Kebersamaan

334 31 0
                                    

Suasana kamar itu gelap tak seperti biasanya. Hanya ada sinar matahari yang memaksa masuk melalui jendela yang tertutup tirai tipis. Hari masih pagi, udara masih sangat dingin. Namun seorang pemuda berumur 20 tahun itu sudah terjaga. Tidak, sesungguhnya ia bahkan belum sempat tidur sejak semalam.

Di tangannya, ada sebuah buku harian yang sudah ia baca semalaman. Sebuah buku bersampul hitam dengan beberapa aksen jahitan di sisi-sisinya. Buku yang menceritakan setiap sudut indah dan sudut gelap kehidupan seseorang yang sangat ia sayangi.

Sebuah radio tape usang kini sedang memutar sebuah lagu yang menjadi lagu favoritnya sejak lama.
Dust in The Wind, lagu keluaran tahun 1978 dari sebuah band legendaris yang populer di tahun 70-an bernama Kansas.
Lagu yang membawa suasana tenang sekaligus suram yang entah mengapa sangat ia sukai.

Ia kini hanya duduk bersandar pada tembok dan menatap kosong ke arah meja belajarnya yang bisa dibilang cukup rapih. Pikirannya melayang entah kemana. Kenangan-kenangan tentangnya dan tentang seseorang yang sangat ia kenal berputar-putar di kepalanya.

"Off!" Dalam lamunannya, ia seolah mendengar suara kecil itu kembali memanggilnya setelah sekian lama.

"Off, ayo bangun! Bukankah kau ada kelas setelah ini?" Suara itu terdengar lagi. Suara yang dulu membangunkannya hampir setiap hari. Kenangan itu kembali. Saat seorang Gun Atthaphan, pria mungil yang selalu menemaninya, menganganggu paginya yang tenang setiap hari.

Beberapa bulan sebelumnya...

"Off, ayo bangun! Bukankah kau ada kelas setelah ini?" Ucap seorang Gun yang saat ini sedang menarik paksa selimut Off.

"Astaga Gun! Bagaimana kau bisa masuk ke kamarku?"

"Tentu saja lewat jendela, kau lupa kalau aku setengah ninja? Lagipula aku sudah menelponmu sejak tadi tapi sepertinya handphonemu kau senyapkan. Kau tidak mengangkatnya sama sekali."

"Jam berapa ini?" Tanya Off dengan suara seraknya khas orang bangun tidur.

Gun melirik jam di tangannya sejenak, kemudian menghela nafas panjang. Ia membuka tirai jendela kamar Off lebar-lebar membiarkan sinar matahari yang cukup menyilaukan mata masuk begitu saja.

"Jam 9, Off. Celaka, kau akan telat masuk kelas."

"JAM 9? ASTAGA!" Off segera melempar selimutnya lalu bangun dari tempat tidurnya. Ia pergi ke kamar mandi untuk mencuci muka dan menggosok giginya dengan terburu-buru. Persetan kalau dia tidak mandi, toh dia tetap tampan seperti biasanya.

Off adalah seorang mahasiswa jurusan seni rupa yang sudah memasuki semester ke enamnya. Ia tinggal sendirian, di sebuah kompleks perumahan. Orang tuanya sudah lama meninggal. Anggota keluarganya yang tersisa hanyalah kakak perempuannya yang kini tinggal di luar kota dengan keluarga kecilnya. Sejak orang tuanya meninggal, semua kebutuhan Off ditanggung oleh kakak perempuannya itu.

Sedangkan Gun, Gun hanya sahabat kecil Off yang tinggal tak jauh dari rumah Off. Ia bekerja sebagai seorang pelayan di sebuah kafe kecil tak jauh dari lingkungan rumah mereka. Ia hanya tinggal berdua dengan ibunya, karena ayahnya sudah lama pergi meninggalkan mereka. Sedangkan adik perempuan Gun yang umurnya terpaut 2 tahun saja dengannya, ikut dengan ayahnya.

Off tahu pasti bagaimana kehidupan Gun bersama keluarganya. Sejak kepergian ayah dan adiknya, Gun harus menjadi tulang punggung bagi ibunya. Ia harus menjadi orang yang kuat untuk membuat ibunya merasa lebih baik dalam keadaan yang tidak baik itu.

Off sangat menyayangi Gun, begitu juga sebaliknya. Sejak mereka kecil, mereka selalu menjaga satu sama lain. Bahkan terkadang mereka seolah memiliki dunia mereka sendiri yang tidak diketahui orang lain. Bagi Gun, Off seperti cahaya lilin yang mampu menerangi malamnya yang gelap. Begitu juga Off, dalam kesendiriannya tanpa satu pun keluarga di sekitarnya, Gun menjadi sebuah harta yang paling berharga baginya.

Timeless [OFFGUN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang