Selai kacang

15 2 9
                                    

Aku duduk di tepi lapangan sambil meminum susu kotak rasa pisang. Aku mengamati Benoit yang menyiapkan peralatan olahraga, ia tampak kualahan dan tidak ada yang membantunya. Aku letakkan susu kotakku dan berjalan mendekatinya.

Ia sedang memungut bola kasti, namun ia berhenti memungut karena melihat bayanganku dibelakangnya. Laki-laki itu mengembalikan badan, ia menatapku.

Aku tersenyum dan mencoba memungut bola kasti yang masih bertebaran. Ia juga kembali mengambili bola itu.

Namun ia masih memperhatikanku, dengan tatapan dinginnya. Jujur saja aku takut dengannya, aku tidak berani membuka suara, dan aku yakin dia akan mengusirku, huft padahal niatku sangat baik bukan? berteman dengannya

"Atas dasar apa anda membantu saya?"

Aku terkejut, bahasanya?

"Eumm tidak apa, hanya ingin. Boleh aku menjadi temanmu? Benoit" ia melihat kearahku dengan tatapan bingung.

"Ophelia sebaiknya anda menghindari saya" ia membuang muka dan kembali memunguti bola kasti.

Apa-apaan ini? Ia sangat formal dan juga disaat semua memanggilku dengan Nana dia satu satunya yang memanggilku dengan nama itu.

"Kenapa?"

"Anda tidak baik-baik saja"

"Tidak papa jika aku tidak baik baik saja, asalkan aku menjadi temanmu bolehkah?" aku tersenyum lebar dan saat ini aku sangat tulus.

"Tidak" ia membuatku membuang senyum jauh jauh.

Wajahnya tidak asing saat kutatap lebih dekat. Ia meletakkan kotak bola kasti dan meninggalkanku sendiri ditengah lapangan.

Ia menjatuhkan sesuatu. Sebuah kalung dengan desain unik yang tidak pernah aku jumpai dimanapun.

"Ben tunggu!!"

"Benoit!!"

Ah kemana ia pergi, aku tidak melihatnya lagi. Cepat sekali ia menghilang.

Aku berlari mencarinya

dan tidak bisa kupercaya ia sedang duduk ditaman sambil memakan bekalnya. Aku bernapas lega, tapi ada apa dengan kotak bekal yang berbentuk beruang berwarna pink? Hahah dia lucu sekali.

Aku menghampirinya dengan nafas yang tersegal segal.

"Ben" kulihat ia segera menyembunyikan kotak bekalnya. Aku tersenyum tipis.

"Aku tidak akan menertawakan kotak bekalmu" aku duduk disampingnya.

Aku menggantungkan kalung itu didepannya, ia tampak terkejut dan hendak meraihnya. Namun kutarik kembali kalung itu kegenggamanku

"Jadilah temanku, dan akan aku kembalikan padamu"

Ia memiringkan kepalanya dan wajahnya sangat lucu.

"Apa anda tidak mendengarkan saya tadi? Sekarang tolong pergi dan kembalikan kalung itu" dan terjadi lagi—Tatapan dingin itu, sangat menusukku.

"Apakah kata-katamu tidak terlalu kasar ben?"

Aku sangat cengeng, begini saja sudah membuat mataku berkaca kaca. Aku sangat benci diriku yang seperti ini.

"Aku hanya ingin kau menjadi temanku, tidak lebih. Kenapa kata kasarmu sembunyi dibalik wajah polosmu?"

Aku meletakkan kalung itu disampingnya. Segera kuhapus airmataku yang hampir saja jatuh, aku pergi dari tempat duduk itu.

Aku tidak tau apa yang membuatku ingin dekat dengan Benoit.

"Ophelia"

Ia memanggilku dengan nada yang sangat rendah, aku menghentikan langkah kakiku.

Tuhan setidaknya dia menolongku

"Apakah anda suka roti selai kacang?"

Aku tidak suka.

Kukembalikan badanku menghadapinya

"Aku sangat suka" bohongku. Ia menunjukan kotak bekalnya tanpa menatapku. Aku tersenyum, Benoit orang yang baik, ini adalah kesimpulanku.

Aku menghampirinya, ia memberikanku sepotong roti. Aku mengambil potongan roti itu dan memakannya. Kupikir rasanya tidak separah itu, atau karena aku memakannya bersama Benoit?

Ia fokus makan. setelah memakan roti itu, ia menatapku.

"Kenapa anda keras kepala?" ucapnya yang membuatku menghentikan aktifitas makanku.

Aku hanya tersenyum, dan kulihat kalung itu masih ada disampingnya. Aku mengambil kalung itu lalu memakainya. Kalung ini sangat cantik.

"Bukankah cocok untukku?" tanyaku sambil menunjukan kalungnya yang sedang aku kenakan. Dia menatapku dengan tatapan kosong.

"Aku hanya bercanda Ben, jangan menatapku seperti itu" aku ingin melepas kalungnya namun ia menghentikan tanganku.

"Cocok" katanya dengan tatapan dingin itu.

"Tetap saja ini milikmu, aku tidak akan bisa memilikinya" Ia menerima kalung itu.

"Terimakasih atas rotinya, nampaknya aku menambah list rasa favoritku"  aku beranjak dari kursi taman.

"Anda meninggalkan sesuatu"

Aku melihatnya dengan tatapan bertanya.

"Kalung ini" ucapnya lagi

Apa maksudnya?

"Tapi itu bukan milikku"

"karena saya berubah pikiran, saya juga ingin berteman dengan anda"

Aku tersenyum, cepat sekali kami dekat begitu saja. Dan ia menghampiriku untuk memakaikan kalung itu. Kami menghambiskan waktu bersama tidak hanya berhenti sampai situ. Banyak sekali cerita yang ingin saya ceritakan namun saya terlalu capek untuk menceritakannya
.




.
Setelah pulang kerumah, aku melukis Ben. karena dia muncul dimimpiku.

Snow(man)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang