2

202 36 4
                                    

CHAPTER 2

Laki-laki berparas tampan, tinggi dan berwajah dingin tengah sarapan bersama kakaknya. Akan tetapi, jangan kira kalau dia mempunyai sifat dingin kepada semua orang. Dia hanya dingin kepada orang yang belum akrab kepadanya. Ia tak mau tahu tentang apa yang tidak mengganggunya. Han Sehun. Panggil saja Sehun.

Seorang laki -laki berumur delapan belas tahun yang merupakan anak bungsu dari Han Yunho yang merupakan CEO Agensi ternama di Seoul. Han Yunho atau ayah Sehun adalah orang penting di kota ini bahkan negara ini. Kakaknya, Han Chanyeol yang kini tengah menggantikan kedudukannya.

Hari ini adalah hari pertama Sehun sekolah di Seoul setelah kepulangannya dari Jepang minggu lalu. Chanyeol sudah memilihkan sekolah terbaik di Seoul untuk adik semata wayangnya itu. Chanyeol adalah kakak yang sangat sayang pada adiknya. Laki-laki yang terpaut sedikit jauh dengan tingginya Sehun itu adalah pewaris Hans Entertaiment untuk saat ini.

Sebenarnya Sehun sungguh malas harus berangkat ke sekolah hari ini. Kenapa tidak minggu depan saja? Namun, bukan Sehun namanya kalau mengulur ulur waktu. Menurut Sehun, waktu adalah segalanya. Tak ada yang bisa mengalahkan waktu. Maka dari itu Sehun selalu berusaha menghormati waktu.

Sehun pun beranjak dari tempat tidurnya lalu pergi mandi. Setelah selesai, ia turun ke bawah untuk sarapan bersama kakaknya.

"Pagi, Hyung," sapa Sehun mengambil roti dan mengolesinya dengan mentega.

Chanyeol tersenyum lalu mengangguk. "Pagi juga, adik kecil," godanya.

Sehun mendelik kesal karena ucapan Chanyeol yang mengejek dirinya.

"Hyung, aku sudah besar!" kata Sehun memperingatkan dengan volume lumayan keras. Chanyeol tertawa akibat sifat Sehun yang hanya diketahui oleh orang orang tertentu. Ya, sifat itu adalah sifat manja, merengek, memohon, dan mudah menangis.

"Baiklah. Kau sudah besar," kata Chanyeol masih sedikit menahan tawanya. Adiknya ini galak sekali.

"Hyung, apa kau sudah urus apartemenku?" tanya Sehun sambil melanjutkan aktivitas sarapannya.

"Sudah. Ini kuncinya," kata Chanyeol melemparkan sebuah kunci pada Sehun.

"Hyung, kau memesankan apartemen elite kan?" tanya Sehun hati-hati. Ia tak bisa hidup di ruang sempit maka dari itu ia selalu mengingatkan Chanyeol untuk memilih bangunan elite untuk apartemennya.

"Ne. Dasar cerewet!" dengus Chanyeol. Sehun tertawa dengan roti yang masih ada di mulutnya.

Chanyeol yang melihat itu berniat menghapus noda pada mulut Sehun. Akan tetapi, tangannya ditahan oleh tangan milik adiknya.

"Hyung, aku sudah besar. Ingat?" Sehun memperingatkan lembut dengan mengangkat kepalan tangan kirinya.

Chanyeol hanya bisa menghembuskan nafas kasar lalu menjawab, "Terserah padamu, adikku yang sudah besar," kata Chanyeol pelan, tapi Sehun masih bisa mendengarnya.

"Hyung!" rengek Sehun dengan volume yang keras sehingga Chanyeol kembali menghela nafas kasar. Kadang, Chanyeol ingin Sehun memiliki sifat dingin kedirinya. Lihatlah bayi besar ini, di luar saja tampangnya dingin. Namun, aslinya sangat manja.

"Sudah sana pergi! Kau bisa menghancurkan gendang telingaku kalau begini terus," kata Chanyeol masih menutup telinganya. Sehun berniat akan menggoda Chanyeol sebelum berangkat ke sekolahnya.

"Ahh. Begitukah sikapmu pada adikmu yang jauh lebih tampan ini?" tanya Sehun dengan tatapan menggoda bercampur dengan tatapan melas.

Chanyeol membelalak tak percaya apa yang dikatakan adiknya itu.

FOR YOUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang