berakhir. Namun, aku akan berusaha untuk tegar menghadapi itu, dengan tujuan maju di masa depan. Aku juga menaruh harapan dilubuk hatiku yang dalam semoga keadaan ini tak terulang lagi di masa yang akan datang dan semoga keadaan ini dapat kembali seperti semula.