1

26 9 0
                                    

Judul: Guru Cinta yang Mahal.
Penulis:Tias Fajar Riantin
Akun ig: riantinsta_09

     Hai, perkenalkan Namaku Gadis Almetta. Hampir semua orang memanggilku dengan nama yang sama, yaitu Gadis.
     Jika kalian ingin tahu, rumah kami itu bagai kebun bunga melati dan mawar. Taman depan rumah kami dipenuh dengan bunga melati yang indah, dan baunya yang wangi semerbak termasuk wangi favorite ku!.
     Sedangkan di kebun belakang rumah kami, terdapat bunga mawar yang lumayan banyak. For you information, bunga mawar juga termasuk bunga favorite Ibuku dan juga Nenek.
     Sejak dulu, pohon mawar dan melati itu selalu berbunga. Padahal, Nenek dan Ibu selalu saja memetiknya untuk dijadikan pewangi alami yang ditaruh dilemari atau diranjang tempat tidur. Ada saja, kuncup yang tumbuh disetiap harinya. Tak jarang pula, para tetangga dan anak-anak kecil memetik bunga melati milik keluarga kami.
     Nenek dan Kakek adalah pasangan yang romantis. Meskipun mereka sudah lanjut usia, ada saja sikap dari kakek atau nenek yang romantis dan membuat kami yang berada dirumah iri dengan keromantisan mereka berdua.
     Semisal saat tanggal muda, Kakek mengambil uang pensiun di kantor pos dengan selalu mengajak Nenek. Mereka lebih memilih naik becak dari pada diantar oleh Ayah atau Ibuku menggunakan mobil.
     Saat ditanya kenapa Kakek lebih memilih naik becak dari pada naik mobil, Kakek hanya terkekeh kecil.
     "Lebih enak naik becak, duduk-nya berdua sambil pegangan tangan. Sekalian jalan-jalan liat pemandangan kota, makan bubur ayam disamping kantor pos, terus minum es cendol hehehe" Jawab Kakek sambil terkekeh kecil dan menggandeng tangan Nenek menaiki becak pagi itu.
     Aku dan ibuku yang melihat hanya bisa menggelengkan kepala, tak ayal kami merasa bahagia melihat dua insan yang sudah lanjut usia itu selalu rukun dan semakin terlihat mesra.
     "Mereka hebat ya Bu." kataku.
    "Ya. Cinta mereka tumbuh setiap detik terus tumbuh." terdengar helaan nafas halus keluar dari mulut Ibuku.
     "Keren Bu!" ucap ku sambil mengacungkan kedua jempol pada Ibuku.

     "Contohlah."kata Ibuku _ambigu_
     "Hah? Contoh?" mulut-ku membeo.
Kulihat Ibu tersenyum hangat, lalu mengusap pucuk kepalaku.
     "Nanti malam, bersiaplah dengan rapi"
     "Kenapa Bu?" tanyaku
     "Karna kau akan dilamar" setelah mengatakan itu Ibu masuk rumah meninggalkan diriku yang membeku mendengar perkataan ibu.
    
     Malam pun tiba. Dikamar aku sedang duduk berdua dengan Nenek. Aku keluarkan semua ketidak sukaan ku saat akan dijodohkan oleh Orang tua-ku. Nenek yang mendengar keluh kesah ku hanya tersenyum sambil mengelus punggungku guna menenangkanku. Setelah hening cukup lama Nenek pun membuka suaranya.
     "Terimalah dengan ikhlas, dan kau akan mendapatkan cinta yang sebenarnya _nduk_"
     "Apa itu sulit, Nek?" Tanyaku
     "Nggak juga"
     "Lalu? "
     "Menemukan cinta itu mudah. Merawat dan memupuknya yang susah." Nenek memberikan jeda sebentar. 
     "Dulu, Nenek dan Kakek juga dijodohkan. Sama sepertimu, Nenek juga awalnya menolak keras peejodohan itu. Namun akhirnya, Nenek lebih baik mengalah dari pada bertengkat dengan orang tua Nenek dulu."lanjut Nenek sambil matanya menerawang dinding kamar ku.
    
     Nenek memukul pelan pundak-ku membuat lamunan ku buyar. Aku memandang wajah Nenek dengan bingung.
     "Dengarkan Nenek Gadis. Cinta itu mengerti, memahami, setia, dan percaya." jelas Beliau.
     "Gitu ya Nek." Balasku dengan menundukan kepala.
     "Sudah _nduk_ mending kamu turun. Karena sebentar lagi keluarga pria akan datang"

     Cukup lama mengatup bibir, aku pun mengangguk kaku dan menerima ajakan Nenek.
Acara malam ini cukup lancar. Aku sempat terkejut ketika Ayah ku bilang pernikahan ku akan diadakan dalam seminggu kedepan. Saat itu aku spontan melihat Nenek dan pandangan kami bertemu. Nenek yang sudah tau arti pandanganku pun hanya tersenyum lalu mengangguk. Lagi dan lagi, pertahananku runtuh akibat melihat tatapan teduh dari mata Nenek.
     Dua bulan berlalu. Pernikahan-ku dengan suami ku kini mulai menghangat. Bahkan, sebelum tidur terkadang kami saling mengejek dan melempar bantal. Keluargaku yang terkadang melihat interaksi aku dengan suamiku pun bahagia. Namun, bahagia itu tak berlangsung lama. Karena tepat umur pernikahanku menginjak 2 bulan, kediaman keluarga kami berkabung. Nenek telah berpulang. Semua histeris, tak kecuali dengan diriku yang selalu ditenangkan oleh sang suami. Sekarang Nenek sudah tiada, guru cinta ku sudah berpulang. Tak ada kagi yang menasehatiku tentang cinta. Tak ada lagi yang mengajarkan ku tentang cinta. Nenek, bagiku adalah guru cinta yang sangat mahal. Terimakasih Nek, Gadis sayang Nenek.

Cerpen Karya Member TSWTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang