"GUN!!!" Off berteriak karena panik. Ia segera menghampiri Gun yang tergeletak lemah di depan pintu rumahnya sendiri.
Off memeluk tubuh mungil itu lalu mencoba mengecek nafas di hidung Gun. Ia merasa lega karena setidaknya sahabatnya itu masih bernafas.
"Gun, astaga kau kenapa?" Ucap Off sambil berusaha membangunkan Gun yang masih belum sadarkan diri.
Melihat keadaan Gun, Off kini mencoba memanggil Ibu Gun yang ada dalam rumahnya. Tak lupa ia juga mencoba membuka pintu utama itu, namun nyatanya terkunci dari dalam.
"Ibu! Tolong bukakan pintu! Bu! Gun pingsan!" Karena pintu itu tak kunjung terbuka, akhirnya Off memutuskan untuk menggendong Gun dan membawanya ke rumahnya.
Setelah hampir 2 jam Gun tidur di atas tempat tidur Off, pada akhirnya matanya terbuka. Dengan rasa pusing yang masih menjalar di kepalanya, ia mencoba mengenali tempat dimana ia berada saat ini. Belum sempat ia mengenali tempat itu, sebuah suara yang ia kenal terdengar di dekat telinganya.
"Gun, kau sudah sadar?"
"Off, kenapa aku disini?"
"Astaga, kau benar-benar membuatku hampir terkena serangan jantung. Kenapa kau bisa pingsan di depan pintu rumahmu?" Ucap Off sambil memeluk Gun yang masih kebingungan.
"Ah, maaf. Semalam sepertinya aku pingsan sebelum masuk ke dalam rumah." Ucap Gun kikuk. Ia mencari alasan agar Off tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi. Perutnya terasa sakit lagi, sehingga kini ia kembali memegangi perutnya.
"Perutmu sakit lagi? Kita harus ke dokter Gun, sebelum semakin parah."
"Tidak apa. Biasanya dengan minum obat yang kau belikan kemarin beberapa kali juga sembuh."
"Tapi semalam kau sampai pingsan."
"Tapi aku baik-baik saja sekarang. Kau tidak kuliah?"
"Aku mau menjagamu dulu hari ini. Kau istirahatlah disini. Aku akan menjagamu."
"Tidak bisa, Off. Sebentar lagi aku harus bekerja. Lihat, sudah hampir jam 11." Kini Gun berusaha bangkit dari tempat tidur Off untuk bersiap-siap kerja. Namun Off dengan sigap melarangnya.
"Tidak boleh. Hari ini kau istirahat total."
Gun tersenyum sekilas merasa ada seseorang yang masih mengkhawatirkan keadaannya. Namun kemudian senyum itu lenyap lagi. Ia takut ibunya melakukan hal yang tidak-tidak di rumah. Karena selama dia hidup bersama ibunya, ia sudah pernah melihat ibunya beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri.
Ibu Gun memang mengalami depresi karena banyak tekanan dalam hidupnya. Bahkan keadannya semakin buruk saat pada akhirnya suami yang sangat ia cintai memutuskan untuk meninggalkannya. Ia selalu merasa tidak aman. Ia selalu merasa seolah semua orang membencinya. Bahkan jika kondisinya sedang buruk, ia bisa berlaku kasar pada anaknya sendiri.
Sejak kecil, Gun sudah dihadapkan dengan hal-hal yang menyedihkan. Ia sudah beberapa kali hampir kehilangan ibunya karena percobaan bunuh diri. Ia juga beberapa kali diperlakukan kasar oleh ibunya. Namun yang Off tau, Gun adalah seseorang yang selalu tersenyum. Selalu menghadapi masalahnya dengab senyuman. Sesekali ia menangis, tapi kemudian ia akan jadi lebih kuat dari sebelumnya. Hal inilah yang membuat Off begitu kagum pada sosok Gun.
"Off, kalau aku memanjakan diri dengan beristirahat disini, lalu besok aku dan ibuku makan apa? Aku mengerti kekuatiranmu, tapi aku baik-baik saja sekarang. Aku akan tetap bekerja hari ini." Ucap Gun lembut berusaha meyakinkan Off.
"Baiklah, tapi aku akan mengawalmu sampai kau pulang."
Kesepakatan itu disetujui dengan sebuah senyum dan anggukan dari Gun. Sehingga, siang itu Off pergi mengantar Gun yang akan bekerja dengan motor kesayangannya. Ia begitu ingin menjaga sosok yang saat ini ada bersamanya. Sosok yang begitu lemah tapi juga sangat kuat di waktu bersamaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Timeless [OFFGUN]
FanfictionSHORT STORY Siapa yang dapat melawan waktu yang terus berjalan? Setiap detak detiknya melindas kehidupan manusia hingga hancur berkeping-keping. Ia hanya menyisakan satu bekas yang abadi. Yaitu sebuah kenangan, yang tak kan lekang termakan jaman. Ca...