'Hsst! Hey! F4 datang!!! Ahhhh... Mereka tampan sekali!!!'
'Huaaa... Ganteng banget!!!'
'Thyme, saranghae!'
'Aw, gila! Kavin cakep banget kalau lepas kacamata! Lihat deh!'
'Ren!!!!'
'MJ, jangan senyum please. Aku lemah.'
Ya, begitulah kira-kira suasana di Grammy academy, kampus Internasional di Thailand yang terkenal dengan lulusan terbaiknya. Reputasi kampus ini tak hanya diakui di negaranya, diketahui kampus tersebut juga telah berhasil mencetak mahasiswanya untuk melanjutkan pendidikan baik S2 maupun S3 di kampus-kampus terkenal seperti Oxford, Standord, dan Havard university.
Tak jarang juga beberapa dari mereka diterima bekerja diperusahaan besar kelas dunia, atau menjadi pejabat.
Sudah bisa kalian bayangkan bukan betapa elitenya kampus swasta tersebut.
Apa?
Kalian mendengar kata F4?
Siapa atau apa itu F4?
Baiklah, mari kita bahas.
.
Diantara banyaknya mahasiswa disana, ada empat orang pemuda yang saat ini tengah digandrungi baik oleh pria maupun wanita dikampus itu. Mereka itu bak anak kembar siam empat bersaudara yang tak dapat dipisahkan, dan mereka menamakan diri mereka sebagai F4. Yang berarti Flowers 4.
Mengapa demikian?
Yah, tentu saja itu karena mereka digambarkan sebagai bunga yang paling mekar diantara bunga-bunga yang lain.
Popularitas mereka sungguh tidak main-main, tak hanya dikalangan kampus, namun hampir seluruh warga Thailand mengenali mereka.
Bagaimana tidak. Diantara jajaran para anak konglomerat yang kini tengah menimba ilmu dikampus itu, mereka adalah yang paling kaya diantara yang lainnya. Perusahaan milik keluarga mereka yang hampir tersebar di seantero negri ini membuat wajah mereka wara wiri disaluran televisi Nasional, atau bahkan luar negri. Dan tentunya dimedia sosial lainnya.
Jika kalian penasaran tentang anggota F4 ini, baiklah.
Mari kita ulas satu persatu mengenai mereka.Thyme.
Sang ketua.
Sangat keras kepala, suka bertindak sesukanya, egois, paling suka menindas yang lemah.
Merupakan cucu dari pemilik kampus.Ren.
Kalem, baik, pendiam dan tertutup. Memiliki pribadi yang hangat dan dapat diandalkan.Kavin.
Ramah, kelewat ramah atau bisa disebut suka tebar pesona. Hidupnya hanya berputar pada wanita. Playboy akut. Menurutnya, tidak ada wanita yang tidak bisa ia takhlukan. Well, lets see.MJ.
Paling netral diantara ketiga temannya. Cuek. Tidak banyak ambil pusing. Prinsipnya adalah jalani kehidupan dengan bersenang-senang. Playboy, namun tidak separah Kavin.Kira-kira bagaimana rasanya hidup sebagai anak konglomerat? Atau yah, bisa kita sebut juga anak sultan. Mungkin kisah ini dapat memberikan jawabannya.
.
Sebuah mobil mewah bermerk Porsche Macan terparkir dengan angkuh tepat didepan gedung fakultas ekonomi bisnis dikampus swasta dengan nuansa mewah itu.
Tampak keempat pemuda tampan mulai menuruni mobil tersebut satu persatu.
"Aaaaaa!!! Thyme, Thyme! Aku mencintaimu!"
Teriak salah seorang gadis yang sudah dapat dipastikan merupakan penggemar dari sang ketua gang.
Thyme menolehkan wajahnya kepada si empunya suara.
Pandangan mereka bertemu dan Thyme pun mulai melangkahkan kakinya menuju ke arah wanita yang tak ia ketahui identitasnya itu.
Melihat hal tersebut, ketiga temannya hanya menatap satu sama lain dan menghela nafas secara bersamaan. Sudah hafal atas apa yang akan diperbuat oleh sang ketua.
Ia berdiri tepat didepan gadis tersebut, membuat sang gadis membelalakkan bola matanya tak percaya.
Nafas si gadis tiba-tiba tercekat.
Thyme sungguh tampan jika dilihat dari dekat.
"Siapa namamu?" Tanya Thyme.
"A, aku?" Tanya gadis itu.
"Apa kau pikir aku berbicara dengan kadal disana?" Ujarnya sambil menunjuk seekor kadal diantara rerumputan dihalaman kampus tersebut dengan kepalanya.
Sarkas.
"Ah, Ma..maaf. Astaga Thyme. Aku gugup. Aku tak percaya ini. Kau mengajakku berkenalan? Namaku Jane. Aku kakak tingkatmu. Satu tingkat diatasmu."
Thyme tersenyum miring mendengar ocehan wanita itu.
Byuuuurrrrr...
"Aaaaahhhh!!!" Teriak Jane.
Ia terkejut. Bagaimana tidak? Sebotol jus jeruk yang dipegang oleh Thyme mendadak mendarat dikepalanya. Membasahi rambut dan juga seragamnya.
"Menjijikkan. Seperti jalang. Apa kau tidak diajari bagaimana cara bersikap layaknya wanita? Ck! Tidak anggun sama sekali! Jangan pernah sebut namaku seperti tadi. Atau kau akan mendapatkan hal yang lebih buruk lagi! Mengerti!"
Kavin yang melihatnya hanya mampu menggeleng-gelengkan kepalanya.
'Thyme bodoh!' Pikirnya.
Ya, tentu saja Thyme bodoh.
Pria mana yang akan menolak wanita cantik seperti Jane jika bukan sahabat popoknya satu itu?
Ren dan MJ?
Well, mereka tidak terlalu peduli. Hanya saling menatap, mengedikkan bahu sambil tersenyum miring.
Setelah menyelesaikan misinya, Thyme segera melenggang dari koridor yang sudah ramai penonton itu. Ya, menonton drama antara Thyme dan wanita cantik bernama Jane tadi tentunya. Dan segera disusul oleh ketiga sahabatnya.
.
Suara derit pintu terbuka memenuhi ruangan itu. Ruangan bertuliskan 'F4' yang merupakan markas bagi keempat anggota Flower 4 ini.
"Thyme!" Ujar Kavin sambil merangkul bahu sahabatnya itu.
"Kau yakin tidak mau memikirkan lagi soal Jane?"
Thyme memutar bola matanya malas. Tahu benar kemana arah pembicaraan Kavin sang playboy itu.
"Hmm..."
Hanya jawaban singkat yang diberikan olehnya. Terlalu malas menanggapi ocehan Kavin soal wanita.
"Ayolah! Dia cantik, sexy. Kurang apalagi? Banyak yang mengincarnya dikampus ini dan kau cukup beruntung mendapatkannya. Mau kau sia-siakan?"
"Ck! Dan kau pikir aku peduli? Ambil saja jika kau mau! Dan lebih baik kau hentikan ocehanmu soal wanita-wanita itu atau ku jahit mulutmu!"
Kavin memutar bola matanya malas. Inilah Thyme dengan segala keangkuhannya. Ia pun memilih melepaskan rangkulannya dari sang sahabat dan berjalan menjauh dari pria berambut aneh itu. Ketika netranya bertemu dengan milik kedua sohibnya yang lain, ia menemukan mimik tawa yang seolah mengejek dirinya. Membuat dirinya semakin kesal. Namun ditengah rasa kesalnya itu, ia dapat melihat MJ yang kini tengah melebarkan kedua lengannya dan menatap kearahnya. Kavin pun mendekati pria dengan rambut terikat itu, meminta sebuah pelukan hangat dari sang sahabat. Dan akhirnya merekapun berpelukan layaknya di film teletubbies. Ah, MJ memang selalu bisa menenangkannya.
Tok tok tok!
"Kavin!"
Mendengar suara pintu yang diketuk dan suara seorang wanita yang memanggil nama Kavin, sahabatnya tentu tahu betul siapa pelakunya.
"Mangsa yang keberapa lagi?" Ujar Ren mengiterupsi kedua sahabat yang kini posisi tubuhnya masih saling menempel itu.
"Hmm..." Kavin melepaskan pelukannya. Kemudian mengetuk-ngetukkan jari telunjuk ke belahan dagunya seolah sedang memasang pose berpikir.
"Entahlah, aku sudah kehilangan hitungan ku sejak angka ke 27."
Mendengar ucapan polos Kavin, MJ dan Ren tertawa terbahak-bahak. Jadi sudah berapa banyak wanita yang dikencani sahabatnya itu? Kavin bahkan tak pernah hafal nama dari mantan-mantannya terdahulu. Ya, tentu saja karena saking banyaknya wanita yang ia kencani.
Sungguh keterlaluan.
"Hssst! Jangan berisik!" Ucap Kavin sambil meletakkan jari telunjuk didepan bibirnya.
Ia pun bergegas berjalan menuju pintu dan membuka pintu tersebut.
"Oh, hai Namtan."
"Hai, Vin. Ini. Sesuai janji kemarin, aku bawakan bekal untukmu. Aku masak sendiri lho. Mau makan bersama?"
"Wah, kelihatannya enak. Selain cantik , kamu ini pandai memasak juga rupanya." Kavin membelai surai halus wanita dihadapannya dan mendapat ekspresi seperti mau muntah dari Ren dan MJ yang kini tengah memperhatikan kelakuannya diujung sana. Sementara wanita yang disebut Namtan tadi, pipinya sudah merona merah menahan malu.
"Ayo, kita sarapan bareng. Jangan sampai telat sarapan. Aku nggak mau kalau nanti kamu jatuh sakit."- Kavin
"Guys, pergi dulu ya. Panggil aku jika profesor sudah masuk kelas."- ujar Kavin sambil merangkul bahu Namtan untuk ia bawa pergi dari sana, entah kemana.
Mendengar itu, Ren mengacungkan jari tengahnya walau posenya tetap terlihat cool, dan dibalas jari tengah pula oleh Kavin. Sementara MJ menggelengkan-gelengkan kepala melihat tingkah sahabatnya itu. Thyme? Entahlah. Ia hanya diam memaku tanpa menunjukkan ekspresi apapun. Dan mulutnya pun terkunci rapat.
.
"Baiklah. Kita akhiri kelas hari ini. Sampai jumpa minggu depan dan jangan lupakan tugas kalian."
"Baik, prof."
Semua mahasiswa mulai merapikan meja mereka, bergegas untuk pulang. Bisik-bisik mulai terdengar diantara para mahasiswa itu seperginya profesor dari ruang kelas yang mereka tempati.
"Thyme galak banget tadi, jadi takut."
"Jangan cari masalah sama dia deh."
Walau mereka mengatakannya dengan pelan, namun masih dapat didengar oleh keempat anggota F4 itu.
Thyme hanya diam, berbeda dengan ketiga sahabatnya yang menolehkan kepala kearahnya.
Ren menepuk bahu Thyme dan Thyme hanya menganggukkan kepalanya pertanda ia tak masalah dengan apa yang dikatakan oleh teman-teman seangkatannya itu.
"Thyme!" Sebuah suara memanggilnya. Wanita itu lagi.
Jane menghampiri Thyme dengan lelehan bekas air mata dipipinya.
"A..aku minta maaf atas apa yang terjadi tadi pagi. Maafkan aku. I..ini aku bawakan makanan untukmu sebagai permintaan maaf."
Ujar Jane gugup.
Prang!
Thyme melempar dengan kasar kotak makanan itu kelantai.
"Jika kau ingin aku maafkan, maka jangan pernah muncul dihadapanku lagi! Mengerti?"
Thyme mengambil tasnya, berniat untuk lekas pergi dari sana. Namun sebuah suara menghentikan pergerakan ditubuhnya.
"Hei, tuan muda angkuh!"
Mendengar suara itu, atensi seluruh anggota F4 teralih pada seseorang yang mengeluarkan kalimat lancang barusan.
"Aku tidak tahu seberapa kayanya dirimu, atau seberapa tinggi jabatan orang tuamu. Tapi tidakkah kau pikir ini sudah berlebihan? Kau menyiramnya dengan jus jeruk tadi pagi hingga ia harus memakai pakaian kotor seperti sekarang. Dan dia! Karena rasa takut yang ia rasakan, dia meminta maaf padamu, dan kau malah melempar makanannya ke lantai? Kau itu tidak ada otak apa ya?"
"Apa kau bilang?"
"Aw, benar kan? Jika kau punya otak, kau akan paham bagaimana cara memperlakukan wanita! Lagipula dia hanya mengagumimu, kenapa kau semarah itu?"
Thyme berjalan menghampiri wanita itu dan berhenti tepat dihadapan gadis pemberani yang barusan menantangnya.
"Gorya." Celetuknya sambil membaca tulisan yang tertera pada name tag yang terpasang didada wanita itu.
"Siap menggali kuburanmu sendiri?" Tambahnya.
Gadis itu tak menjawab, hanya tersenyum miring sambil menatap Thyme.
Berani sekali gadis ini. Pikir seluruh mahasiswa disana.
Byur!!!
Sebotol jus jeruk membasahi tubuh Thyme. Bola mata Thyme melebar karena terkejut. Begitu pula dengan beberapa pasang mata yang baru saja melihat adegan tersebut. Tak terkecuali anggota F4 lainnya yang kini menatap gadis tersebut dengan mulut menganga tak percaya.
Senyum miring terpasang diwajah Gorya.
"Kalian semua hanya seonggok sampah yang di anugrahi uang yang banyak. Dasar anak manja! Tahu apa kalian tentang hidup!"
Seluruh siswa yang melihat kejadian tadi sontak melebarkan pupil matanya. Gadis ini sungguh nekat, batin mereka. Ya, selama ini belum pernah mereka lihat ada seorang pun yang berani melawan F4. Terutama Thyme. Namun gadis satu ini entah mendapat keberanian dari mana hingga ia bertingkah bak pahlawan kesiangan.
Wajah Thyme memerah. Ia benar-benar marah kali ini.
Gawat!
Pikir anggota F4 yang lain.
Gadis itu baru saja membalik posisi tubuhnya membelakangi Thyme, berniat untuk meninggalkan Thyme beserta seluruh keterkejutannya, sebelum seluruh siswa bergumam, sedikit menjerit, sambil menatap kearahnya dan Thyme.
"Hah!!! OMG!!!"
Ucap para siswa itu.
Gorya yang melihat reaksi penonton seperti itu menjadi penasaran dan memutuskan untuk kembali memutar badannya, menatap ke arah Thyme yang kini tengah menggenggam red card ditangannya."YOU'RE DEAD!"
Ucap Thyme final disertai smirk andalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Confused
FanfictionHanya kisah tentang peliknya kehidupan anak-anak dari keluarga ningrat beserta kenakalan mereka.