Aku selalu memperhatikannya, diam-diam, dalam keheningan, terbalut kerahasiaan. Sosok yang selalu memberi pandangan bermakna keluar jendela ketika hujan turun, ia seperti menikmati setiap butir hujan yang jatuh menyentuh bumi. Dalam diam atau pun kegaduhan, jarakku dan ia terasa hening, sosoknya mengunci setiap rasa kagumku. Bagi persepsiku, Arain adalah penjara perasaan yang mengasikan. Seluruh bagian diriku, jika melihat kerahnya betah berlama-lama, terkunci, terperangkap sepihak, menciptakan suatu perasaan kebahagian yang mereka sebut dengan, semu.
***
Pagi ini hujan turun, menyejukan bumi dengan rinainya yang turun tanpa henti. Aku dapat mencium wangi tanah yang masuk melalui jendela kelas yang terbuka, wangi yang sangat khas. Lagi, ku temukan kembali, sosoknya menatap keluar jendela. Tepat dibelakangnya, aku dapat melihat dengan jelas ekspresi Arain yang begitu menikmati setiap tetes air hujan yang turun. Rambutnya yang terlihat berantakan, matanya yang terlihat dibalik kacamata yang ia gunakan, pemandangan tambahan yang membuat jantungku kian cepat berdetak.
Hujan pagi ini cukup deras, ia seperti memainkan nada-nada yang mampu menghipnotis. Menarik kembali ke masa lalu bagi mereka yang tengah merindu, memainkan kenangan-kenangan yang lebih banyak terdengar pilu. Hujanku, belum mencapai titik itu, hujanku masih dipenuhi Arain secara nyata. Entah apa yang paling Arain suka dari hujan sehingga ia sangat menikmatinya, apakah hujan yang Arain miliki selalu memiankan nada-nada indah? Ah! Aku tidak dapat berasumsi tanpa sebuah data.
Arain adalah sosok misterius dibalik kacamatanya, ia terlihat dingin dan sedikit berbicara. Sosok yang membuatku sangat penasaran karena aku menemukan sisi lain dirinya. Ketika Arain melihat hujan, wajahnya akan sedikitt memerah, tidak terlihat jelas memang, karena selalu tertutup kacamatanya itu. Aku jadi ingin tahu bagian hujan sebelah mana yang dapat membuatnya wajahnya terlihat memerah seperti itu.
Aku kembali membuang kesadaranku pada tiap rintik hujan yang turun, bau tanah, bunyi rintik hujan, angin yang dingin, ini sebuah kebahagian. Mengabaikan fokus dunia nyata, untuk menyelami imajinasi-imajinasi yang berwarna-warni. Arain, aku benar-benar penasaran dengan apa yang kau...
"Kau!" Se... Sejak kapan ia sudah memutar kursinya ke arahku. Arain memejamkan mata kanannya, tangan kirinya menopang dagu.
"Jangan terlalu banyak melamun di kelas," jawabnya datar sambil mengarahkan pandangannya kearah buku miliknya yang sudah ada di mejaku.
Aku melihat keseisi kelas untuk mencari tahu apa yang terjadi selama aku memikirkan hal yang aneh-aneh. Semuanya terlihat sama, teman yang sederet dengan Arain memang sudah semua membalikan kursinya kearah barisanku. Pagi ini pelajaran seni, ku lihat papan tulis di depan bertuliskan Project satu semester : Membuat manga setebal 30 halaman, dikumpulkan sebagai tugas akhir.
"Jadi apa yang akan kita buat?" tanya Arain tanpa melihat kearahku, sopan sekali!
"Etooo..." Aku menggaruk-garuk kepalaku sambil memperhatikan ke dinding bagian atas, berharap ada ilham yang jatuh tiba-tiba.
"Ehmm," Arain berdehem pelan, ku lihat dari sudut mataku ia membetulkan letak kacamatanya
"Bagaimana jika tentang hujan," ia memalingkan wajahnya ke arah luar jendela. Aku sekuat tenaga menahan diriku untuk tidak teriak, tidak lebay, tidak malu apalagi malu-maluin dihadapan Arain.
Meskipun jantungku berdegup kencang, sekuat tenaga ku tahan agar bunyi detaknya tidak terdengar olehnya. Arain tersenyum, wajahnya terlihat sedikit memerah. Ya, hatiku terasa sangat hangat.
"Eto... Mari kita lakukan," aku memutuskan ikut melihat hujan di luar jendela.
"Tapi..." sahutku yang membuat Arain langsung melihat kearahku
"Tapi?" jawabnya datar
"Tapi aku enggak bisa menggambar, mohon bantuannya Arain sensei," aku memberikannya tanda 'peace' diiringi dengan senyuman lebar, senyuman lebar yang harusnya terlihat aneh karena dipaksakan.
"Tidak masalah," jawabnya singkat sambil kembali membuka-buka halaman di bukunya. Aku memutuskan untuk kembali memalingkan pandanganku ke arah luar jendela, menikmati hujan yang masih terus turun.
Dengan begini, aku tidak perlu bekerja susah payah untuk mengetahui alasan mengapa Arain terlihat menyukai hujan. Ia yang akan memberikan jawaban itu dengan sendirinya, cepat atau lambat. Dan ini, bukankah juga kesempatan emas untukku, untukku bisa dekat dengannya. Bolehkah aku mengharapkan hal indah yang mungkin akan terjadi saat aku dan Arain bersama?